Investor SMA

Rabu, 08 Juni 2022 | 08:00 WIB
Investor SMA
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya memasyarakatkan pasar modal di Indonesia mulai membuahkan hasil. Jumlah investor ritel di pasar modal meningkat pesat pada tahun 2022 ini. Namun ada pekerjaan rumah untuk regulator pasar modal agar peningkatan jumlah investor ritel tidak hanya sesaat dan berefek negatif.

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mendata jumlah investor ritel pasar modal telah menembus 8,6 juta per akhir April 2022 atau naik 15,11% dari posisi akhir tahun 2021 lalu.

Bila dibandingkan tiga tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah investor yang sangat masif. Pada tahun 2019 hanya ada 2.848.354 investor ritel di pasar modal Indonesia.

Berdasarkan tingkat pendidikan  investor dengan pendidikan terakhir SMA mencapai sebesar 60,57% atau 5,2 juta orang. Jumlah itu dua kali lipat dibandingkan investor dengan tingkat pendidikan S1 yang sebanyak 2,53 juta atau 29,42%.

Sedangkan investor dengan pendidikan terakhir D3 sebanyak 629.520 orang atau 7,32%. Lalu, investor dengan pendidikan terakhir S2 mencapai 2,69% atau sebanyak 231.340 orang.

Tentunya peningkatan jumlah investor ritel di pasar modal adalah kabar gembira. Basis investor ritel semakin kuat. 

Dalam periode 5-10 tahun mendatang, transaksi harian di pasar modal berpotensi meningkat. Ada kemungkinan investor dengan ijazah SMA saat ini adalah para mahasiswa. Setelah lulus kuliah, mereka akan memiliki penghasilan baru sehingga dana investasi besar.

Namun, peningkatan investor dengan pendidikan terakhir SMA juga harus dicermati regulator. Jangan sampai investor baru tersebut hanya ikut-ikutan oleh pihak-pihak dengan kepentingan pribadi. 

Di tengah gempuran media sosial, banyak publik figur yang memanfaatkan follower-nya untuk "bermain saham". Iming-iming imbal hasil besar dan pamer kekayaan pun sering menjadi bumbu untuk meyakinkan para pengikutnya.

Regulator harus bergerak cepat menertibkan para provokator pasar saham agar investor baru tidak merasa tertipu dan kapok jika terjerembab di saham gorengan. 

Sosialisasi risiko investasi di pasar modal juga harus diperkuat. Bersamaan itu, cara "bermain saham" yang baik juga perlu diajarkan. Jangan hanya berdasarkan analisa teknikal, tapi juga memperhatikan fundamental.

Jika aspek teknikal lebih dominan dari fundamental, maka risiko spekulasi meningkat. Asimetri informasi di pasar modal juga rawan terjadi.

Bagikan

Berita Terbaru

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:20 WIB

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan

PT Multitrend Indo Tbk (BABY) ikut memanfaatkan tren shoppertainment di TikTok Shop dan berhasil mengerek penjualan lewat kanal ini.

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:03 WIB

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto

Reputasi global tidak serta-merta menjadi jaminan keamanan dana nasabah yang anti-bobol, mengingat celah oknum internal selalu ada.

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)
| Selasa, 09 Desember 2025 | 08:29 WIB

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)

Faktor kebijakan pemerintah ikut memengaruhi kinerja dan prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:10 WIB

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).​

Investor Asing Masih Hati-Hati
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:08 WIB

Investor Asing Masih Hati-Hati

Kendati tampak pemulihan, investor asing masih berhati-hati berinvestasi, terlihat dari arus keluar dana asing yang dominan di pasar obligasi.​

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:54 WIB

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026

SPKS juga menyoroti munculnya perusahaan seperti Agrinas Palma yang mengelola1,5 juta ha lahan sawit dan berpotensi menguasai pasokan biodiesel

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar juga mewaspadai kurs rupiah yang terus melemah mendekati Rp 16.700 per dolar AS. Kemarin rupiah tutup di Rp 16.688 per dolar AS.

INDEKS BERITA

Terpopuler