Jadi Aset Safe Haven Paling Menarik, Harga Emas Masih Akan Mendaki

Senin, 15 Juli 2019 | 05:53 WIB
Jadi Aset Safe Haven Paling Menarik, Harga Emas Masih Akan Mendaki
[]
Reporter: Adrianus Octaviano, Intan Nirmala Sari | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga acuan di pertemuan akhir bulan ini. Kebijakan moneter bank sentral AS tersebut bakal mempengaruhi pergerakan aset safe haven, termasuk harga emas.

Jelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC), harga aset safe haven, termasuk harga emas, memang cenderung datar. Penyebabnya, risk appetite pelaku pasar tengah meningkat, sehingga harga aset safe haven tak banyak bergerak.

Dollar AS, misalnya. Menilik pergerakan indeks dollar AS, instrumen ini cuma turun tipis. Jumat lalu (12/7), indeks dollar AS bertengger di 96,81. Dalam sepekan terakhir , indeks ini cuma turun 1,04%.

Harga emas spot juga tak banyak berubah. Akhir pekan lalu, harga emas bertengger di US$ 1.412,20 per ons troi, cuma naik tipis dari US$ 1.400,10 di pekan sebelumnya.

Meski begitu, sejumlah analis menilai aset safe haven bakal kembali diburu. Sebab, ada potensi ketidakpastian di pasar kembali menguat.

Alasannya, meski sinyal penurunan suku bunga cukup kuat, sejumlah data ekonomi AS ternyata cukup oke. Inflasi AS di Juni mencapai 0,1%, lebih baik dari ekspektasi pasar. Indeks harga konsumen inti juga naik sekitar 0,3%.

Direktur Utama Avrist Asset Management Hanif Mantiq menilai, instrumen emas masih menjadi safe haven paling menarik saat ini dibandingkan dengan aset lindung nilai dalam bentuk valuta asing (valas) seperti dollar AS. "Emas lebih menarik karena dollar AS diperkirakan melemah akibat rencana The Fed memangkas suku bunga acuannya," kata Hanif kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Prediksi Hanif, harga emas masih naik hingga tahun depan. "Sehingga, bagi yang ingin berinvestasi bisa menyisihkan 5%-10% dananya untuk berinvestasi emas," saran dia.

Direktur Utama Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana juga berpendapat emas akan menjadi pilihan investasi menarik selain obligasi pemerintah. "Pilihan selanjutnya adalah saham atau reksadana saham," jelas Jemmy, Minggu (14/7).

Analis Finex Berjangka Nanang Wahyudi memprediksi, harga emas bisa tembus ke level US$ 1.500 per ons troi. Harga emas di bursa Comex untuk pengiriman Agustus 2019 sudah naik 8,61% sepanjang tahun ini di US$ 1.412,20 per ons troi.

Menurut Nanang, harga emas spot ke depannya masih akan naik. Ini berkaca dari pergerakan emas di akhir Juni lalu yang bertahan di support US$ 1.367,19 per ons troi. Sedangkan level resistance di US$ 1.437,50 per ons troi.

Bila sulit membeli emas di pasar spot, prospek emas batangan juga menarik. Nanang menuturkan, investor yang tertarik membeli emas batangan Antam bisa masuk mulai saat ini. "Ini dengan mempertimbangkan data inflasi dan data ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan. Kedua data tersebut menjadi kunci bagi The Fed untuk memutuskan suku bunga," jelas dia.

Nanang menilai, safe haven dalam bentuk valuta asing (valas) masih berisiko. Banyak sentimen yang bisa menekan kinerja valas. Termasuk di antaranya kebijakan moneter masing-masing bank sentral yang bisa memengaruhi pergerakan mata uang.

Misalnya, jika The Fed batal memangkas suku bunga acuan maka ada potensi bagi kurs euro akan menguat terhadap dollar AS. Sedangkan kalau harus membandingkan dollar AS dengan yen Jepang, Hanif menilai, pergerakan dollar AS jauh lebih baik.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, mengingatkan, investasi sebaiknya tidak diperuntukkan untuk jangka pendek sehingga berubah seiring perubahan kebijakan moneter seperti saat ini. Investasi idealnya disesuaikan dengan tujuan investasi.

Untuk jangka panjang, Rudiyanto menilai, tren penurunan suku bunga acuan bank sentral akan berdampak positif, khususnya terhadap kinerja saham dan obligasi. Khusus di dalam negeri, kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) akan lebih berdampak ke pasar modal ketimbang kebijakan The Fed.

"Kalau misalkan suku bunga sudah diumumkan turun, maka sebaiknya menunggu harga naik dulu. Sebab ini berarti sudah ketinggalan untuk investasi," ujar Rudiyanto. Dia menyarankan, yang penting investor melihat apakah valuasinya sudah terlalu mahal atau tidak.

Menurut Rudiyanto, valuasi obligasi saat ini masih belum terlalu mahal, sehingga masih berpotensi untuk naik. Sedangkan untuk safe haven yang bisa menjadi alternatif investasi menurut dia adalah reksadana pasar uang.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Perbaiki Rasio Keuangan, Perusahaan Hong Kong Siap Tadah Private Placement BULL
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 17:02 WIB

Perbaiki Rasio Keuangan, Perusahaan Hong Kong Siap Tadah Private Placement BULL

Dengan asumsi harga pelaksanaan Rp 135 per saham, maka potensi dana segar yang bisa diraih BULL maksimal mencapai Rp 190,16 miliar.

AS Akan Perpanjang Negosiasi Tarif dengan China Selama 90 Hari Sejak Batas 12 Agustus
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 14:32 WIB

AS Akan Perpanjang Negosiasi Tarif dengan China Selama 90 Hari Sejak Batas 12 Agustus

Pemerintahan Presiden Donald Trump kemungkinan besar akan memperpanjang negosiasi tarif dagang terhadap China, selama 90 hari ke depan.

Prospek Sektor Consumer Non Cyclicals di Semester II-2025 Masih Menantang
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 14:14 WIB

Prospek Sektor Consumer Non Cyclicals di Semester II-2025 Masih Menantang

Lemahnya kinerja indeks tersebut seiring kinerja pendapatan emiten barang konsumsi yang masih cenderung masih lambat di kuartal II-2025.

 Ratusan Triliun Jadi Beban Negara dan PLN di Balik Rencana Pembangkit Gas 10,3 GW
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 13:01 WIB

Ratusan Triliun Jadi Beban Negara dan PLN di Balik Rencana Pembangkit Gas 10,3 GW

Menurut hitungan Yayasan Cerah total beban yang harus ditanggung bisa mencapai Rp 155,8 triliun per tahun.

Berkaca dari AADI dan RATU yang Masuk MSCI, BEI Mesti Ubah Cara Pandangnya Soal IPO
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Berkaca dari AADI dan RATU yang Masuk MSCI, BEI Mesti Ubah Cara Pandangnya Soal IPO

Semakin banyak emiten baru yang dapat masuk ke indeks global, implikasinya akan sangat positif terhadap reputasi BEI.

Sebanyak 20 Saham Punya Probabilitas Kenaikan Tinggi pada Agustus, Cek Daftarnya
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 11:05 WIB

Sebanyak 20 Saham Punya Probabilitas Kenaikan Tinggi pada Agustus, Cek Daftarnya

Probabilitas kenaikan diukur berdasarkan historis pergerakan saham pada Bulan Agustus 10 tahun terakhir (2015-2024).

Dinaungi Beragam Sentimen Positif, Harga Saham BWPT Belum Berhasil Menjebol Level 120
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 10:00 WIB

Dinaungi Beragam Sentimen Positif, Harga Saham BWPT Belum Berhasil Menjebol Level 120

Kenaikan harga saham BWPT yang sejalan dengan pertumbuhan laba bersih membuat valuasinya tetap atraktif.

Kopi Brasil Terkapar, Kopi Indonesia Bersiap Menyambar
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 09:27 WIB

Kopi Brasil Terkapar, Kopi Indonesia Bersiap Menyambar

Ketimbang Brasil, Indonesia mendapat tarif bea masuk lebih rendah ke AS. Apakah ini peluang meningkatkan ekspor kopi ke AS. 

Profit 27,54% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Belum Berubah (10 Agustus 2025)
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 09:05 WIB

Profit 27,54% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Belum Berubah (10 Agustus 2025)

Harga emas batangan bersertifikat di laman resmi Logam Mulia PT Aneka Tambang masih sama dengan harga sehari sebelumnya, yaitu Rp 1.951.000.

Kebijakan Pengendalian Harga Saham Suka-Suka dan Metode Analisis Beimology
| Minggu, 10 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Kebijakan Pengendalian Harga Saham Suka-Suka dan Metode Analisis Beimology

Lantaran tak pernah menunjukkan bukti terjadinya pelanggaran aturan pasar modal, pengekangan yang dilakukan lebih seperti melawan hukum pasar.

INDEKS BERITA

Terpopuler