KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kisah terganggunya sistem Bank Syariah Indonesia (BSI) masih berlanjut. Setelah manajemen emiten berkode saham BRIS itu menyatakan, layanan sudah pulih setelah lumpuh sekitar lima hari, muncul ancaman dari kelompok hacker, LockBit.
LockBit mengklaim, menyerang BSI dengan ransomware. Ransomware menggunakan metode penguncian (enkripsi) akses ke data korban dan meminta tebusan untuk mengembalikan akses tersebut (dekripsi).
Dan kemarin, Selasa (16/5), LockBit mengklaim telah menyebar data BSI yang mereka bobol di dark web. Penyebaran data itu setelah mereka menyebut, tidak menemukan titik temu dalam negosiasi.
Di sisi lain, BSI menegaskan, data dan dana nasabah aman. Nasabah aman dalam bertransaksi.
"Mengenai isu serangan, BSI berharap masyarakat tidak mudah percaya atas informasi yang berkembang dan selalu melakukan pengecekan ulang atas informasi yang beredar," terang Sekretaris Perusahaan BSI, Gunawan A. Hartoyo, dalam siaran pers.
Kemarin di Twitter, salah satu akun yang mengaku memiliki teman hacker yang sudah insaf menulis, yang dibobol hanya sebatas laptop pegawai. Ia mengaku, sudah membongkar data yang dibobol LockBit dan menemukan data tersebut null. Gampangnya, tak tersedia.
Menyikapi kejadian ini sebaiknya kita tidak usah panik atau menganggap enteng. Mengingat LockBit merupakan salah satu hacker ransomware terbesar selain Grup AlphVM/BlackCat. Hingga kuartal I 2023, LockBit bertanggungjawab atas lebih dari sepertiga dari semua serangan ransomware.
SOCradar menyebut salah satu korban serangan LockBit adalah SpaceX. Korban lain, pabrik ban Continental, Thales Group dan Royal Mail. Meski sebagian dari para korban itu menyangkal.
Sebelumnya Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkap, ransomware dan peretasan data menjadi jenis serangan siber yang paling banyak terjadi di sepanjang 2022. BSSN telah memberikan 1.433 notifikasi peringatan deteksi insiden siber kepada stakeholder.
Hikmah dari kejadian ini, bank harus memperketat keamanan digital. Digital banking bukan semata mudah membuka rekening atau saling terhubung dengan berbagai aplikasi. Yang paling penting, bagaimana keamanan nasabah.
Jangan cuma gembar-gembor kecanggihan aplikasi digital banking. Ingat bank adalah bisnis kepercayaan. Mari sama-sama kita jaga.