Jika Terpilih Sebagai Presiden, Biden Mungkin Mengambil Berbagai Kebijakan Ini

Selasa, 06 Oktober 2020 | 10:49 WIB
Jika Terpilih Sebagai Presiden, Biden Mungkin Mengambil Berbagai Kebijakan Ini
[ILUSTRASI. Calon presiden dari Partai Demokrat AS dan mantan Wakil Presiden Joe Biden di Delaware, Amerika Serikat, Jumat (4/9/2020). REUTERS/Kevin Lamarque]
Reporter: Nathasya Elvira | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON (Reuters). Calon Presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, diprediksi tidak akan memprioritaskan tindakan keras terhadap industri keuangan jika dia menang pada pemilihan 3 November. Namun, kebijakan Biden terhadap industri keuangan diperkirakan akan lebih keras daripada policy yang dijalankan Trump dan mantan bosnya, Presiden Barack Obama.

Indusmempersiapkan kemenangan Biden selama akhir pekan, Setelah kandidat petahana Donald Trump dinyatakan positif Covid-19, akhir pekan lalu,  industri keuangan, juga investor mulai mengantisipasi apa saja yang akan dilakukan oleh Biden saat terpilih.

Berikut beberapa area utama yang kemungkinan akan menjadi fokus perhatian Biden, jika ia terpilih sebagai presiden.

Baca Juga: Aksi Donald Trump sapa pendukung di RS mendapat kecaman dokter

Aturan Pembiayaan Komunitas

Pandemi mempertegas ketidakimbangan dalam pembagian kekayaan dan ketidaksetaraan ras di Amerika Serikat (AS). Partai Demokrat mengangkat situasi itu untuk menegakkan kembali berbagai aturan, termasuk Undang-Undang Reinvestasi Komunitas 1977, yang berupaya memastikan adanya praktik penyaluran pinjaman yang adil, dengan mengharuskan bank untuk menyalurkan pinjaman ke  komunitas berpenghasilan rendah. Dalam materi kampanyenya, Biden telah berjanji untuk memperluas aturan ke sektor lain, termasuk perusahaan hipotek dan asuransi.

Baca Juga: Hasil tes Joe Biden kembali negatif untuk Covid-19

Pembiayaan perumahan

Mengatasi krisis perumahan yang terjangkau di negara adalah prioritas bagi Demokrat dan Biden. Pemerintahan Biden kemungkinan akan menghentikan rencana pemerintahan Trump untuk membebaskan raksasa pembiayaan perumahan, Fannie Mae dan Freddie Mac, dari kendali pemerintah. Kebijakan pembebasan itu dikhawatirkan Demokrat akan meningkatkan biaya hipotek untuk orang Amerika berpenghasilan menengah dan rendah.

Biden juga berjanji untuk meninjau aturan oleh regulator perumahan Trump yang dimaksudkan untuk melindungi dari perilaku pinjaman yang secara tidak proporsional berdampak buruk pada minoritas ras atau kelompok yang dilindungi lainnya.

Perlindungan konsumen dan pelaporan kredit

Biden telah meminta perlindungan kuat Biro Perlindungan Keuangan Konsumen yang dibentuk setelah krisis keuangan 2009, tetapi kurang agresif di bawah pimpinan Trump. Biden telah mendukung pengawasan yang lebih ketat terhadap pinjaman konsumen dan menyerukan tindakan keras terhadap praktik pemberian pinjaman yang diskriminatif.

Di antara kebijakannya yang paling menarik perhatian adalah pembentukan agen pelaporan kredit publik untuk bersaing dengan perusahaan seperti Equifax dan TransUnion. Menurut materi kampanye Biden, badan baru tersebut akan bertujuan untuk "meminimalkan disparitas rasial" dalam pelaporan kredit setelah beberapa studi menemukan kelemahan sistem saat ini dan mengecualikan minoritas.

Baca Juga: Pantau paru-paru, ini serangkaian obat-obatan yang diberikan dokter kepada Trump

Risiko perubahan iklim

Pengaruh anggota parlemen dan pakar kebijakan dari Partai Demokrat mendorong perusahaan publik untuk diminta mengungkapkan risiko perubahan iklim pada bisnis mereka dan agar risiko tersebut dimasukkan ke dalam sistem regulasi keuangan. Biden telah menyerukan tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan para ahli kebijakan yakin agensinya akan mengejar ide-ide ini.

Reformasi kebangkrutan

Dalam sebuah kebijakan yang berlawanan, Biden telah mengadopsi rencana reformasi kebangkrutan yang didorong oleh advokat konsumen dari Senator Demokrat Elizabeth Warren yang sebelumnya ia lawan sebagai Senator. Proposal tersebut akan memudahkan orang Amerika untuk mengejar kebangkrutan dan melindungi aset seperti rumah dan mobil dari debitur selama proses tersebut. Bagaimanapun, rencana seperti itu akan membutuhkan undang-undang yang akan membutuhkan mayoritas Demokrat di Senat.

Baca Juga: Investor mulai antisipasi kemenangan Joe Biden setelah Donald Trump positif corona

Pos Perbankan

Biden telah menyatakan dukungannya untuk kebijakan progresif yang telah lama dipegang agar Layanan Pos AS menyediakan layanan perbankan dasar. Para progresif mengatakan rencana itu akan mengurangi ketidaksetaraan ekonomi dengan mengizinkan orang Amerika yang "tidak memiliki rekening bank" untuk mengakses layanan perbankan dan kredit dengan harga terjangkau, memungkinkan mereka untuk menghindari pemberi pinjaman predator dan layanan pencairan cek yang mahal.

Bagaimanapun, industri perbankan menentang pembentukan pesaing yang didanai pembayar pajak dan akan melawan rencana tersebut.

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA

Terpopuler