KONTAN.CO.ID - Dulu, bisnis barang bekas dengan merek atau kondisi ciamik atawa preloved hanya berkutat di seputar otomotif atau properti. Kini, bisnis preloved merajalela ke segala lini. Yang paling pesat perkembangannya adalah bisnis fesyen preloved.
Makanya, kalau Anda memiliki barang fesyen bermerek yang kondisinya masih prima, jangan buru-buru dibuang meski sudah bosan. Sebab, barang itu masih bernilai tinggi. Apa lagi kini, berkat teknologi digital Anda bisa menjualnya dengan mudah melalui marketplace yang fokus memperjualbelikan barang-barang preloved. Bahkan ada yang spesifik menjual barang preloved fashion dan produk kecantikan.
Tengok saja, penjualan produk kosmetik preloved milik Tasya Farasya, seorang influencer produk kecantikan. Tahun lalu, dua konteiner berisi 400 produk kosmetiknya yang dia jual melalui Tinkerlust.com ludes hanya dalam lima jam.
Samira Shihab, CEO Tinkerlust.com, mengatakan, barang preloved milik Tasya Farasya laris manis lantaran kombinasi dari tingginya minat konsumen terhadap makeup, kekuatan Tasya sebagai beauty influencer, harga terjangkau, serta kualitas yang terjamin.
“Namun, jika hal tersebut tidak dibarengi dengan wadah atau marketplace yang memiliki akses yang mudah serta shopping experience yang nyaman, maka hal tersebut bisa saja membuat konsumen malas berbelanja,” ujar Samira kepada Tabloid KONTAN, Rabu (6/2).
Tinkerlust.com yang berdiri tahun 2015 merupakan market place yang memperjualbelikan barang-barang fashion preloved untuk wanita. Kategorinya mencakup atasan, dress, outerwear, sepatu, tas, makeup, aksesoris hingga casing ponsel.
Beragam brand juga tersedia di Tinkerlust.com. Mulai dari yang high end seperti Gucci, Chanel, Louis Vuitton, dan Hermes, hingga fast fashion brand seperti Zara, H&M dan Topshop. Tak ketinggalan ada pula local brands yang terbukti menjadi incaran banyak pelanggan, seperti Cotton Ink, Nikicio, BLP Beauty, dan lain-lain. Di antara deretan panjang produk itu, menurut Samira, yang paling banyak diburu adalah makeup dan barang luxury.
Pertengahan Januari lalu, Tinkerlust.com kembali menjalin kemitraan dengan Tasya Farasya. Kali ini 1.500 produk kosmetik preloved ditawarkan kepada konsumen. Beberapa di antaranya merupakan buatan luar negeri seperti Becca, Naked, Tarte dan Maybelline. Sedangkan produk kosmetik lokal antara lain Rollover Reaction, BLP Beauty dan ESQA
Tetap ada saringan
Pemain lain yang juga membidik pasar preloved untuk fesyen dan kosmetik adalah Prelo.co.id. Berdiri pada November 2015, Prelo.co.id saat ini memiliki sejumlah kateogori produk preloved, mulai dari fashion wanita maupun pria, hingga barang kecantikan seperti make up, lipstik dan lainnya.
CEO dan Founder Prelo, Fransiska Hadiwidjana mengatakan, dari berbagai kategori barang preloved yang dijual di platform mereka, kategori fashion, terutama fashion wanita, mendominasi dengan jumlah mencapai 30%. Sedangkan fashion pria sebesar 20%. “Jadi, memang fashion wanita mendominasi,” ujarnya, Rabu (6/2).
Seperti halnya market place pada umumnya, platform e-commerce khusus barang preloved juga menawarkan kemudahan untuk bertransaksi.
Samira mengatakan, proses jual beli di Tinkerlust cukup mudah dan bisa dilakukan melalui website tinkerlust.com. Untuk yang berminat untuk berjualan, bisa mengklik tombol start selling, mengisi form, lalu mengikuti langkah selanjutnya.
Sedangkan bagi mereka yang ingin berbelanja, bisa langsung memilih berbagai pilihan produk yang tersedia di homepage maupun kategori yang ada.
Hal sama juga ada Prelo.co.id. Fransiska menjelaskan, bagi mereka yang ingin menjual barang preloved, langkah pertama adalah membuat akun di Prelo.co.id. Caranya mudah. Calon penjual tinggal menentukan username, password, nama dan alamat. Bila sudah lengkap, penjual sudah bisa langsung meng-upload barang dagangannya ke situs Prelo.
Namun, tentu saja tidak semua barang bekas layak dijajakan kepada konsumen. Pihak marketplace memiliki sistem untuk menyaring barang yang masuk agar tidak merugikan konsumen.
Samira mengatakan, untuk menyaring barang-barang preloved, Tinkerlust melakukan proses kurasi. Proses kurasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa barang yang akan dijual masih layak pakai, layak jual dan original.
Tim, kata dia, akan melihat dari sisi tren, apakah barang masih on trend, apakah ada bagian yang berlubang atau sobek, kualitas bahan dan warna, serta apakah barang tersebut asli. “Hal ini sangat penting terutama jika barang tersebut termasuk barang luxury atau high end,” ujarnya. Selain itu, tim juga akan membantu menentukan harga barang yang dijual.
Proses serupa juga dilakukan oleh Prelo.co.id. “Pada dasarnya kriteria kita cuma satu, yaitu barangnya tidak boleh KW (palsu),” ujar Fransiska.
Tenang saja. Untuk kriteria asli, barang preloved ini tak harus bermerek. Barang tanpa merek pun bisa, asalkan asli.
Untuk menjamin keasliannya, pihak Prelo mengkurasi semua barang yang dijual melalui platform. Tim internal dan algoritma khusus dari perusahaan mampu mengidentifikasi produk yang mencurigakan dengan membandingkannya dengan produk lain dalam domain publik berdasarkan deskripsi, merek, model, dan atribut lainnya.
Prelo juga aktif dalam berbagai komunitas produk, agar setiap anggota semakin jeli menyaring produk yang asli. Misalnya, tim Prelo belajar cara memeriksa otentisitas dari sepatu sneakers dari komunitas sneakers online.
“Kami menjamin keaslian barang. Kalau barangnya tidak asli bisa di-refund,” ujarnya.
Karena itu, menurut Fransiska, Prelo menyediakan rekening bersama (rekber) untuk memfasilitasi semua transaksi pengguna dalam platform. Penjual bisa mengirimkan produk preloved secara langsung kepada pembeli, dan uang hanya akan ditransfer ke penjual ketika pembeli melakukan konfirmasi kualitas produk yang diterima, termasuk apakah produk yang dijual produk asli atau tidak.
Potensi pasar
Thredup, platform yang menjual barang-barang preloved fesyenberbasis di Amerika Serikat, dalam risetnya yang dipublikasikan pada tahun 2018 lalu mengungkapkan, mayoritas perempuan menginginkan barang-barang preloved atau secondhand. Pada tahun 2017, jumlah perempuan berusia 18 tahun ke atas yang menginginkan barang-barang seken mencapai 44 juta orang, naik dibandingkan tahun 2016 yang masih sebanyak 35 juta.
Riset tersebut juga mengungkapkan, pangsa pasar produk preloved untuk fesyen atau apparel (baju, garmen, pakaian dan aksesorisnya) mencapai 49% dari total nilai pasar barang seken. Publikasi tersebut tidak mengungkapkan total nilai pasar barang seken. Tetapi yang jelas, untuk apparel pada 2017 lalu nilainya mencapai US$ 20 mliar. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun hingga mencapai US$ 41 miliar pada 2022.
Bagaimana di Indonesia? Meski tidak mengungkapkan data nilai transaksi, Samira mengatakan, tren jual beli barang preloved di Tinkerlust terus meningkat. Hal ini dikarenakan semakin banyak orang yang sadar akan gerakan simple living dan decluttering.
Tren membeli barang preloved juga semakin meningkat seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap efek positif dari membeli barang preloved. Salah satunya yaitu mengurangi limbah dunia. Sehingga hal ini turut berimbas dengan naiknya jumlah transaksi di Tinkerlust sendiri, ujarnya.
Adapun jumlah pengguna Tinkerlust.com, menurut Samira, saat ini mencapai 1,6 juta pengguna. Barang yang ditawarkan dalam waktu bersamaan bisa berjumlah lebih dari 10 ribu. “Namun hal ini terus berubah tergantung jumlah barang yang masuk untuk dijual dan dibeli oleh customer,” ujarnya.
Tren kenaikan transaksi barang preloved juga diakui Fransiska. “Kalau dari total value, penjualan kita sendiri sudah mencapai puluhan miliar tahun lalu,” ujarnya. lagi-lagi tanpa mau menyebut angka pasti.