KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga dekade lamanya Adrian Syarkawie berkecimpung di industri radio. Sejak tahun 2002, dia mulai masuk jajaran direksi di perusahaan yang menjadi bagian dari Grup Mahaka Media.
Kini, Adrian merangkap 11 jabatan direktur sekaligus. Semua pencapaian tersebut berawal dari sebuah kecintaan pada dunia media suara sejak usia belia.
Sekitar periode tahun 1990 awal, Adrian berkenalan dengan dunia radio. Seorang teman kampus mengajaknya mengambil pekerjaan sampingan di Radio Prambors Jakarta. Kala itu, dia tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen di Universitas Pancasila.
Daripada cuma bengong selepas kuliah, Adrian menyambut tawaran teman tersebut. Setiap akhir pekan atau pada saat di luar jam kuliah, dia bekerja di Radio Prambors. Posisi awalnya sebagai duty manager. Adrian mesti mencatat semua kegiatan operasional kantor dan siaran radio.
Biarpun tak punya latar belakang pendidikan penyiaran, Adrian merasa cepat beradaptasi karena pekerjaan yang dipegang berkutat dengan musik.
Kebetulan, dia juga sudah senang bermain musik dalam sebuah band sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pekerjaan pertama itu ternyata menyenangkan bagi Adrian. "Begitu kerja, saya merasa kok nyambung dengan apa yang saya sukai selama ini," cerita pria kelahiran 9 Agustus 1970 tersebut saat ditemui KONTAN di kantornya, beberapa waktu lalu.
Sementara tak satu pun keluarga Adrian memiliki bakat dan minat dalam bidang radio atau hiburan. Kedua kakaknya saja berkarier dalam bidang perjalanan wisata dan asuransi.
Tak heran jika orang tua Adrian sempat mempertanyakan kemantapan hatinya untuk berkarier di dunia radio.
Asal tahu, kala itu masyarakat banyak yang menganggap pekerjaan di radio tak lebih dari sekadar hobi atau sampingan.
Adrian tak gentar dengan stigma tersebut. Kedua orang tua pun kemudian mendukung pilihan sang putera.
Hanya satu wejangan orang tua kepada Adrian yakni mengutamakan kejujuran dalam jenis pekerjaan apapun yang dipilih. Tak lupa juga agar Adrian senantiasa ingat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Adrian bekerja di Radio Prambors sejak tahun 1990 hingga tahun 1995. Selama periode tersebut, enam kali dia berganti posisi. Jadi, saban tahun manajemen memberikan tanggung jawab baru kepadanya.
Salah satu jabatan yang cukup berkesan yakni sebagai engineering & production supervision. Sementara Adrian tidak memiliki latar belakang dalam bidang teknik.
Tak berkecil hati, dia melecut diri dengan mempelajari dunia penyiaran melalui sejumlah buku. Sambil bekerja Adrian juga berupaya mengail banyak pengalaman.
Selepas dari Radio Prambors, Adrian sempat berkarier di PT JIG Production Jakarta selama setahun.
Setahun berikutnya, dia mengasah pengalaman di Radio 5 A Sec/Music City FM Cibubur. Hingga akhirnya, Adrian berkenalan dengan Grup Mahaka Media melalui Radio One FM pada tahun 2000 silam. Dia meniti karier awal dari level manajer.
Perlahan tapi pasti, karier Adrian di Radio One FM menanjak.
Tujuh lamanya dia berkarier di perusahaan tersebut sampai level puncak yakni direktur utama. Radio One FM kemudian seolah-olah menjadi pintu pembuka karier berikutnya di Grup Mahaka Media.
Manajemen Mahaka Media lantas memindahkan Adrian anak perusahaan lain. Tak cuma satu perusahaan, hingga saat ini dia tercatat menggenggam 11 jabatan direktur sekaligus di anak-anak usaha Grup Mahaka Media.
Bidang usaha yang dia pegang pun beragam mulai dari lini bisnis radio, penyedia jasa layanan tiket dan media agency.
Merangkap posisi level tinggi di beberapa perusahaan tak membuat Adrian gentar. Malah kalau boleh jujur, dia cukup menikmati kesibukannya itu.
Paling tidak, sebagian perusahaan yang dia pegang masih berkaitan dengan radio atau dunia menjadi kecintaan dia selama ini.
"Waktu ditugaskan oleh holding, saya minta tidak dilepaskan dari bidang radio karena ini telah menjadi passion saya," kenang Adrian.
Pada saat yang sama, mengelola banyak perusahaan juga mengasah ilmu manajemen yang didapatkan pada saat kuliah di Universitas Pancasila dulu.
Dia belajar mengelola sebuah divisi atau departemen serta manajerial beberapa perusahaan sekaligus.
Untuk memudahkan proses kerja, Adrian membentuk tim di setiap perusahaan yang dipimpin. Dia mengibaratkan dirinya sebagai jenderal yang perlu memiliki beberapa komandan kuat dan setia.
Pria berusia 49 tahun tersebut percaya, visi misi seorang pemimpin tidak akan bisa tersampaikan dengan baik kepada setiap tim yang dibentuk tanpa pondasi koordinasi yang kuat.
Adrian bersyukur berkat keberadaan tim-tim tersebut, beban pekerjaan yang ditanggung menjadi sedikit lebih ringan.
Apalagi, orang-orang yang ada di tim bisa saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Dia tidak akan mungkin sanggup bertahan seperti sekarang tanpa tim-tim itu.
Harus punya nilai
Sementara sebagai seorang pekerja, Adrian mengaku sangat memperhatikan sesuatu secara rinci setiap tanggung jawab yang diemban sebagai direktur.
Menurutnya sikap tersebut merupakan buah dari pengalaman selama bertahun-tahun berada di bagian operasional perusahaan radio. Jadi dia terbiasa mengurusi hal-hal teknis.
Tak heran jika Adrian masih kerap mengikuti kegiatan rapat divisi yang bersifat operasional meskipun sudah menjadi direktur utama.
Dia menilai, proses pembelajaran di level operasional maupun manajerial terus berlangsung dan tak bisa dipisahkan meski kedua bidang itu berbeda.
Selama mengawal karier hingga 30 tahun ini, beberapa filosofi hidup juga urut menjadi pegangan Adrian selama menjalani karier profesional.
Salah satunya adalah dia selalu berusaha melakukan yang terbaik alias do the best.
Adrian yakin, semua orang memiliki kemampuan lebih dari apa yang diketahui. Namun tak semua orang sadar akan kemampuan yang dimilikinya itu.
"Seringkali kita menganggap dapat mengerjakan 10 tugas sudah cukup, padahal sebenarnya bisa jauh lebih baik daripada itu," ungkap Adrian.
Selain itu, Adrian merasa sekadar pintar saja tak cukup dalam dunia pekerjaan. Seseorang juga harus punya nilai atau value.
Nilai-nilai tersebut patut diterapkan dalam pekerjaan an disosialisasikan satu sama lain dalam sebuah tim.
Ketika seseorang sudah memiliki nilai, sudah sepantasnya orang tersebut berprinsip tidak hanya mengejar uang. Melainkan, biarkan uang yang mengejarnya.
Tak cuma digenggam sendiri, Adrian berupaya membagikan filosofi-filosofi tersebut kepada para karyawan.
Sembari menanamkan prinsip tersebut, tak lupa Adrian memotivasi.
Dia berusaha meyakinkan karyawan maupun kolega untuk tidak berhenti bermimpi dan mewujudkannya. Seseorang yang telah berusaha maksimal pun tak akan bisa meraih sesuatu yang besar tanpa ada mimpi. Pasalnya, dia hanya sebatas mewujudkan tujuan yang ada di depan mata.
Keyakinan akan mimpi besar itu pulalah yang menjadi pijakan Adrian dalam mengembangkan bisnis radio Grup Mahaka Media.
Dia yakin radio akan terus bertahan sebagai media informasi dan sarana hiburan yang menarik bagi masyarakat dari berbagai generasi.
Pengalaman juga membuktikan radio tahan banting dengan gejolak ekonomi dan politik.
Tatkala krisis moneter mendera Indonesia sekitar 1997-1998, radio menjadi salah satu ujung tombak penyampaian berbagai informasi secara cepat. "Kalau radio tinggal butuh microphone dan alat perekam jadi lebih praktis dan cepat, sedangkan media online perlu ditulis dulu beritanya," kata Adrian.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya
Dunia seni dan hiburan yang menjadi kecintaan Adrian Syarkawie memang selaras dengan pekerjaan yang dijalani saat ini. Siapa sangka, dunia tersebut memikat perhatian kedua anak laki-lakinya.
Tanpa bermaksud memaksakan kehendak kepada sang buah hati, Adrian mengaku memang sering mengajak kedua anak ikut dalam kegiatan radio yang sedang diadakan oleh perusahaan. Tampaknya, dari situlah minat kedua anak Adrian terhadap bidang penyiaran muncul.
Anak laki-laki pertama Adrian yang berusia 20 tahun, saat ini berkuliah di bidang penyiaran.
Sementara anak laki-laki kedua berkeinginan kuliah di bidang perfilman karena gemar membuat skenario.
"Akhirnya bakat di dunia seni dan hiburan jatuh ke anak saya," kelakar Adrian kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.
Mungkin sama seperti orang tua pada umumnya, Adrian memerlukan pendekatan berbeda kepada kedua anak ketimbang pendekatan yang dilakukan kedua orang tuanya dulu.
Sebab, pola pikir anak muda zaman sekarang tidak bisa disamakan dengan zaman dahulu. Soal cita-cita saja misalnya, dulu dokter menjadi profesi favorit anak-anak.
Namun seiring dengan perkembangan dunia digital, selera anak muda beralih menjadi seorang youtuber dan vlogger. Maka dari itu, dia merasa perlu berhati-hati dalam mengarahkan bakat dan minat anak.
Adapun salah satu upaya Adrian merawat kedekatan dengan anak-anak dan isteri dengan mengajak jalan-jalan, menonton film atau sekadar bermain gim konsol PlayStation di rumah. Biasanya aktivitas itu terjadi di akhir pekan.
Adrian sangat menyukai film-film bertema olahraga. Bukan tanpa alasan, dia memang gemar dengan olahraga sepak bola dan basket. "Saya termasuk fans garis keras Manchester United dan sudah mengoleksi berbagai marchandise-nya," kata dia.