Berita

Kawin dan Ekonomi

Oleh Tedy Gumilar - Redaktur Pelaksana
Selasa, 13 Desember 2022 | 08:00 WIB
Kawin dan Ekonomi

Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menikah dan berusaha memiliki anak atau hidup melajang adalah pilihan pribadi. Bahkan negara tak bisa ikut campur urusan warganya yang satu ini.

Kalau ada pihak yang merasa punya hak untuk mengintervensi, kemungkinan itu orang tua yang bersangkutan, lantaran ingin segera momong cucu atau tak tahan gunjingan tetangga. 

Namun, jika pilihan untuk tidak terikat dengan pernikahan dan tidak punya anak menjadi tren yang diikuti banyak orang, pada satu titik urusannya tak lagi hanya di ranah privat. Sebab ekonomi satu negara bisa dibikin sempoyongan.

Dus, tatkala Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut Indonesia berpotensi mengalami resesi pernikahan, pernyataan itu tak bisa dianggap sepele dan hanya sekadar angin lalu.

Betul, potensi resesi pernikahan, sebagian dari Anda mungkin lebih senang menyebutnya resesi seks, di Indonesia diperkirakan baru terjadi pada 2045.

Namun saat ini indikasinya sudah terlihat dari makin banyaknya pasangan yang menunda pernikahan. Tren yang juga sudah terlihat di depan mata adalah kian banyak pasangan yang menikah dan hanya punya sedikit anak.

Maklum, menikah dan berusaha memiliki keturunan memang bukan hanya urusan di atas ranjang. Melainkan juga soal tanggung jawab untuk memberikan penghidupan yang layak secara ekonomi. Inilah yang menjadi salah satu penyebab sebagian orang enggan menikah dan punya anak.

Padahal, pernikahan yang diikuti dengan ketersediaan pasokan penduduk di usia produktif yang memadai akan menjadi modal untuk memutar roda ekonomi secara kontinyu di masa depan. Bukan hanya sebagai konsumen tapi juga sebagai pelaku aktif kegiatan ekonomi.

Dus, untuk mencegah fenomena ini kian berkembang hingga menjadi besar dan tak terbendung, maka pemerintah saat ini punya kewajiban untuk tidak membikin pasangan muda jeri menikah dan mempunyai  keturunan. 

Dari sisi ekonomi, pemerintah perlu menjaga stabilitas, ketersediaan dan daya jangkau masyarakat terhadap kebutuhan mendasar; sandang, pangan dan papan. Tak lupa membuka akses pendidikan dan layanan kesehatan yang merata.

Kita tentu berharap masyarakat Indonesia tak akan pernah seperti di Jepang, Korea Selatan atau negara lain, yang anak mudanya enggan menikah dan tak lagi doyan berusaha punya anak. 

Terbaru
IHSG
7.174,53
0.90%
63,72
LQ45
931,36
0.40%
3,72
USD/IDR
16.244
0,12
EMAS
1.320.000
0,38%