Keamanan Data Jadi Alasan Otoritas Siber China Meminta Didi Keluar dari Bursa AS

Jumat, 26 November 2021 | 13:27 WIB
Keamanan Data Jadi Alasan Otoritas Siber China Meminta Didi Keluar dari Bursa AS
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Logo aplikasi raksasa ride-hailing asal China, Didi, terlihat di layar ponsel, 1 July 2021. REUTERS/Florence Lo/Illustration/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI.  Regulator China meminta eksekutif puncak di perusahaan transportasi online raksasa Didi Global Inc untuk menyusun rencana delisting dari New York Stock Exchange. Permintaan itu menyusul kekhawatiran Beijing terhadap keamanan data yang dimiliki Didi, Bloomberg News melaporkan.

Otoritas teknologi di China ingin manajemen mengeluarkan perusahaan dari bursa AS di tengah kekhawatiran tentang kebocoran data sensitif, demikian diberitakan Bloomberg yang mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

Baik Didi maupun Administrasi Dunia Siber China (CAC) tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Saham investor Didi SoftBank Group Corp dan Tencent Holdings masing-masing turun lebih dari 5% dan 3,1%, menyusul laporan tersebut.

Proposal yang dipertimbangkan termasuk melakukan privatisasi langsung, atau mencatatkan saham di bursa Hong Kong, yang diikuti dengan delisting di bursa AS, menurut berita tersebut.

Baca Juga: Manufacturing Series Virtual Expo 2021, mendukung geliat investasi sektor manufaktur

Jika opsi privatisasi yang dipilih, pemegang saham kemungkinan akan mendapatkan harga tawaran pembelian paling rendah sama dengan harga penawaran perdana saham, yaitu US$ 14 per saham. Penawaran pembelian dengan harga yang lebih rendah tidak lama setelah perusahaan melakukan IPO, pada bulan Juni, dapat memicu gugatan hukum atau perlawanan dari pemegang saham, demikian pemberitaan laporan itu, mengutip sumber.

Pada penutupan hari Rabu, saham Didi telah jatuh 42% menjadi US$ 8,11 per saham sejak go public pada bulan Juni.

Perusahaan itu melanggar permintaan otoritas China dengan tetap menggulirkan pencatatan saham di bursa New York. Padahal, Beijing mendesak Didi untuk menunda hingga tinjauan keamanan siber atas pengelolaan datanya tuntas, seorang sumber mengatakan kepada Reuters.

Baca Juga: Regulator China berupaya agar perusahaan Tiongkok tidak dihapus dari bursa AS

Segera setelah itu, CAC meluncurkan penyelidikan atas praktik pengumpulan dan penggunaan data pengguna yang dilakukan Didi. Dari hasil pengkajian otoritas, Didi dinilai telah mengumpulkan data secara ilegal. Beijing pun memerintahkan gerai aplikasi untuk menghapus 25 aplikasi seluler yang dioperasikan Didi.

Tanggapan Didi saat itu adalah mengatakan telah berhenti mendaftarkan pengguna baru. Didi juga berjanji membuat perubahan untuk mematuhi aturan tentang keamanan nasional dan penggunaan data pribadi dan akan melindungi hak-hak pengguna.

Raksasa teknologi China berada di bawah pengawasan ketat negara atas perilaku anti-monopoli dan penanganan data konsumen mereka yang luas, ketika pemerintah mencoba untuk mengendalikan dominasi mereka setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan yang tak terkekang.

SoftBank Vision Fund memiliki 21,5% dari Didi, diikuti oleh Uber Technologies Inc dengan 12,8% dan Tencent 6,8%, menurut pengajuan pada bulan Juni oleh Didi.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 11:00 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Selain inisiatif ekspansinya, FAST akan diuntungkan oleh industri jasa makanan Indonesia yang berkembang pesat.

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia
| Rabu, 10 Desember 2025 | 10:00 WIB

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia

Setelah pergantian kepemilikan, gerak LABA dalam menggarap bisnis baterai cukup lincah di sepanjang 2024.

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:34 WIB

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya

Minat korporasi melantai ke bursa terus meningkat dan akan terlihat di tahun 2026. ada empat sampai lima perusahaan yang sedang kami perhatikan. 

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:57 WIB

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan

Mandiri Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten dalam cakupannya bisa tumbuh 14,2% dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8%.

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:54 WIB

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan proses demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) segera rampung pada semester I-2026 mendatang.

INDEKS BERITA

Terpopuler