Kendati Harganya Naik Terangkat Biaya Baterai, Pasar Mobil Listrik Kian Melaju

Sabtu, 07 Mei 2022 | 12:56 WIB
Kendati Harganya Naik Terangkat Biaya Baterai, Pasar Mobil Listrik Kian Melaju
[ILUSTRASI. Infografik: Penjualan BEV global 2020-Q12022]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat konsumen untuk memiliki mobil bertenaga baterai listrik, alias batttery electric vehicle (BEV) tidak surut. Bahkan di saat harga mobil listrik meningkat, penjualan tetap tumbuh tinggi. Di kuartal pertama tahun ini, penjualan BEV, yang disebut sebagai mobil listrik yang sesungguhnya, diprediksi tumbuh 120%, menurut EV-volumes.com, penyedia data pasar mobil listrik sedunia.

Penjualan mobil listrik selama kuartal pertama tahun ini ditaksir ev-volumes.com mencapai 1,71 juta unit lebih. Sepanjang Januari dan Februari penjualan yang terealisasi mencapai 835.119 unit. Untuk bulan Maret, penjualan diproyeksi naik hingga 877.956 unit (Lihat infografik).

Di saat pasar semarak, berbagai produsen mobil listrik pun mencatatkan rekor penjuala. Tiga produsen mobil listrik asal China, yaitu Nio, Xpeng dan Li Auto, membukukan penjualan tertinggi mereka di bulan Maret. Sementara produsen mobil listrik Amerika Serikat, Tesla, menorehkan rekor pengiriman di kuartal pertama, sebanyak 310.000 unit BEV.

Baca Juga: Krisis Ukraina dan Infeksi Baru Covid Suramkan Proyeksi Pertumbuhan Asia Pasifik

Yang patut menjadi catatan, mobil bertenaga baterai listrik laris manis di saat produsen menaikkan harga jual. Pabrikan dari Tesla hingga SAIC-GM-Wuling, yang membuat mobil listrik entry level, Hongguang Mini, mengerek harga jual produknya hingga dua digit.

Harga naik tinggi karena produsen mengalihkan berbagai biaya yang melonjak ke konsumen. Kenaikan biaya, bahkan terjadi untuk pembuatan baterai. Di kuartal pertama tahun ini, biaya rata-rata produksi sel baterai lithium ion meningkat menjadi US$ 106 per kilowatt jam (Kwh), meningkat dari rerata di tahun lalu, yaitu US$ 105 kwh.

Ini merupakan kali pertama komponen penting mobil listrik itu menanjak. Selama 30 tahun  terakhir, biaya produksi baterai untuk mobil terus menerus melandai. Data industri, yang dikutip Reuters, menunjukkan bahwa biaya produksi rata-rata baterai listrik untuk mobil telah turun hampir 99%, dari US$ 7.500 pada 1991 hingga US$ 105.

Baca Juga: Stellantis Tingkatkan Produksi Mobil Listrik Dengan Investasi C$ 3,6 Miliar

Gangguan rantai pasokan yang terjadi paska pandemi merupakan alasan pertama harga baterai mobil listrik terangkat naik. Kenaikan berbagai harga komoditas logam yang juga menjadi tren seusai pandemi turut melonjakkan biaya produksi baterai.

Situasi itu diperparah oleh aksi Rusia menginvasi Ukraina. Pasokan logam semakin seret, karena output dari Rusia tak lagi bisa memasuki pasar akibat sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat. Biaya melonjak semakin tinggi oleh aksi spekulasi investor.  

Produsen baterai mengalihkan kenaikan biaya produksi yang dihadapinya ke pabrikan mobil listrik. "Kenaikan biaya harus ditanggung oleh pembuat mobil," tutur Andy Palmer, Chairman Inobat, seperti dikutip Reuters. Ia beralasan, sebelum biaya naik, margin yang pembuat baterai sudah tipis.

Hampir seluruh pabrikan mobil listrik pun mengalihkan kenaikan biaya produksinya, termasuk baterai, ke konsumen. Beberapa yang sampai sekarang masih menahan harga, seperti Mercedez-Benz, sudah mengambil ancang-ancang. Jika harga bahan baku terus naik, "Kami perlu menjaga mergin," tutur Chief Technology Officer Mercedez, Markus Schaefer kepada Reuters.

Kendati harga naik, atrian pembelian mobil listrik tetap terjadi. Kondisi pasar mobil listrik terkini membalikkan prediksi industri otomotif konvensional. Bahwa, permintaan terhadap mobil listrik akan menyusut begitu penurunan biaya produksi baterai terhenti.

Industri otomotif selama ini mempercayai selera pasar akan berubah ke mobil listrik begitu biaya baterai merosot hingga menyentuh kisaran US$ 100 per kwh. Jika menyentuh angka tersebut, maka biaya BEV dipercaya setara dengan harga bahan bakar fosil yang setara. 

Namun prediksi itu meleset. Kenaikan harga minyak yang terjadi belakangan ini, juga perubahan selera konsumen, tetap menjaga permintaan mobil listrik. Kendati, harga baterai justru rebound. 

Baca Juga: AS Alokasikan Lebih dari US$ 3 Miliar untuk Pembuatan Baterai Kendaraan Listrik

Permintaan mobil listrik di China dan pasar lain "naik lebih cepat dari yang diperkirakan orang - lebih cepat dari pasokan bahan" untuk baterai EV, demikian pernyataan Stan Whittingham, seorang penemu baterai lithium-ion dan pemenang Nobel 2019, seperti dikutip Reuters.

Kekhawatiran tentang lingkungan dan iklim juga telah memotivasi pembeli, terutama yang lebih muda, untuk memilih EV daripada membeli mobil dengan bahan bakar fosil, kata Chris Burns, kepala eksekutif Novonix, pemasok bahan baterai yang berbasis di Halifax.

“Banyak anak muda yang memasuki pasar membuat keputusan pembelian di luar ekonomi sederhana dan mengatakan bahwa mereka hanya akan mengendarai EV karena lebih baik untuk planet ini,” kata Burns, seperti dikutip Reuters. 

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan
| Kamis, 18 September 2025 | 08:38 WIB

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan

Pertumbuhan kredit Bank BRI (BBRI) diproyeksikan lebih bertumpu ke segmen konsumer dan korporasi, khususnya di sektor pertanian dan perdagangan. 

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan
| Kamis, 18 September 2025 | 07:55 WIB

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan

Likuiditas simpanan dan penyaluran kredit perbankan yang berpotensi lebih rendah sepanjang tahun ini jadi catatan investor asing.

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah
| Kamis, 18 September 2025 | 07:19 WIB

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah

Meski berisiko, penempatan dana ini bisa jadi sentimen positif bagi saham perbankan, karena ada potensi perbaikan likuiditas dan kualitas aset.

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun
| Kamis, 18 September 2025 | 07:15 WIB

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun

JITEX 2025 diikuti  335 eksibitor dan 258 buyer. Tahun ini kami menghadirkan buyer internasional dari sembilan negara dan lebih banyak investor

 Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi
| Kamis, 18 September 2025 | 07:12 WIB

Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi

Kapasitas produksi dalam negeri dinilai mampu memenuhi kebutuhan food tray program MBG. sehingga tidak perlu impor

Progres Proyek LRT  Fase 1B Capai 69,88%
| Kamis, 18 September 2025 | 07:00 WIB

Progres Proyek LRT Fase 1B Capai 69,88%

Pada Zona 1, yakni Jl. Pemuda Rawamangun dan Jl. Pramuka Raya, progres pembangunan telah mencapai 69,06%

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu
| Kamis, 18 September 2025 | 06:58 WIB

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu

CTRA berada di posisi yang tepat untuk mempertahankan pertumbuhan, margin, dan mendorong nilai jangka panjang

Permintaan Tumbuh, BSDE Rajin Merilis Ruko Baru
| Kamis, 18 September 2025 | 06:57 WIB

Permintaan Tumbuh, BSDE Rajin Merilis Ruko Baru

BSDE mengantongi marketing sales ruko Rp 1,26 triliun atau berkontribusi sekitar 25% dari total pra-penjualan di semester I-2025

Suku Bunga The Fed Turun, Pelemahan Indeks Dolar AS Masih Bisa Berlanjut
| Kamis, 18 September 2025 | 06:55 WIB

Suku Bunga The Fed Turun, Pelemahan Indeks Dolar AS Masih Bisa Berlanjut

Penurunan suku bunga Federal Reserve biasanya turut menyebabkan dolar AS melemah dalam jangka pendek

Izin Ekspor Freeport Tak Diperpanjang
| Kamis, 18 September 2025 | 06:52 WIB

Izin Ekspor Freeport Tak Diperpanjang

Ekspor konsentrat tembaga telah dilarang sejak 1 Januari 2025 berdasarkan Permendag Nomor 22 Tahun 2023 junto Permendag Nomor 20 Tahun 2024.

INDEKS BERITA

Terpopuler