Krisis Ukraina dan Infeksi Baru Covid Suramkan Proyeksi Pertumbuhan Asia Pasifik

Kamis, 07 April 2022 | 13:27 WIB
Krisis Ukraina dan Infeksi Baru Covid Suramkan Proyeksi Pertumbuhan Asia Pasifik
[ILUSTRASI. Infografik: Pertumbuhan PDB Asia Pasifik dan proyeksi ADB.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi militer Rusia menginvasi Ukraina berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Itu terlihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi terbaru untuk kawasan Asia Pasifik yang dipublikasikan Bank Pembangunan Asia pada Rabu.

Ini merupakan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2022 keempat yang diterbitkan ADB. Dalam proyeksi terbarunya, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan negara-negara berkembang Asia, termasuk China dan India di tahun ini akan mencapai 5,2%. Angka itu sedikit lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi ketiga yang dipublikasikan pada akhir tahun lalu, yaitu 5,3%.

Perkiraan terbaru ADB juga lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi kedua yang dipublikasikan pada September 2021, yaitu 6,9%. Selain krisis Ukraina, gelombang terbaru infeksi Covid-19 disebut ADB sebagai penghambat pertumbuhan developing countries di Asia dan Pasifik.

 Baca Juga: IMF Pangkas Poyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jepang karena Dampak dari Perang Ukraina

Dalam publikasi per April, ADB juga merilis perkiraan pertama untuk pertumbuhan Asia Pasifik di tahun 2023 sebesar 5,3%. "Invasi Rusia ke Ukraina telah sangat mengganggu prospek untuk mengembangkan Asia yang masih bersaing dengan Covid-19," demikian kutipan dari laporan bertajuk Asian Development Outlook.

ADB merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan untuk seluruh sub-kawasan Asia Pasifik, kecuali Asia Selatan.  ADB sekarang memproyeksikan pertumbuhan di Asia Timur dan Asia Tenggara masing-masing sebesar 4,7% dan 4,9%. Bandingkan dengan perkiraan sebelumnya, yang secara berurutan masing-masing adalah 5,0% dan 5,1%.

Jika dilihat per negara di kawasan Asia Tenggara, sejumlah negara tidak mengalami revisi ke bawah dalam update terbaru ADB. Negara yang tidak mengalami perubahan proyeksi adalah Filipina, Indonesia dan Vietnam. Singapura dan  Malaysia justru mengalami proyeksi pertumbuhan yang lebih baik. Thailand menjadi negara di kawasan Asia Tenggara yang mengalami penurunan proyeksi. (Lihat Infografik).

 Baca Juga: Cadangan Devisa Bulan Maret 2022 Turun Menjadi US$ 139,1 Miliar

Lembaga keuangan multilateral yang berbasis di Manila itu menyebut faktor-faktor lain yang juga dapat mengaburkan prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik adalah kenaikan harga berbagai komoditas, terutama komoditas energi.  

Pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia Pasifik juga berada di bawah bayang-bayang perubahan arah kebijakan moneter di tingkat dunia. Tren semacam itu sangat mungkin muncul, apabila otoritas moneter di Amerika Serikat mengerek bunga acuannya secara agresif.

Seperti pertumbuhan ekonomi di kawasan lain di dunia, Asia Pasifik juga memiliki musuh lain, yaitu munculnya varian virus corona yang lebih mematikan. Apabila skenario yang tidak diharapkan ini muncul, ekonomi akan kembali tertekan oleh berbagai kebijakan pembatasan.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Melihat Potensi Akuisisi Campina (CAMP) Oleh Investor Strategis
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 12:28 WIB

Melihat Potensi Akuisisi Campina (CAMP) Oleh Investor Strategis

Emiten produsen es krim Campina, PT Campina Es Krim TBk (CAMP) diduga batal diakuisisi oleh manajer investasi asal Bahrain, Investcorp.

Dominasi Bitcoin Merosot di Awal Pekan, Altcoin Ini Layak Dicermati
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 09:34 WIB

Dominasi Bitcoin Merosot di Awal Pekan, Altcoin Ini Layak Dicermati

Bila penurunan dominasi terus berlanjut, likuiditas dari bitcoin bisa mengalir ke aset lain dan membuka ruang bagi reli altcoin.

Marketing Sales CTRA Melemah di Kuartal III, tapi Masih Ada Harapan di Ujung Tahun
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:42 WIB

Marketing Sales CTRA Melemah di Kuartal III, tapi Masih Ada Harapan di Ujung Tahun

Efek penurunan suku bunga BI belum terasa ke kredit KPR karena laju pemangkasan bunga kredit bank yang lebih lambat.​

Menang Lelang BWA, Hashim dan Sinar Mas Siap Masuk ke Bisnis Internet Murah
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:40 WIB

Menang Lelang BWA, Hashim dan Sinar Mas Siap Masuk ke Bisnis Internet Murah

Potensi perang harga sangat terbuka. Spektrum baru ini bakal menambah kompetisi di fixed broadband, terutama dengan TLKM yang masih dominan.

Harga Saham BBCA Anjlok Terus Hingga Sentuh Level Terendah Tiga Tahun, the Next UNVR?
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:27 WIB

Harga Saham BBCA Anjlok Terus Hingga Sentuh Level Terendah Tiga Tahun, the Next UNVR?

Jika level psikologis di 7.000 jebol, maka ada risiko harga saham BBCA bakal turun ke Rp 6.000 per saham.

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:54 WIB

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI

Pengusaha mendapatkan kepastian penerbitan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) lebih cepat dan harga listrik yang dipatok di US$ 20 cent per KWh.

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:48 WIB

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali

Sebanyak 44 perusahaan pertambangan yang mengajukan pengembalian izin telah membayar jaminan reklamasi tambang.

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:43 WIB

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda

Perbedaan bisa muncul karena data di level pimpinan SKK Migas memasukkan produksi LPG yang dikonversi ke setara minyak.

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:40 WIB

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok

Kementerian ESDM menjanjikan skema baru pembelian BBM swasta bisa disepakati pekan ini, sehingga bisa mengatasi kelangkaan pasokan

Kinerja Industri Susu Nasional Tertekan Daya Beli
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:35 WIB

Kinerja Industri Susu Nasional Tertekan Daya Beli

Hingga kuartal III-2025 hampir seluruh pelaku industri mencatat penurunan penjualan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

INDEKS BERITA

Terpopuler