KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hero Supermarket Tbk (HERO) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 12,97 triliun sepanjang tahun lalu. Kinerja top line tersebut turun 0,46% year on year (yoy). Sementara bottom line atau rugi tahun berjalan membengkak dari semula Rp 191,41 miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 1,25 triliun pada tahun 2018.
Segmen bisnis makanan masih mendominasi pendapatan hingga Rp 10,34 triliun atau 79,72%. Sisanya, Rp 2,63 triliun adalah kontribusi dari segmen bisnis non makanan.
Namun justru segmen bisnis makananlah yang menjadi biang keladi penurunan kinerja Hero Supermarket tahun 2018.
Lesu kinerja supermarket dan hypermarket masih terjadi pada tahun lalu. Manjemen perusahaan mengakui, bisnis ritel makanan sedang beradaptasi dengan perubahan pilihan pelanggan.
"Saat ini, pelanggan menginginkan akses terhadap produk dengan berbagai macam cara melalui format, lingkup dan lokasi yang berbeda dan kami merasakan dampaknya karena terlambat dalam menanggapi perubahan dinamika konsumen," kata Patrik Lindvall, Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk dalam penjelasan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (28/2).
Kendala terbesar Hero Supermarket pada merek Giant. Perusahaan berkode saham HERO di BEI itu menilai, merek Giant kuat tetapi harus dibangkitkan kembali untuk mengimbangi pilihan pelanggan. Makanya, mereka perlu berinvestasi meningkatkan daya saing, menurunkan beban biaya dan meningkatkan produktivitas.
Berbeda dengan segmen usaha makanan, bisnis non makanan Hero Supermarket tahun lalu masih naik. Kinerjanya terwakili melalui IKEA dan Guardian.