Ketidakpastian dari AS

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua pekan lagi, tepatnya pada 5 November 2024, pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) akan digelar. Hasil pemilu presiden AS ini dinanti-nanti dunia karena siapapun yang terpilih akan menentukan arah kebijakan ekonomi, perdagangan dan juga politik AS yang sudah pasti akan berdampak secara global.
Dua kandidat, Kamala Harris yang diusung Partai Demokrat dan Donald Trump yang dijagokan Partai Republik, bersaing sangat ketat. Hasil poling terakhir, Trump menipiskan ketertinggalan. Harris hanya unggul 1 poin persentase yakni 49% versus Trump 48%.
Bahkan, dalam perkiraan terbaru model statistik pemilihan presiden Amerika Serikat versi The Economist, menunjukkan untuk pertama kalinya sejak Agustus 2024, Donald Trump telah menyalip Kamala Harris. Trump memiliki peluang 54% untuk kembali ke Gedung Putih, naik enam poin persentase selama seminggu terakhir. Sementara Harris peluangnya cuma 45%.
Pasar juga mulai memperkirakan kemenangan Trump. Itu sebabnya, Indeks Dollar AS belakangan terus menguat yang membuat kurs rupiah tertekan. The Fed juga diekspektasikan akan mengurangi rencana pemotongan bunga karena kebijakan Trump yang berencana mengenakan tarif impor tinggi, sebuah tindakan yang dapat menaikkan inflasi dan suku bunga.
Dana Moneter Internasional (IMF) dalam outlook terbarunya yang dirilis, Selasa (22/10), meski tidak secara eksplisit menyebutkan efek pemilu AS, menyebutkan, ada risiko peningkatan proteksionisme, kebijakan proteksionis dan gangguan perdagangan yang dapat memengaruhi aktivitas global.
Janji Donald Trump yang akan mengenakan tarif 60% pada produk impor dari China dan bea masuk 10% atas barang impor dari seluruh dunia, kemungkinan akan mengerek inflasi lagi dan memaksa The Fed menaikkan suku bunga.
Dalam outlook terbaru, IMF memperkirakan, tarif dan ketidakpastian perdagangan di berbagai negara berisiko mengurangi tingkat output ekonomi global sekitar 0,5% pada tahun 2026.
Berbagai ramalan ketidakpastian global itu tentu akan menyulitkan juga bagi Indonesia. Terutama dalam upaya mendorong ekonomi bisa tumbuh lebih cepat dan keluar dari jebakan 5%.
Pekerjaan rumah pemerintahan baru untuk mencari celah dan peluang sekaligus menyiapkan mitigasi risiko dari ketidakpastian global yang makin tinggi ini.