Ketidakpastian Ekonomi Mengkhawatirkan, Pilih Investasi atau Pegang Cash?

Kamis, 24 Juni 2021 | 06:25 WIB
Ketidakpastian Ekonomi Mengkhawatirkan, Pilih Investasi atau Pegang Cash?
[ILUSTRASI. Uang rupiah.]
Reporter: Achmad Jatnika, Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian ekonomi semakin mengkhawatirkan seiring kasus Covid-19 yang terus mencetak rekor. Perencana keuangan menyarankan masyarakat untuk menambah dana darurat atawa kas. Sementara, manajer investasi menyarankan diversifikasi investasi.

Gelombang kedua Covid-19 menimbulkan ketidakpastian pada arah ekonomi semakin nyata. Perencana Keuangan sekaligus Founder Finansia Consulting Eko Endarto menyarankan, di tengah kondisi yang serba tidak pasti ini, masyarakat harus memperbanyak dana darurat. "Dana kas itu penting, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, dan kebutuhan bisa berubah," kata Eko, Rabu (23/6).

Uang tunai yang disiapkan  masyarakat idealnya bisa memenuhi minimal tiga hingga enam kali pengeluaran bulanan. Jika dana darurat sudah dipenuhi, Eko menyarankan masyarakat melunasi lebih cepat utang konsumtif. Tentunya, agar beban keuangan ke depan akan lebih ringan.

Jika dana kas dan utang sudah dialokasikan, Eko melanjutkan, masyarakat bisa tetap berinvestasi. Namun, di tengah krisis ekonomi saat ini, baiknya masyarakat memilih instrumen investasi yang stabil, seperti emas, obligasi ritel, maupun reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi pemerintah.

Sebaliknya, Eko menyarankan agar masyarakat mengurangi investasi di aset yang berisiko tinggi. Misalnya investasi  saham dan aset kripto,  serta properti yang memiliki likuiditas rendah.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, dalam kondisi yang masih mengkhawatirkan, ia menyarankan untuk tetap diversifikasi portofolio investasi. "Tak semua investor memiliki kemampuan baik dalam membaca arah pasar dan melakukan market timing, sehingga diversifikasi investasi penting," kata Rudiyanto.

Ia menyarankan untuk membagi porsinya di reksadana pasar uang, campuran, pendapatan tetap, dan saham. Dengan melakukan diversifikasi, walaupun asetnya mengalami penurunan, tetapi porsi menurunnya akan menjadi lebih sedikit.

Meski lonjakan kasus Covid-19 masih terjadi, Rudiyanto memproyeksikan pasar keuangan dalam negeri akan kembali bangkit. Katalis positif datang dari percepatan distribusi vaksin. "Semoga vaksinasi dapat meredakan kasus dalam beberapa waktu kedepan, melihat di India, walaupun kasus di sana cukup parah, tetapi dapat mereda dalam jangka waktu 2-3 bulan," kata Rudiyanto.

Rudiyanto memproyeksikan IHSG di akhir tahun berada di level 6.700-6.800. Sementara, return reksadana pasar uang diproyeksikan tumbuh 3%-3,5%. Sedangkan, kinerja reksadana reksadana pendapatan tetap diproyeksikan tumbuh 5%-7%, dan reksadana campuran tumbuh 5% hingga 10%.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Efek Aturan Baru Harga Patokan Mineral, Penambang Kecil Berpotensi Tertekan
| Selasa, 02 September 2025 | 11:56 WIB

Efek Aturan Baru Harga Patokan Mineral, Penambang Kecil Berpotensi Tertekan

Di satu sisi pemerintah menilai langkah ini memperkuat penerimaan negara, sementara di sisi lain penambang khawatir posisi tawarnya makin lemah.

Prabowo akan Rilis Aturan Pembangkit Sampah, Danantara dan Swasta Siap Garap PLTSa
| Selasa, 02 September 2025 | 11:46 WIB

Prabowo akan Rilis Aturan Pembangkit Sampah, Danantara dan Swasta Siap Garap PLTSa

Aturan terbaru terkait pembangkit listrik tenaga sampah meniadakan tipping fee dan mengakomodasi semua teknologi pengolahan sampah​.

Paling Diminati Asing Pekan Lalu, tapi Analis Pilih Wait and See AMMN, CUAN, & BBRI
| Selasa, 02 September 2025 | 08:36 WIB

Paling Diminati Asing Pekan Lalu, tapi Analis Pilih Wait and See AMMN, CUAN, & BBRI

Situasi Indonesia yang masih panas di sejumlah daerah membuat investor saham mesti lebih berhati-hati.

Prospek Diadang Lemahnya Daya Beli Masyarakat, Saham ACES Berpotensi Masih Tertekan
| Selasa, 02 September 2025 | 08:10 WIB

Prospek Diadang Lemahnya Daya Beli Masyarakat, Saham ACES Berpotensi Masih Tertekan

Tantangan lain bagi ACES adalah kembalinya merek Ace Hardware di bawah naungan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

Masih Jadi Sasaran Jual Asing, Saham Big Banks Berpotensi Naik Ketika IHSG Rebound
| Selasa, 02 September 2025 | 07:52 WIB

Masih Jadi Sasaran Jual Asing, Saham Big Banks Berpotensi Naik Ketika IHSG Rebound

Posisi underowned investor asing di saham-saham perbankan besar membuat kemungkinan tekanan jual ke depannya cenderung lebih kecil 

IHSG Sering Turun di September 10 Tahun Terakhir, 6 Saham LQ45 Ini Justru Lawan Arus
| Selasa, 02 September 2025 | 06:35 WIB

IHSG Sering Turun di September 10 Tahun Terakhir, 6 Saham LQ45 Ini Justru Lawan Arus

Probabilitas kenaikan harga enam saham LQ45 mencapai 60 persen ke atas pada bulan September dalam 10 tahun terakhir.

Di Awal Pekan Pasar Panik, Net Sell Rp 2,15 Triliun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 02 September 2025 | 06:24 WIB

Di Awal Pekan Pasar Panik, Net Sell Rp 2,15 Triliun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Kondisi politik yang memanas memicu asing melakukan aksi jual bersih alias net sell sebesar Rp 2,15 triliun.

Kinerja Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Lesu di Semester I 2025, Apa Strategi Andalan?
| Selasa, 02 September 2025 | 06:20 WIB

Kinerja Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Lesu di Semester I 2025, Apa Strategi Andalan?

TLKM catat penurunan pendapatan 3% di semester I 2025. Pelajari segmen yang terdampak dan strategi perusahaan untuk hadapi tantangan pasar.

Rupiah Bangkit di Awal Pekan, Begini Proyeksinya di Selasa (2/9)
| Selasa, 02 September 2025 | 06:10 WIB

Rupiah Bangkit di Awal Pekan, Begini Proyeksinya di Selasa (2/9)

Setelah melemah, rupiah menunjukkan tanda-tanda penguatan terhadap dolar AS. Pelajari faktor pendukung dan prediksi pergerakan rupiah ke depan

Genjot Kontribusi Anak Usaha, Charoen Pokphand (CPIN) Akuisisi Pembibitan Unggas
| Selasa, 02 September 2025 | 06:10 WIB

Genjot Kontribusi Anak Usaha, Charoen Pokphand (CPIN) Akuisisi Pembibitan Unggas

Melalui anak usahanya, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mengambil alih fasilitas pembibitan unggas milik PT Istana Satwa Borneo.

INDEKS BERITA

Terpopuler