KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk reksadana berjenis indeks dan exchange traded fund (ETF) mulai populer di industri keuangan dalam negeri. Alhasil, di sepanjang tahun ini penerbitan reksadana indeks dan ETF baru capai rekor jumlah terbanyak.
Data Infovesta Utama mencatat, ada 22 produk reksadana berjenis indeks dan ETF baru yang dirilis para manajer investasi (MI). Sebagai perbandingan, jumlah produk baru yang diluncurkan tahun 2017 hanya 12 produk baru.
Selain kenaikan jumlah produk, ternyata jumlah manajer investasi yang ikut berkontribusi pun bertambah. Di tahun ini, terdapat 16 manajer investasi yang merilis produk reksadana indeks dan ETF. Padahal tahun lalu hanya ada delapan MI yang berkontribusi dalam menerbitkan reksadana indeks dan ETF.
Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, alasan para MI ikut menerbitkan reksadana indeks dan ETF karena ada permintaan dari investor.
Semakin populernya reksadana indeks dan ETF juga bisa terlihat dari jumlah dana kelolaan. Indra M. Firmansyah, Director & Head of Investment Pinnacle Investment mencatat, dana kelolaan reksadana ETF saham dan ETF indeks di Indonesia mencapai Rp 5,7 triliun atau naik 96% dibanding tahun lalu. Sedangkan, dana kelolaan reksadana indeks capai Rp 5,2 triliun atau naik 30% dibanding tahun lalu.
Menurut Indra, selain karena transaksi reksadana ETF lebih mudah dan transparan, kedua jenis reksadana tersebut cenderung memberikan imbal hasil yang jauh lebih konsisten dibanding jenis reksadana dengan pengelolaan aktif.
Contohnya, tahun 2017 mayoritas dari 240 produk reksadana saham di Indonesia berkinerja di bawah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kurang lebih 30 produk reksadana berbasis saham yang bisa mengalahkan IHSG.
Jika dilihat dari 30 produk tersebut hampir semua merupakan produk ETF dan reksadana indeks yang berhasil memberikan return di atas IHSG. "Untuk mendapatkan alpha di pasar itu semakin susah dan terbukti kinerja reksadana berbasis saham mayoritas berada di bawah kinerja IHSG di beberapa tahun terakhir," kata Indra.
Oleh sebab itu, investor mulai sadar dan gerah pada kinerja reksadana saham yang kurang dan beralih ke produk pasif yang lebih dapat memberi return yang pasti mirip dengan indeks acuan.
Faktor ekonomi tumbuh
Bagi, Direktur Utama PT Ayers Asia Asset Management Dastin Mirjaya Mudijana reksadana indeks dan ETF memang menarik. Apalagi produk ini cocok bagi investor jangka panjang. Dia optimis, seiring dengan ekonomi Indonesia yang masih bertumbuh, kinerja reksadana indeks dan ETF akan mengikuti dalam mencetak return ganda.
Senada, Edbert bilang, pertumbuhan ekonomi domestik selalu terbuka. Apalagi kini kondisi pasar modal lebih positif setelah ada prospek kenaikan suku bunga di tahun depan tidak akan seagresif seperti di tahun ini.
Terlebih, saat ini valuasi IHSG sedang murah. "Jangka pendek memang masih banyak sentimen yang tidak pasti, tetapi kalau jangka panjang potensi pertumbuhan bagus," tegas Edbert.
Untuk tahun depan, dia memproyeksikan kinerja reksadana yang berbasis saham tumbuh 8%–9%. Nah, bagi investor yang percaya dalam jangka panjang IHSG masih tumbuh dan tidak mau pusing investasi di di reksadana indeks bisa jadi pilihan.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.