Kinerja Sejumlah Produsen Semen Belum Memuaskan

Senin, 27 Mei 2019 | 09:05 WIB
Kinerja Sejumlah Produsen Semen Belum Memuaskan
[]
Reporter: Eldo Christoffel Rafael, Kenia Intan | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek industri semen belum kokoh. Tengok saja, sejumlah pelaku industri semen mencatatkan kinerja yang tidak memuaskan dalam tiga bulan pertama tahun ini.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., misalnya, masih bisa mengatrol pendapatan 22,81% year on year (yoy) menjadi Rp 8,13 triliun. Namun, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih, terpangkas 34,86% yoy menjadi Rp 268,10 miliar.

Pendapatan anak usaha emiten berkode SMGR itu, yakni PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), juga naik 2,62% yoy menjadi Rp 2,35 triliun. Namun, perusahaan yang semula mengusung identitas PT Holcim Indonesia Tbk itu masih menanggung rugi tahun berjalan Rp 123,02 miliar.

Setali tiga uang dengan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. Dari Januari-Maret 2019 kemarin, pendapatannya tumbuh 7,23% yoy menjadi Rp 422,74 miliar tapi bottom line susut hingga tiga kali lipat menjadi Rp 4,13 miliar.

Pelaku industri semen menuding kondisi kelebihan pasokan semen alias over supply masih menjadi dalang kinerja keuangan turun. Pada saat yang bersamaan, permintaan dari sektor properti belum puliih.

Selain tantangan tersebut, secara khusus tahun ini Semen Indonesia berkutat dengan persoalan integrasi bisnis pasca mengakusisi Solusi Bangun Indonesia pada pada 31 Januari 2019 lalu. Maka dari itu, konsentrasinya sedikit terpecah.

Semen Indonesia memprediksi lesu pasar semen akan berlangsung selama semester I 2019. Namun, mereka justru melihat momentum itu tepat untuk melakukan pemeliharaan fasilitas produksi dan distribusi. Dengan melakukan pemeliharaan, Semen Indonesia bakal lebih siap menyambut peluang geliat pasar pada semester II nanti.

Sambil jalan, Semen Indonesia merestrukturisasi utang jangka panjang menggunakan duit hasil Penawaran Umum Obligasi. Tujuannya menekan beban bunga. "Salah satu langkah yang telah kami lakukan untuk menekan beban biaya adalah dengan penerbitan obligasi," kata Sigit Wahono, General Manager of Corporate Communication PT Semen Indonesia (Persero) Tbk kepada KONTAN, Jumat (24/5) pekan lalu.

Tak cuma emiten, perusahaan semen yang tidak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun merasakan tantangan di bisnis ini. Semen Bosowa misalnya, mengeluhkan mahalnya harga gas industri.

Namun Semen Bosowa juga tak menyerah pada nasib. Strateginya adalah menyusun ulang portofolio wilayah penjualan dan memperkuat ekspor klinker. "Kami kembali mengkaji jumlah produksi disesuaikan dengan permintaan pasar," terang Feby Triadi, Marketing Division Head Bosowa saat dihubungi KONTAN, Sabtu (25/5).

Indocement cemerlang

Hanya PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) yang boleh berbangga hati. Pendapatan bersihnya tumbuh 8,43% yoy menjadi Rp 3,73 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersih mereka terungkit 50,21% yoy menjadi Rp 396,95 miliar.

Manajemen Indocement mengaku pertumbuhan kinerjanya ditopang oleh tiga faktor. Pertama, rata rata harga jual semen mereka pada tiga bulan pertama tahun ini lebih tinggi sekitar 6% ketimbang tahun lalu. Kedua, volume penjualan klinker yang bertumbuh.

Ketiga, peningkatan efisiensi biaya operasional. Penyebabnya, Indocement hanya menjalankan pabrik terbaru. "Optimalisasi pengeluaran output dari terminal-terminal terbaru kami," jelas Antonius Marcos, Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

Indocement memiliki memiliki 13 pabrik dan dua terminal semen di di Lampung dan Palembang, Sumatra Selatan. Sambil menjalani efisiensi, mereka mengulik pasar baru dengan potensi bisnis yang menjanjikan.

Bagikan

Berita Terbaru

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%
| Jumat, 22 November 2024 | 23:44 WIB

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%

Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, telah menyerap 60% capex untuk teknologo informasi (TI) yang dianggarkan mencapai Rp 790 miliar di 2024

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

INDEKS BERITA

Terpopuler