Kisah Budiasto Kusuma Menyetel Transformasi Bisnis Ritel

Minggu, 02 November 2025 | 08:20 WIB
Kisah Budiasto Kusuma Menyetel Transformasi Bisnis Ritel
[ILUSTRASI. Direktur Utama PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) Budiasto Kusuma.]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lahir di Kediri, Jawa Timur, 46 tahun yang lalu, Budiasto hijrah ke Jakarta sejak usia dini. Dia sempat menjadi anak Menteng, lantaran mes sang ayah berada di kawasan elite tersebut. Menginjak kelas tiga sekolah dasar, keluarga Budiasto pindah dari Menteng ke Cengkareng.

Sebagai sulung dari dua bersaudara, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Budiasto menyadari posisi dan tanggung jawabnya. Saat  ayahnya pensiun, Budiasto lantas membantu ibu mengembangkan usaha industri rumahan yang memproduksi boneka.

Dari sini, Budiasto paham soal kerumitan menjalankan sebuah usaha. Mereka harus memikirkan pasokan bahan baku, produksi, distribusi, pemasaran, pembukuan, hingga soal perpajakan.

Baca Juga: Digital Mediatama (DMMX) Membalikkan Rugi Jadi Laba

Demi bisa membantu usaha keluarga, dia pun ikut berbagai pelatihan seperti Brevet AB perpajakan hingga mendalami pengetahuan tentang ekspor dan impor. Setelah ikut bergelut di usaha boneka orang tuanya, Budiasto merasa perlu ada sistematisasi agar proses bisnis bisa berjalan lebih baik. "Saya berpikir itu kurang teratur bisnis prosesnya. Ini yang menjadi motivasi saya, bagaimana bisnis ini lebih proper, saya ingin cari cara dengan berbagai keterbatasan saat itu," ungkap Budiasto kepada KONTAN, belum lama ini.

Dari situ, ketertarikan terhadap manajemen bisnis, pemasaran dan teknologi mulai tumbuh. Ada momentum yang pas dengan perkembangan teknologi yang mulai pesat pada akhir tahun 1990-an. Berada di keluarga besar yang sudah melek teknologi, Budiasto semakin antusias mendalami penguasaan perangkat keras maupun perangkat lunak teknologi yang tersedia kala itu. "SMA saya juga dekat Binus (Universitas Bina Nusantara). Jadi di situ sudah banyak warnet, jadi sekalian suka ngoprek (perangkat teknologi)," ujar Budiasto.

Dia pun memantapkan diri akan mendalami teknologi di perkuliahan. Tak mau tanggung, Budiasto mengincar kampus luar negeri. Malang tak dapat ditolak, mimpi ini tak tercapai. Sebab, kelulusan SMA Budiasto bersamaan dengan krisis moneter (krismon) yang menimpa Indonesia pada tahun 1997–1998. Kerusuhan melanda Jakarta, ekonomi ambruk, usaha boneka orang tua Budiasto pun nyaris bangkrut. "Saya sudah sampai survei kampus ke Australia. Tapi krismon, ya sudah enggak bisa. Hitung-hitungan biayanya sudah enggak masuk, cari beasiswa susah, chaos banget," kenang Budiasto.

Akhirnya, ia pun berjodoh dengan Binus, untuk menempuh studi sistem informasi. Budiasto mensyukuri jalan ini, lantaran ilmu dan keahlian yang diperoleh semasa kuliah akan bermanfaat pada perjalanan kariernya.

Pasca lulus dari Binus pada tahun 2002, Budiasto fokus untuk menyehatkan kembali bisnis boneka keluarganya. "Sampai tahun 2004 saya bantu orang tua dulu, saya bikin sistem, inventory management, memperbaiki pajak. Setelah clear, giliran cari kerja profesional," ungkap Budiasto.

Perubahan tren

Budiasto mengawali karier profesional sebagai programmer di PT Sarana Griya Lestari. Tak sampai dua tahun, Budiasto berlabuh ke PT Modern  International Tbk. Di sinilah karier Budiasto moncer. Dia menjadi bagian dari tim yang mempopulerkan Fuji Film di Indonesia. Dia pun kemudian memegang bagian ritel di Fuji Image Plaza dan menangani studio photo box, yang sangat tren di kalangan anak muda pada masa itu.

"Waktu itu kami formulasikan dengan tim yang dari Jepang. Sampai bisa kami bawa Fuji digital camera dari di bawah menjadi nomor tiga di Indonesia secara market share maupun brand awareness," terang Budiasto.

Dia juga berada di balik masa jaya jaringan 7-Eleven yang menjadi salah satu ikon ritel di Indonesia. "Saya diberi tugas oleh owner bagaimana marketing itu bisa convert dari cost center menjadi profit center," imbuh dia.

Tapi, justru inilah yang menempa Budiasto sekaligus menyadarkannya tentang dinamika industri dan perubahan tren yang bergerak cepat, bahkan seringkali tak terduga. Budiasto mengenang bagaimana studio dan percetakan foto menjadi sepi lantaran terjadi perubahan tren besar dari munculnya handphone berkamera.

Kemudian, rontoknya jaringan ritel 7-Eleven di Indonesia akibat kombinasi dari berbagai faktor. Dari sini, ayah dari dua orang putri ini semakin menyadari bahwa industri ritel perlu bertransformasi.

Pengusaha ritel perlu membaca dan memitigasi perubahan tren, serta memadukan pemasaran dengan digitalisasi. "Saya sudah mengalami berkali-kali siklus itu. Jadi perubahan tren itu seringkali bukan slight decline (melandai bertahap), tapi kayak waterfall," kata Budiasto.

Dengan pengalaman tersebut, Budiasto bersama kolega mendirikan Digital Mediatama Maxima. Tujuannya ingin ikut berkontribusi dalam menawarkan solusi transformasi ritel melalui periklanan digital berbasis cloud dan peningkatan layanan untuk mengaplikasikan smart retail.

Budiasto meyakini, kombinasi pemasaran dan pengaplikasian teknologi menjadi hal yang vital agar industri ritel tidak rontok tertohok perubahan tren. Namun, strategi itu perlu dibarengi dengan target pasar, proses bisnis dan eksekusi yang jelas. "Karena sudah mengalami beberapa kali goncangan, maka saya paham bahwa perubahan tren itu enggak menunggu kita. Artinya, kalau sudah melihat tren bakal ke situ dan intuisi kita mengatakan itu benar based on data, harus segera ambil tindakan," ucap Budiasto.               

Selanjutnya: Seluk Beluk Exchange Traded Fund di Tahun 2025

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terkait

Berita Terbaru

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:25 WIB

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes

KLBF jaga dividen 50‑60% sambil menyiapkan produksi X‑Ray, dialyzer, dan kolaborasi CT Scan dengan GE.

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental

Tekanan yang dialami saham PT PP Presisi Tbk (PPRE) berpotensi berlanjut namun dinilai belum membalikkan tren.

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor

Segmentasi penggunaan kedelai lokal dan impor menjadi strategi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri sekaligus menekan risiko inflasi pangan.

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:46 WIB

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue

PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) akan menerbitkan saham baru maksimal 522.800.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:40 WIB

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah

Pemulihan permintaan ekspor serta stabilnya pasar domestik menjadi penopang utama outlook kinerja emiten kertas pada 2026.

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:34 WIB

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo

Di tengah tren penurunan harga CPO global, sejumlah emiten sawit tetap memasang target pertumbuhan kinerja pada 2026.

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%

Hingga saat ini sudah ada 741.985 tenaga kerja yang terlibat dalam melayani program makan bergizi gratis.

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar

Emiten yang berafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro ini mengambil alih PT Bukit Permai Properti, anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:29 WIB

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah

Tekanan kehati-hatian datang dari pergerakan rupiah yang melemah ke Rp16.685 per dolar AS di pasar spot pada saat indeks dolar AS melemah. 

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:25 WIB

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed

Penawaran umum perdana saham (IPO) PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) kelebihan permintaan atau oversubscribed 318,69 kali.

INDEKS BERITA

Terpopuler