Kisah Para Perempuan yang Membuka Jalan Kelompok Rentan yang Berdaya Secara Ekonomi

Minggu, 25 Agustus 2024 | 07:35 WIB
Kisah Para Perempuan yang Membuka Jalan Kelompok Rentan yang Berdaya Secara Ekonomi
[ILUSTRASI. Precious One memberdayakan rekan difabel untuk menghasilkan beragam produk kerajinan tangan, seperti masker kain, tempat tisu, tas, boneka, bandana, mainan dan lain-lain]
Reporter: Asnil Bambani Amri, Danielisa Putriadita, Lidya Yuniartha | Editor: Asnil Amri

Sakit bisa membuat manusia bisa introspeksi. Saat sakit, manusia berkesempatan berkaca ulang, menengok ke belakang apa yang telah ia lakukan dan apa yang belum ia lakukan. Pengalaman sakit inilah yang membuat Ratnawati Sutedjo, pendiri Precious One sadar ingin terlibat membangun komunitas disabilitas yang berdaya dan produktif.

Saat sakit, Ratna memiliki keterbatasan dan tak produktif seperti yang dialami kebanyakan penyandang disabilitas. Kondisi itulah yang membuat Ratna ingin membantu mereka, jika sembuh dari sakitnya.

"Sejak itu saya bernazar, jika sembuh saya akan membantu orang lain khususnya disabilitas," kata Ratnawati dalam perbincangannya dengan KONTAN, Selasa (20/8).

Tuhan ternyata mendengar doa Ratna, kondisi kesehatannya membaik. Sejak itu, Ratna mencari jalan untuk terlibat membantu komunitas disabilitas. Berbekal keahlian membuat aneka produk keterampilan, Ratnawati mengajak satu orang penyandang disabilitas bikin kerajinan. Mula-mula, Ratnawati menjualnya ke kolega, kawan atau teman di kantor. Lama-lama, permintaan bertambah, Ratna mencari penyandang disabilitas lain untuk bantu.

Aktivitas yang dimulai tahun 2001 itu ternyata berkembang, hingga pesanannya bertambah. Sadar permintaan naik, Ratna mengumpulkan lebih banyak penyandang disabilitas untuk memproduksi pesanan kerajinan tangan termasuk produk fesyen. Setidaknya, kini ada ratusan produk yang diproduksi disabilitas di Precious One yang ada di Jakarta Barat tersebut.

Tidak hanya memberdayakan penyandang disabilitas di Jakarta, Ratna memiliki simpul dengan komunitas lainnya hingga ke luar Jawa. Jika ada order, tak jarang Ratna memesannya ke simpul disabilitas di daerah.

"Soal keahlian, ada banyak penyandang disabilitas sudah menguasai. Tapi, bagaimana produk itu sampai ke konsumen, itu yang jadi masalah," kata Ratna kepada KONTAN. Maka itu, Ratna telah bekerjasama dengan banyak pihak, baik individu, kelompok maupun korporat.

Pelanggan produk penyandang disabilitas datang dari entitas bisnis terkenal, mulai dari Permata Bank, BCA, Ichiban, Dapur Solo, Bandar Jakarta, Rempah Distro, JNE, Paxel dan juga entitas sekolah seperti Sekolah Harapan Bangsa dan Sekolah Pelita Harapan (SPH) dan banyak lagi.

Selain mendistribusikan produknya, Precious One juga berperan melakukan edukasi dan bimbingan wirausaha bagi para disabilitas. Ratna juga rutin menggelar pelatihan bagi penyandang disabilitas.

"Saat ini ada 37 penyandang disabilitas yang sedang dalam masa pelatihan," kata Ratna.

Jika dihitung, setidaknya Ratna memiliki anak didik disabilitas sampai ratusan orang. Maklum, ia sudah menjalankan kegiatan inklusi itu sejak 2001. Selain peran edukasi, Ratna juga melakukan usaha kolaborasi dengan banyak pihak, khususnya perancang fesyen, salah satunya Iwan Tirta.

 

Kelompok marginal

Dalam proyek kolaborasi itulah, penyandang disabilitas terlibat membuat produk kreatif. Kolaborasi lain yang dilakukan adalah bikin merchandise untuk Asian Games 2018. Ratna bilang, kebanggaan bagi penyandang disabilitas yang memasok produk untuk event akbar kelas Asia itu.

Tak hanya Ratnawati, ada pula Nicky Clara yang banyak terlibat dalam pemberdayaan kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Nicky merupakan Founder Setara Berdaya Group yang mengembangkan potensi disabilitas sejak 2017.

"Kami mulai bangun komunitas di Makassar, saat itu kami memberdayakan penjahit teman disabilitas," kata Nicky.

Perjuangan Nicky memberdayakan kelompok marginal tak hanya di Makassar saja. Tahun 2021, ia ekspansi ke Bali dan memberdayakan perempuan disabilitas di sana. Produk penyandang disabilitas yang dipasarkan Setara Berdaya Group diantaranya adalah produk fesyen, tenun dan kuliner.

Nicky menghubungkan konsumen dengan produk yang dihasilkan penyandang disabilitas. Selain itu, Nicky juga menyusun jejaring bisnis antar kelompok disabilitas. Misal, produk tenun komunitas disabilitas penenun nanti akan dijahit komunitas penjahit yang juga disabilitas.

"Saat ini, ada 7 desa penenun yang kami kolaborasikan. Kain tenunnya akan dijahit penjahit disabilitas," jelas Nicky yang juga penyandang disabilitas.

Perempuan lain yang juga ikut memberdayakan perempuan dan kelompok marginal adalah Tamara Gondo, mantan Miss Indonesia asal Jawa Timur tahun 2019. Mulanya, Tamara ingin meniti karier sebagai pengusaha, tapi ia ingin bisnisnya itu bermanfaat bagi kelompok marginal.

Kelompok yang membetot perhatian Tamara adalah pengungsi asing di sekitar Jakarta. Perhatian Tamara itu berawal dari pengamatan saat pengungsi hidup terlunta-lunta. Mereka tidak bisa memiliki aktivitas ekonomi karena statusnya pengungsi.

Selain itu, Tamara juga menyaksikan banyak perempuan kehilangan harapan, karena kondisi mental dan ekonomi yang tidak mumpuni, yang salah satu faktornya akibat kurangnya akses pendidikan.

Dengan kondisi ini, Tamara mendirikan Liberty Society, sebagai wadah usaha untuk kelompok marginal. Liberty Society menjadi etalase produk hasil kreasi dari perempuan-perempuan yang terpinggirkan.

Namun prosesnya tentu tak mudah. Nicky harus berjibaku melakukan edukasi. "Kami telah memberikan pelatihan atau bekerjasama dengan 6 komunitas, di Tangerang, Jakarta Utara, Bogor, dan Surabaya," kata Tamara kepada KONTAN.

Karena kiprahnya ini pula, Tamara masuk ke dalam jajaran Forbes 30 Under 30 Asia 2024 di kategori Social Impact. Liberty Society yang didirikannya telah membantu perempuan yang terpinggirkan.

Selain perannya membantu kelompok marginal, Liberty Society juga terlibat dalam usaha mendaur ulang sampah menjadi produk yang bernilai. Di antara program yang dilakukan adalah, mendaur ulang limbah dari produsen kertas dan pulp global April Group menjadi tas jinjing.

"Ibu-ibu dalam komunitas merasa bangga dengan keterlibatan mereka, dan pengetahuannya pun bertambah. Bukan hanya pengetahuan mengenai proses dan teknik menjahit, juga pengolahan sampah yang bisa dijadikan material untuk pembuatan produk baru," kata Tamara.

Namun memang, jalan yang dilakukan Tamara tak semuanya berjalan mulus. Ia berhadapan dengan standar dan mutu, terutama dalam hal penyeimbangan pemberdayaan warga dengan tujua bisnis. "Kami harus memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan standar untuk memastikan klien puas dengan produk kami," katanya.

Oleh karena itu, Tamara berusaha menjaga kualitas produk yang diproduksi komunitas binaan. Salah satu caranya adalah, menyortir produk yang dipasarkan. Produk akan dipasarkan jika persentase reject di bawah 2%. Saat ini, Liberty Society memproduksi aneka produk fesyen, seperti baju, aksesori, plakat, tas laptop, topi dan lainnya.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Dekonsolidasi Tokopedia Tekan Kerugian GOTO di Semester Pertama 2025
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 19:29 WIB

Dekonsolidasi Tokopedia Tekan Kerugian GOTO di Semester Pertama 2025

Beban kerugian dari Tokopedia tergerus seiring dengan keputusan GOTO menjual 75,01% saham ‘aplikasi hijau’ ini kepada TikTok Pte Ltd.

Raih ATH Baru, Harga Bitcoin Berpotensi Capai US$ 250.000 dalam Jangka Pendek
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 17:36 WIB

Raih ATH Baru, Harga Bitcoin Berpotensi Capai US$ 250.000 dalam Jangka Pendek

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menyebutkan secara teknikal, level US$ 125.000 menjadi resistance psikologis utama.

Ekspansi Luar Jawa Bakal Mendongkrak Kinerja Midi Utama Indonesia (MIDI)
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 15:16 WIB

Ekspansi Luar Jawa Bakal Mendongkrak Kinerja Midi Utama Indonesia (MIDI)

Sepanjang tahun 2025, perusahaan menargetkan pembukaan 200 gerai baru, sebagian ekspansi agresif itu akan berfokus pada wilayah luar Pulau Jawa.

ESG Elnusa (ELSA): Siapkan Investasi Agar Berbuah Pengurangan Emisi
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 09:00 WIB

ESG Elnusa (ELSA): Siapkan Investasi Agar Berbuah Pengurangan Emisi

Menengok upaya keberlanjutan bisnis PT Elnusa Tbk (ELSA) dalam pengelolaan finansial dan operasional.

Riuh Potensi Industri Musik dan Audio Digital
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 07:15 WIB

Riuh Potensi Industri Musik dan Audio Digital

Musik dan konten audio sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat di era digital. Prospek platform streaming musik dan audio pun cerah.

Menangkap Cuan dari Perluasan Pengguna QRIS
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 07:00 WIB

Menangkap Cuan dari Perluasan Pengguna QRIS

Tren transaksi non-tunai bakal semakin meningkat seiring pengguna QRIS yang semakin meluas.          

Menko Pangan: Kami Ingin Desa Menjadi Pusat Kegiatan Ekonomi
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 06:30 WIB

Menko Pangan: Kami Ingin Desa Menjadi Pusat Kegiatan Ekonomi

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan membeberkan rencana pengembangan Koperasi Desa Merah Putih kepada KONTAN.

Menampung Jelantah, Alfamart Menyelam Sambil Investasi
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 06:15 WIB

Menampung Jelantah, Alfamart Menyelam Sambil Investasi

Sembari menyelam minum air. Inilah strategi PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) menjalankan praktik ESG sekaligus menjadi strategi investasi.

 
Banyak Peminat, Gurih Laba usaha Roti Rumahan Makin Nikmat
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 06:10 WIB

Banyak Peminat, Gurih Laba usaha Roti Rumahan Makin Nikmat

Tren konsumsi roti makin gurih. Peluang usaha ini menjadi santapan legit bagi pelaku usaha roti rumahan. Seperti apa cara kerja bisnisnya?

 
Potensi Sangat Besar, Tren Green Jobs di Indonesia bakal Terus Meningkat
| Minggu, 17 Agustus 2025 | 06:00 WIB

Potensi Sangat Besar, Tren Green Jobs di Indonesia bakal Terus Meningkat

Potensi green jobs di Indonesia sangat besar. Pemerintah pun sudah menyiapkan peta jalan untuk pengembangan tenaga kerja hijau.

INDEKS BERITA

Terpopuler