KONTAN.CO.ID - TOKYO – Bursa Asia bergerak melandai dalam perdagangan pagi ini mengikuti Wall Street. Perselisihan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang memanas kembali menjadi sumber keprihatinan para investor.
Perselisihan Washington dan Beijing dalam soal dagang kembali memanas setelah Presiden AS menyatakan ia belum siap membuat kesepakatan dengan China. Pernyataan itu menuai respon dari Beijing.
Media massa di China memberitakan, pemerintahan Negeri Tembok Raksasa berniat membalas dengan membatasi penjualan rare earths ke AS. Rare earths merujuk ke 17 elemen kimia yang lazim dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai produk, mulai peralatan elektronik hingga senjata militer.
Indeks Nikkei di Jepang merosot 0,5% di sesi pembukaan pagi ini. Demikian juga indeks saham di Australia yang merosot 0,66%. Sedangkan MSCI Asia Pasifik di luar Jepang nyaris tak bergerak di sesi pagi ini. Sehari sebelumnya, indeks tersebut rontok hingga ke posisi terendahnya selama empat bulan terakhir.
“Investor kini menyusun ulang portofolionya untuk mengantisipasi kemungkinan konflik dagang yang berkepenjangan,” tutur Soichiro Monji, senior strategis di Sumitomo Mitsui DS Asset Management.
Seiring dengan antisipasi perang dagang yang berkepanjangan, investor pun cenderung mengambil posisi menjauh dari risiko. Instrumen utang yang diterbitkan pemerintah, terutama pemerintah negara maju menjadi pilihan.
Obligasi terbitan pemerintah Jerman termasuk safe haven bagi investor global saat ini. Yield obligasi pemerintah Jerman kini mendekati titik terendahnya.
Dalam perdagangan semalam, yield obligasi 10 tahun pemerintah Jerman merosot ke posisi -0,179%. Jika penurunan berlanjut hingga -0,200%, maka obligasi acuan Jerman itu akan mencetak rekor yield terendah yang baru.
Catatan saja, pagi ini Bursa Efek Indonesia ditutup hari ini untuk merayakan hari libur nasional Kenaikan Isa Almasih.