Konflik Sosial dan Lingkungan Warnai Pengembangan Panas Bumi (Geothermal) Flores
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan panas bumi (geothermal) di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) diwarnai penolakan berbagai kalangan mulai dari otoritas Gereja, kelompok masyarakat hingga lembaga sosial masyarakat dengan mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan.
Alhasil, sebanyak enam Uskup (Pemimpin Gereja Katolik) yang bernaung di bawah Provinsi Gerejawi Ende menolak rencana pengembangan panas bumi di Pulau Flores. Kehadiran proyek geothermal dinilai berpotensi merusak ekosistem di Flores. Selain itu, pengembangan panas bumi dinilai tidak sesuai dengan topografi Pulau Flores yang didominasi perbukitan dan pegunungan. Sumber mata air yang terbatas dikhawatirkan dapat terdampak dengan pengembangan panas bumi.
