Korporasi Besar Bersiap Sambut Lelang Enam Ruas Jalan Tol Senilai Rp 137,94 Triliun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun politik 2019 ini, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) kembali menyiapkan lelang enam proyek jalan tol baru. Program infrastruktur yang menjadi andalan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini terus digenjot.
Keenam proyek tersebut adalah ruas jalan tol Kamal-Teluk Naga-Rajeg, ruas Balaraja-Semanan, akses Pelabuhan Patimban, Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap, Jembatan Penajam-Passer Utara, serta Solo-Yogyakarta-Bandara Kulonprogo.
BPJT memperkirakan, keenam proyek jalan tol tersebut membutuhkan total investasi sebesar Rp 137,74 triliun!
Kepala BPJT, Herry Trisaputra Zuna, mengatakan pihaknya masih menunggu detail lokasi proyek. Proses lelang keenam jalan tol tersebut dilakukan pada awal tahun ini. "Kami berharap bisa memulai lelang pada kuartal satu ini," kata dia saat dihubungi KONTAN, Selasa (8/1).
Keenam proyek jalan tol yang sebagian besar berlokasi di Pulau Jawa ini diprakarsai oleh badan usaha. Dengan demikian, calon kuat dari setiap proyek adalah badan usaha yang memprakarsai proyek-proyek jalan tol tersebut. "Calon terkuat (yang memenangi lelang) tentu badan usaha yang memprakarsai proyek jalan tol itu. Namun, hasilnya bagaimana, lihat saat lelang nanti," ungkap Herry.
Salah satu korporasi yang menjadi pemrakarsa proyek jalan tol adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Perusahaan ini mengusulkan proyek jalan tol Akses Pelabuhan Patimban dan telah membentuk konsorsium yang dipimpin PT Jasa Marga Tbk.
Dalam konsorsium tersebut, Jasa Marga menguasai 55% saham, kemudian Surya Semesta memegang porsi 25% saham, Daya Mulia Turangga dan Jasa Sarana masing-masing mendekap 10% saham.
Surya Semesta membidik tol akses Pelabuhan Patimban lantaran tengah mengembangkan Kota Industri Subang dan Karawang Industrial Estate. Di wilayah Subang, Surya Semesta membangun proyek bertajuk Subang City of Industry. Kawasan yang berdiri di atas lahan seluas 2.000 hektare (ha) itu rencananya mulai groundbreaking pada Juli tahun ini.
Bukan hanya pemrakarsa, operator jalan tol lainnya juga membidik lelang kali ini. Astra Infra, anak usaha PT Astra Internasional Tbk, misalnya mengincar konsesi di ruas tol tersebut. Namun Business Development Astra Infra, Kris Ade Sudiyono, tidak menyebutkan ruas jalan tol mana yang mereka bidik.
Kris hanya menjawab secara diplomatis. "Kami akan melihat sebuah proyek menarik atau tidak dari tingkat return seperti apa, biaya proyek seperti apa, dan apakah ada support pemerintah atau tidak," tutur Kris saat dihubungi KONTAN, Selasa (8/1).
Oleh karena itu, Astra Infra akan menerapkan dua strategi dalam pengembangan bisnis jalan tol, yakni greenfield dan brownfield.
Kris yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Asosiasi Tol Indonesia (ATI) mengemukakan, proyek jalan tol akan menarik atau tidak berdasarkan tipe proyek dan peserta proyek yang mengikuti tender. "Kalau unsolicited project (proyek atas prakarsa badan usaha), maka peluang peserta lain menjadi kecil, sehingga menjadi kurang menarik," ujar dia.
Meski demikian, masih ada faktor lain, yaitu dari peserta proyek yang terlibat. Kris berpendapat, jika peserta tender ada dari kontraktor, maka sekalipun proyek sudah memiliki pemrakarsa, hal itu tetap menarik lantaran yang diincar jasa konstruksinya.
Kris juga menilai, sektor ini cukup mature dari model bisnis, kepastian hukum dan lainnya. "Jadi ini industri yang seksi untuk para investor masuk," tukas Kris.