Kredit Macet Naik, Biaya Cadangan Bank Ditambah

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru awal tahun, beberapa bank menaikkan biaya pencadangan. Ini artinya, ada situasi yang membuat bank perlu membuat bantalan demi menjaga pemburukan kualitas kredit masa depan.
Menilik data OJK, rasio kredit bermasalah terlihat naik. Non performing loan (NPL) gross perbankan per Januari 2025 ada di 2,18%. Angka ini naik dari bulan sebelumnya di level 2,08%. Ini artinya ada sekitar Rp 169,65 triliun kredit gagal bayar. Di saat sama, rasio loan at risk (LAR) naik dari Desember 2024 di 9,28% jadi 9,72% di Januari 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyadari memang ada pemburukan rasio kualitas kredit perbankan. Namun, Dian melihat perbankan memiliki bantalan yang kuat, di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian. Ini mengacu pada tingkat permodalan perbankan yang cukup.
Salah satu bank yang tercatat menaikkan beban pencadangan tinggi adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Per Januari 2025, beban pencadangan bank swasta terbesar Tanah Air ini naik 205% secara tahunan jadi Rp 568 miliar.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menyebut, kenaikan tingkat cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) kredit yang memadai ini untuk mengantisipasi penurunan kualitas aset.
Kondisi tersebut juga tercermin dalam NPL coverage yang dimiliki BCA. Sepanjang 2024, BCA menjaga NPL coverage 208,5% dan LAR coverage mencapai 76,9%. "Biaya pencadangan akan senantiasa kami tinjau, sejalan perkembangan kualitas aset dan kondisi ekonomi," ujar Hera.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga telah meningkatkan pencadangan tinggi. Tak main-main, pencadangan BRI naik 188,5% secara tahunan menjadi Rp 5,63 triliun per Januari 2025.
Belum lama ini, Direktur Utama BRI Sunarso bilang, pihaknya lebih fokus pada pengelolaan risiko jangka panjang, salah satunya dengan menyediakan cadangan yang cukup. "BRI memandang ke depan masih ada ketidakpastian, maka kami sudah cadangkan. Kami menyediakan cadangan bantalan," ujar Sunarso.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga meningkatkan pembentukan pencadangan untuk mengantisipasi tekanan global. Per Januari 2025, bank ini menaikkan pencadangan 27,56% secara tahunan jadi Rp 325,54 miliar.
Di periode sama, outstanding kredit BTN naik 7,1% secara tahunan jadi Rp 356,99 triliun. Direktur Utama Bank BTN Nixon L.P Napitupulu menjelaskan, pertumbuhan kredit ini memperlihatkan permintaan KPR tidak pernah lesu. Penambahan cadangan ini akan menjaga kinerja di tengah tantangan ekonomi.