Meski Rasio Kredit Macet Naik, Tren Penarikan Kendaraan Tak Bertambah

Senin, 03 Maret 2025 | 03:10 WIB
Meski Rasio Kredit Macet Naik, Tren Penarikan Kendaraan Tak Bertambah
[ILUSTRASI. Penjualan mobil bekas di Depok, Jawa Barat, Selasa (18/2/2025). Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), menilai kinerja penyaluran pembiayaan kendaraan bekas yang masih meningkat di sejumlah perusahaan multifinance, salah satunya karena adanya penurunan daya beli masyarakat untuk membeli kendaraan baru. (KONTAN/Baihaki)]
Reporter: Ferry Saputra | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit macet perusahaan pembiayaan meningkat di sepanjang tahun lalu. Ini nampak dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mencatat non performing financing (NPF) meningkat dari 2,48% pada 2023 menjadi 2,7% pada 2024. 

Peningkatan NPF kerap berujung ke kenaikan penarikan atau pengembalian kendaraan. Mengenai kecenderungan itu, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) menyatakan jumlah kendaraan berupa mobil yang dikembalikan, baik secara sukarela maupun melalui penarikan, masih dalam rasio rendah pada 2024. Jumlahnya terbilang stabil dibanding tahun sebelumnya. 

Baca Juga: Victoria Care (VICI) Bidik Lonjakan Penjualan di Ramadan 2025

Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan, rentang rasionya sebesar 0,3% dari total akun portofolio CNAF pada 2024. Dia menerangkan rendahnya penarikan atau pengembalian mobil karena CNAF lebih memprioritaskan proses pembayaran normal atau penyelesaian bersama dengan nasabah yang mengalami kendala.

Alasan penarikan

Selanjutnya, CNAF akan menjual kendaraan yang ditarik melalui balai lelang. Hasilnya untuk penyelesaian kewajiban nasabah. Per Januari, tren pengembalian kendaraan di CNAF lebih kecil, 0,1% dari total akun portofolio CNAF. Di 2024, NPF CNAF mencapai 1,03%, lebih baik dari 2023 di 1,11%. Ristiawan optimistis angka NPF pada tahun ini bisa dijaga di bawah 1%. 

Astra Credit Companies (ACC) juga menyatakan tren penarikan kendaraan cenderung stabil meski NPF industri naik. Sedang manajemen ACC enggan menyebut angka rasio NPF perusahaan ini.

EVP Corporate Communication & Strategy ACC Riadi Prasodjo menerangkan, alasan penarikan kendaraan cukup bervariasi, tergantung situasi dan kondisi nasabah, serta situasi di lapangan. NPF ACC pada Januari 2025 juga masih berada di bawah 1%.

Head of Corporate Secretary & Legal Mandiri Utama Finance Elisabeth Lidya Sirait menerangkan, tren penarikan tak tumbuh karena pihaknya menjaga keseimbangan antara penyaluran dan risiko. Elisabeth menyebut, kendala utama penarikan kendaraan biasanya proses administratif yang membutuhkan waktu, evaluasi kendaraan, serta koordinasi dengan nasabah dan lembaga penilai independen.

Baca Juga: Victoria Care (VICI) Optimalkan Momentum Ramadan, Siapkan Paket Tematik & Produk Baru

Elisabeth menuturkan, penjualan kendaraan yang ditarik dilakukan lewat lelang. Per Januari 2025, NPF MUF tercatat 1,36%. Nilai ini membaik dari Januari 2024 di 1,48%. "Jauh di bawah rata-rata industri," kata dia

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Begini Peta 10 Besar Manajer Investasi Setelah Akuisisi Manulife Atas Schroder
| Minggu, 28 September 2025 | 18:41 WIB

Begini Peta 10 Besar Manajer Investasi Setelah Akuisisi Manulife Atas Schroder

Akuisisi Schroder oleh Manulife 24 Sep 2025, AUM gabungan Rp 157,7 triliun, menanti persetujuan OJK. Info lengkap di sini!

Siasat Industri Properti dan Konstruksi Mengelola Dana dari KUR Perumahan
| Minggu, 28 September 2025 | 14:00 WIB

Siasat Industri Properti dan Konstruksi Mengelola Dana dari KUR Perumahan

Program kredit usaha rakyat (KUR) untuk perumahan akan menjadi amunisi pertumbuhan bisnis properti. 

Cara Dapat Kredit Rumah BTN dengan Bunga 5% dan Tenor Panjang
| Minggu, 28 September 2025 | 13:00 WIB

Cara Dapat Kredit Rumah BTN dengan Bunga 5% dan Tenor Panjang

Manfaatkan KUR perumahan BTN bunga 5% untuk rumah subsidi, tenor lama, biaya pinjaman rendah.            

iPhone 17 Jadi Amunisi Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) Hingga Akhir 2025
| Minggu, 28 September 2025 | 11:05 WIB

iPhone 17 Jadi Amunisi Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) Hingga Akhir 2025

Penjualan telepon seluler masih menjadi kontributor tertinggi bagi PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Aksi Anak Haji Isam Bikin Saham FAST Tancap Gas, Investor Ritel Kudu Tetap Hati-Hati
| Minggu, 28 September 2025 | 10:00 WIB

Aksi Anak Haji Isam Bikin Saham FAST Tancap Gas, Investor Ritel Kudu Tetap Hati-Hati

Risiko investasi di saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) tetap tinggi karena belum ada perubahan fundamental dan likuiditas saham yang kecil.

Menanti Hasil Eksekusi Rencana First Resources di ANJT, di Atas Kertas Mestinya Oke
| Minggu, 28 September 2025 | 09:00 WIB

Menanti Hasil Eksekusi Rencana First Resources di ANJT, di Atas Kertas Mestinya Oke

Sebagai pengendali baru, First Resources sendiri telah menyiapkan sejumlah strategi pengembangan ANJT ke depan.

Deposito Lebih Likuid, Fleksibel dan Minim Risiko
| Minggu, 28 September 2025 | 09:00 WIB

Deposito Lebih Likuid, Fleksibel dan Minim Risiko

Beberapa bank menawarkan bunga deposito lebih tinggi untuk tenor pendek. Bisa untuk kebutuhan apa saja?

Spekulan Berulah, Hati-Hati Terkecoh Kenaikan Ekstrem Waran Terstruktur
| Minggu, 28 September 2025 | 07:20 WIB

Spekulan Berulah, Hati-Hati Terkecoh Kenaikan Ekstrem Waran Terstruktur

Warran terstruktur menjanjikan keuntungan lebih atraktif ketimbang saham dasarnya. Tapi, hati-hati kalau harga naik terlalu ekstrem.

Nilai Tukar Rupiah Tertekan Faktor Internal dan Eksternal
| Minggu, 28 September 2025 | 06:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Tertekan Faktor Internal dan Eksternal

Kurs rupiah melemah 0,8% dalam seminggu, ditutup di Rp16.738 per dolar AS pada 26 September 2025. Lihat analisis penyebabnya.

Tidak Lagi Bingung Buang Sampah Ukuran Jumbo
| Minggu, 28 September 2025 | 06:30 WIB

Tidak Lagi Bingung Buang Sampah Ukuran Jumbo

Buang barang dengan ukuran besar, kerap merepotkan. Penyedia jasa angkut sampah jumbo pun menangkap peluang menarik ini. 

INDEKS BERITA

Terpopuler