Kredit Produktif Bikin Radana Bhaskara Finance (HDFA) Kian Untung

Sabtu, 06 Agustus 2022 | 04:50 WIB
Kredit Produktif Bikin Radana Bhaskara Finance (HDFA) Kian Untung
[]
Reporter: Yuliana Hema | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berkat transformasi bisnis, emiten pembiayaan PT Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA) mampu membalikkan rugi jadi laba. Padahal selama tiga tahun berturut-turut sebelumnya, HDFA menderita kerugian. 

Pada tahun 2021, Radana Finance sukses membukukan laba bersih sebesar Rp 34,77 miliar. Angka ini jauh lebih baik dari tahun 2020 yang merugi Rp 84,43 miliar. 

Ini sejalan dengan kenaikan pendapatan HDFA pada periode yang sama, mencapai Rp 155,08 miliar. Capaian ini tumbuh 53,78% secara year on year (yoy) dari Rp 100,85 miliar di tahun 2020. 

Baca Juga: Radana Finance (HDFA) Mengincar Pertumbuhan Laba 30%-40% Tahun Ini

Kenaikan pendapatan tersebut bersumber dari pendapatan pembiayaan yang melejit 142,05% secara tahunan menjadi Rp 120,12 miliar. Pendapatan dari bank mencapai Rp 3,65 miliar dan pendapatan lain-lain berkontribusi sebesar Rp 31,30 miliar. 

Sampai akhir 2021, pembiayaan baru yang disalurkan mencapai Rp 1,5 triliun. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan yaitu sekitar 255% secara tahunan. 

Direktur Radana Finance Rizalsyah Riezky mengatakan, sebelum tahun 2019, perusahaan ini berkecimpung pada segmen konsumtif seperti pembiayaan motor, mobil dan rumah, dengan target pasar menengah ke bawah. Namun kala itu, bisnis multifinance alias pembiayaan sedang mengalami terpaan, di antaranya seretnya kredit yang disalurkan oleh bank pada perusahaan multifinance. 

Hal ini juga dirasakan Radana Finance secara tidak langsung. "Awal tahun 2020 kami mulai transformasi," jelas Rizalsyah, ke KONTAN. Dia bilang, produk Radana Finance mulai dari pembiayaan mobil atau motor berubah yang produktif, yaitu factoring untuk memberikan modal kerja kepada nasabah. HDFA juga banyak memberi pembiayaan alat berat dan trucking. 

Baca Juga: Begini Strategi Radana Finance (HDFA) Membalikkan Rugi Jadi Laba di 2021

Direktur Bisnis Radana Finance Milokevin Wendiady menambahkan, saat ini Radana Finance punya dua produk, yang pertama asset based financing (ABF) untuk pembiayaan alat-alat berat dan truk komersial. Kedua, anjak piutang atau factoring.

Proyeksi kinerja

Perusahaan ini juga menyusun ulang komposisi manajemen atau sumber daya manusia (SDM) dengan menggaet pekerja yang berkompeten di bidang alat berat untuk mendukung bisnis barunya. Rizalsyah bilang, transformasi juga dilakukan dengan menghemat kantor cadang yang dimiliki. 

Jika semula Radana Finance memiliki 42 titik cabang, tapi sekarang hanya punya satu titik sehingga bisa memperbaiki biaya operasi. "Kami banyak melakukan perbaikan dengan sentralisasi kredit yang tadinya semua cabang bisa menyetujui kredit sekarang kami sentralisasi. Proses itu membuat performa kami lebih baik," ucap dia. 

Untuk tahun ini, Radana Finance menargetkan bisa mengerek laba bersih double digit. "Untuk bottom line, kami coba incar pertumbuhan sekitar 30%-40%," ucap Rizalsyah.

Ini artinya laba bersih emiten berkode saham HDFA bisa mencapai Rp 201,6 miliar hingga Rp 217,11 miliar pada tahun ini. Per semester satu tahun ini, laba bersih HFDA naik 22,52% menjadi Rp 18,13 miliar. Kenaikan laba bersih tersebut sejalan dengan pendapatan HDFA sebesar 45,28% menjadi Rp 93,42 miliar. 

Baca Juga: Pendanaan Perbankan Dalam Negeri ke Multifinance Tumbuh Subur

Pendapatan tersebut berasal dari pendapatan pembiayaan tumbuh 80,23% yoy menjadi Rp 83,07 miliar. Pendapatan bunga bank senilai Rp 1,08 miliar dan penghasilan lain sebesar Rp 9,26 miliar. 

Milokevin menambahkan, HDFA menargetkan pembiayaan baru atawa booking mencapai Rp 2 triliun di akhir 2022. Adapun transaksi pembiayaan baru HDFA mencapai Rp 867,97 miliar per Juni 2022. Nilai ini tumbuh 61,98% dari Rp 535,84 di akhir Juni 2021. 

Milo mengakui, kenaikan harga komoditas turut mendorong kinerja Radana Finance di paruh pertama tahun ini. Hal ini mendorong perusahaan komoditas untuk mencari alat baru. "Kalau dari Radana, dampaknya cukup positif kalau buat kami secara keseluruhan," imbuhnya. 

Namun ada tantangan yang harus dihadapi HDFA, salah satunya adalah ketersediaan alat berat sedang terbatas. HDFA juga bersaing mendapatkan bunga perbankan yang kompetitif. HDFA pun menjalin kerja sama dengan new anchor dan principal.   

Dipegang Investor Asing

Mayoritas saham PT Radana Bhaskara Finance Tbk kini dimiliki oleh investor asing yakni Rubicon Investment Holdings Pte Ltd. Perusahaan asal Singapura ini telah memiliki saham emiten berkode HDFA sejak tahun 2019. Perusahaan ini dikendalikan secara langsung dan mayoritas dimiliki oleh Archipelago Asia Focus Fund Pte Ltd.

Kala itu, Rubicon mencaplok 47,51% saham HDFA dari tiga pemegang saham sebelumnya, yaitu PT Tiara Marga Trakindo, PT Inti Investasi Prima, PT Eliora Lumina Indonesia dan PT HD Corpora. Nilai akuisisinya Rp 73,64 miliar.  

Baca Juga: Investor Terus Mengincar Multifinance

Adapun pengambilalihan saham yang dilakukan Rubicon lewat penerbitan saham baru dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Akibatnya, per 31 Juli 2022, kepemilikan Rubicon mengembang menjadi 55,23%. Sementara Tiara Marga Trakindo memiliki 37,15% dan masyarakat 7,62%.                            

Bagikan

Berita Terbaru

Penjualan Mobil Bekas Masih Tumbuh
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:45 WIB

Penjualan Mobil Bekas Masih Tumbuh

Adanya pertumbuhan penjualan mobil bekas setidaknya tergambar dari pembiayaan multifinance yang meningkat.

 Impor Komoditas Energi Butuh Hitungan Pasti
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:39 WIB

Impor Komoditas Energi Butuh Hitungan Pasti

Impor LPG, bahan bakar minyak, dan minyak mentah dari AS akan menambah beban fiskal karena jumlah subsidi membengkak

 Dari Finance Terjun ke Properti
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:33 WIB

Dari Finance Terjun ke Properti

Perjalanan karier Surina sebagai ahli keuangan hingga menjadi Direktur PT Indonesian Paradise Property Tbk

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Ekspansi ke Bisnis PLTS Atap
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Ekspansi ke Bisnis PLTS Atap

ITMG mengembangkan bisnis EBT melalui anak usahanya, PT ITM Bhinneka Power (IBP) dan PT ITM Energi Utama

Martina Berto (MBTO) Terus Mencari Peluang di Pasar Ekspor
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Martina Berto (MBTO) Terus Mencari Peluang di Pasar Ekspor

MBTO sudah aktif menjajaki pasar luar negeri sejak 2011 silam, dan terus meningkatkan agresivitas ekspansi mereka.

Nego Trump Lagi Agar Tarif Bisa Nol Persen
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Nego Trump Lagi Agar Tarif Bisa Nol Persen

Pemerintah ingin CPO hingga kayu manis dikenakan tarif bea masuk Amerika Serikat sebesar nol persen  

Lonjakan DPK Perbankan Tak Cerminkan Pemulihan Ekonomi
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Lonjakan DPK Perbankan Tak Cerminkan Pemulihan Ekonomi

Di tengah isu likuiditas ketat yang kerap dikeluhkan oleh bankir, secara mengejutkan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan melesat pada Juni 2025. 

Peminat Insentif Pajak di IKN dan Daerah Mitra Masih Minim
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Peminat Insentif Pajak di IKN dan Daerah Mitra Masih Minim

DJP sebut belum ada satu pun wajib pajak yang mengajukan tax holiday terkait financial center, pemindahan kantor pusat, serta super tax deduction

Adhi Karya (ADHI) Terus Mengejar Kontrak Baru
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Adhi Karya (ADHI) Terus Mengejar Kontrak Baru

Mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp 3,5 triliun hingga akhir kuartal kedua tahun ini atau 30 Juni 2025.

Muhammadiyah Menjajaki Beli Saham KB Bank Syariah
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:15 WIB

Muhammadiyah Menjajaki Beli Saham KB Bank Syariah

Muhammadiyah masih berniat untuk memiliki Bank Umum Syariah (BUS) dan tengah menjajaki membeli KB Bank Syariah.

INDEKS BERITA

Terpopuler