Krisis Kelapa dan Kebijakan Holistik

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kelapa di pasar melonjak hingga Rp 25.000 per butir, bahkan Rp 35.000 per kilogram di beberapa daerah, membuat pedagang kecil seperti Udin, penjual nasi uduk di Jakarta Barat, terpaksa mengurangi santan demi bertahan. "Biasanya saya beli tujuh butir sehari, sekarang hanya tiga. Harganya sudah seperti daging ayam," keluh Udin.
Tak hanya di Indonesia, Malaysia dan Filipina juga menghadapi kelangkaan serupa akibat cuaca buruk, dengan prediksi penurunan produksi hingga 20% di Filipina pada 2025. Ironis, sebagai produsen kelapa terbesar dunia dengan kontribusi 24% produksi global, Indonesia justru kesulitan memenuhi kebutuhan domestik karena ekspor terus meningkat. Saat dimana Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 akan diimplementasikan, krisis ini muncul memberi peringatan: dari pedagang kecil, petani, hingga industri pengolahan yang terancam rugi Rp 4,3 triliun, kita butuh solusi seimbang, segera.
Baca Juga: Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat Sebelum Perang Tarif Global
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Business Insight
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan