Krisis Keuangannya Kian Parah, Evergrande Bunyikan Alarm Cross Default

Selasa, 14 September 2021 | 12:12 WIB
Krisis Keuangannya Kian Parah, Evergrande Bunyikan Alarm Cross Default
[ILUSTRASI. Gambar render stadion sepakbola Guangzhou Evergrande di Provinsi Guangdong, China yang dipublikasikan Evergrande Group, 22 April 2020.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Krisis yang dialami China Evergrande Group semakin memburuk. Setelah mengalami tekanan likuiditas akibat kelesuan pasar properti, Evergrande, Selasa (14/9), memperingatkan risiko cross default.
 
Evergrande dan anak usahanya berjuang mengumpulkan dana untuk melunasi pinjaman dari pemasok dan kreditur. Regulator dan pebisnis di pasar keuangan cemas masalah yang dialami Evergrande akan menular ke sistim perbankan di Negeri Tembok Raksasa. 

Dalam perkembangan terakhir, Evergrande mengatakan dua anak perusahaannya gagal memenuhi kewajiban penjaminan senilai 934 juta yuan (setara Rp 2 triliun lebih) atas produk pengelolaan kekayaan yang diterbitkan pihak ketiga.

Baca Juga: Harga melesat, begini dampaknya terhadap industri nikel di dalam negeri

Kegagalan pelunasan itu bisa memicu cross default, yang akan memiliki dampak material yang merugikan terhadap bisnis grup, prospek, kondisi keuangan dan hasil operasi,” demikian kutipan dari pernyataan Evergrande kepada bursa saham Hong Kong.

Saham perusahaan, Selasa (14/9), merosot di Hong Kong. Sedang bursa Shanghai menghentikan perdagangan obligasi perusahaan harganya mengalami fluktuasi tajam. 

Evergrande menambahkan telah melibatkan penasihat keuangan, menandakan percepatan rencana restrukturisasi.

Pengembang mengatakan Houlihan Lokey (China) Limited dan Admiralty Harbour Capital Limited akan menilai struktur modal grup, mengevaluasi likuiditasnya, mencari solusi untuk meringankan masalah likuiditas saat ini dan mencapai solusi optimal untuk semua pemangku kepentingan sesegera mungkin.

Baca Juga: Coinbase menargetkan dana US$ 1,5 miliar melalui penawaran surat utang

Kelompok itu juga berbicara dengan calon investor untuk menjual beberapa asetnya, tetapi sejauh ini tidak ada "kemajuan material", tambahnya.

Evergrande, awal bulan ini, mengatakan sedang dalam pembicaraan untuk menjual aset tertentu, termasuk saham di unit Evergrande New Energy Vehicle dan Evergrande Property Services yang terdaftar di Hong Kong.

Tekanan pada Evergrande, yang memiliki total kewajiban 1,97 triliun yuan (lebih dari Rp 4.355 triliun) meningkat dalam hitungan minggu. Kekhawatiran pasar atas kemampuan Evergrande untuk melakukan pelunasan, memicu gelombang protes yang pasti akan mengguncang Beijing.

Perusahaan menyalahkan "laporan media negatif yang sedang berlangsung" karena mengurangi kepercayaan investor, yang mengakibatkan penurunan lebih lanjut dalam penjualan pada bulan September.

Saham perusahaan turun hampir 9% pada awal Selasa ke level terendahnya sejak Juli 2015, di jalur penurunan sesi kedua. Saham grup e-vehicle anjlok sebanyak 19,8%, sementara saham unit manajemen properti turun 5,9%.

Obligasi dolar Evergrande Juni 2025 turun lebih dari 5 sen pada Selasa pagi menjadi di bawah 28 sen, menurut penyedia data keuangan Duration Finance. Pergerakan obligasi dalam negeri perusahaan, yang sangat tidak likuid, lebih tidak menentu, dengan satu obligasi yang diperdagangkan di bursa Shanghai melonjak hampir 23% dan memicu penghentian perdagangan, sementara obligasi lain di Shenzhen turun hampir 12%.

Baca Juga: Wall Street rebound, disokong kenaikan saham sektor energi dan keuangan

Investor yang marah berkumpul di sekitar kantor pusat Evergrande di kota Shenzhen, China selatan, pada Senin. Mereka menuntut perusahaan membayar kembali pinjaman dan produk keuangan.

Protes itu muncul di tengah kekhawatiran pengembang negara yang memiliki utang terbesar itu, tidak mampu melunasi pinjaman. Masalah utang Evergrande juga dicemaskan dapat menimbulkan risiko sistemik terhadap sistem keuangan China.

Perjuangan pengembang untuk segera menjual aset dan mencegah default pada kewajiban besarnya meningkatkan risiko penularan bagi pengembang swasta lainnya, kata manajer dana dan analis.

Baca Juga: Great Wall Motor Asal China Turut Mengail Peruntungan Kendaraan Listrik (EV) di Eropa

Evergrande pada Senin malam mengatakan spekulasi online tentang kebangkrutan dan restrukturisasinya "sama sekali tidak benar".

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan mengatakan menghadapi “kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Namun perusahaan mengklaim akan melakukan segala kemungkinan untuk melanjutkan pekerjaan dan melindungi hak dan kepentingan sah pelanggannya.

Lembaga pemeringkat berulangkali memangkas peringkat utang perusahaan, dengan menggarisbawahi ketidakmampuan Evergrande untuk menggulirkan proses restrukturisasi utangnya yang bernilai raksasa.

Selanjutnya: Aturan PLTS Atap Memberi Kepastian Pengembalian Investasi Konsumen dan Pebisnis

 

Bagikan

Berita Terbaru

Soal Rencana Divestasi Saham LINK, Begini Konfirmasi Resmi dari Axiata Group Berhad
| Jumat, 24 Januari 2025 | 16:06 WIB

Soal Rencana Divestasi Saham LINK, Begini Konfirmasi Resmi dari Axiata Group Berhad

Axiata Group Berhad punya beberapa agenda bisnis besar di Indonesia yang melibatkan tentakel bisnis eksistingnya.

Trump Pro Energi Fosil, Simak Prospek Sektoralnya yang Unggul Empat Tahun Terakhir
| Jumat, 24 Januari 2025 | 11:18 WIB

Trump Pro Energi Fosil, Simak Prospek Sektoralnya yang Unggul Empat Tahun Terakhir

Langkah Trump yang jor-joran mendorong industri migas, ditambah permintaan China yang melambat bakal menekan harga komoditas minyak.

Layanan JKN Memoles Prospek Kinerja RS Hermina (HEAL)
| Jumat, 24 Januari 2025 | 10:03 WIB

Layanan JKN Memoles Prospek Kinerja RS Hermina (HEAL)

PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) akan mendapat keuntungan dari sejumlah kebijakan baru pemerintah pada tahun ini. 

Harapan Cuan Menebal di Tahun Ular Kayu
| Jumat, 24 Januari 2025 | 09:45 WIB

Harapan Cuan Menebal di Tahun Ular Kayu

Sektor bisnis yang berhubungan dengan elemen kayu, api dan air dinilai lebih hoki di tahun Ular Kayu

Tunggu Arahan Presiden Terkait Tax Amnesty III
| Jumat, 24 Januari 2025 | 08:32 WIB

Tunggu Arahan Presiden Terkait Tax Amnesty III

Keputusan kebijakan tersebut sepenuhnya berada di ranah Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan

Kemampuan Bayar Utang Indonesia Rentan
| Jumat, 24 Januari 2025 | 08:24 WIB

Kemampuan Bayar Utang Indonesia Rentan

Debt service ratio (DSR) Indonesia berpotensi meningkat mencapai 45% pada tahun ini dan 40% pada 2026 mendatang 

Menakar Arah Saham Japfa (JPFA) di Tengah Kabar Divestasi Induk Usahanya
| Jumat, 24 Januari 2025 | 08:17 WIB

Menakar Arah Saham Japfa (JPFA) di Tengah Kabar Divestasi Induk Usahanya

Saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang sudah melejit 73,97% dalam setahun terakhir, kini menghadapi tekanan jual.

Makan Lebih Bergizi dari Penghematan Rp 300 Triliun
| Jumat, 24 Januari 2025 | 08:17 WIB

Makan Lebih Bergizi dari Penghematan Rp 300 Triliun

Presiden Prabowo menginstruksikan penghematan anggaran belanja negara dari pusat (anggaran K/L) hingga daerah (anggaran transfer ke daerah)

Menakar Efek Trump 2.0, India Paling Optimistis tapi Indonesia Hadapi Ketidakpastian
| Jumat, 24 Januari 2025 | 08:05 WIB

Menakar Efek Trump 2.0, India Paling Optimistis tapi Indonesia Hadapi Ketidakpastian

Indonesia diperkirakan tidak mampu menyerap relokasi perusahaan China seiring potensi perang dagang di masa Jabatan Trump yang kedua.

Dana Pensiun Lokal Banyak Koleksi Saham Gocap
| Jumat, 24 Januari 2025 | 07:47 WIB

Dana Pensiun Lokal Banyak Koleksi Saham Gocap

Dari 20 besar saham berdasarkan volume terbanyak per akhir tahun 2024, lima diantaranya disuspensi dan masuk Papan Pemantauan Khusus.

INDEKS BERITA

Terpopuler