Laba INTP Tergerus Biaya Energi, Simak Rekomendasi Sahamnya

Selasa, 11 Oktober 2022 | 08:10 WIB
Laba INTP Tergerus Biaya Energi, Simak Rekomendasi Sahamnya
[ILUSTRASI. Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/ama.]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awan mendung masih menggelayuti kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Penyebabnya, volume penjualan yang masih lemah dan beban biaya energi yang meroket akibat kenaikan harga batubara.

Pada paruh pertama tahun ini, pendapatan INTP tumbuh 3,75% secara tahunan menjadi Rp 6,9 triliun. Namun, laba bersihnya menukik hingga 50,3% jadi Rp 291,5 miliar.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Michael Filbery mengatakan, laba bersih INTP sangat jauh di bawah ekspektasinya karena hanya mencerminkan 18,6% dari proyeksi tahunan di 2022.

Baca Juga: Aneka Gas Industri (AGII) Mendorong Penjualan Gas Nonmedis

Michael mengatakan, laba bersih INTP tergerus lonjakan cost of goods sold (COGS) terutama biaya bahan bakar dan belanja operasional masing-masing 12,5% year on year (yoy) dan 1,2% yoy.

"Sedangkan kinerja pendapatan dipengaruhi volume penjualan yang lebih lemah karena penyesuaian average selling price (ASP)," ujar Michael, Senin (10/11). Hal itu terlihat dari volume penjualan kuartal II-2022 yang turun 12,3% secara kuartalan, dan turun 6,5% secara tahunan.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Muhammad Naufal Yunas dalam riset 23 Agustus 2022 mengatakan, penjualan semen INTP turun 6,2% yoy menjadi 7,6 juta ton di paruh pertama tahun ini. Ini merupakan dampak kenaikan harga produk INTP baik semen curah ataupun semen sak sebanyak 4 kali sejak kuartal IV-2021 hingga 22 Juni. Sayangnya, peningkatan harga yang dilakukan INTP baru diikuti oleh pemain lain setelah semester I-2022.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, INTP memang tak punya banyak pilihan selain menaikkan harga jual produk demi menjaga profitabilitas. Namun konsekuensinya, permintaan dari konsumen akan berkurang sehingga lebih sulit mengejar pertumbuhan volume penjualan. Persaingan yang ketat membuat INTP tak cukup fleksibel dalam mengatur harga jualnya.

 

Langkah INTP

Pada paruh kedua 2022 biaya energi yang tinggi masih mengancam kinerja INTP. Namun, para analis menilai, sejumlah langkah yang dilakukan INTP dapat menahan agar kinerja INTP tak tergerus lebih dalam.

Michael melihat bahwa INTP berusaha mendapatkan biaya energi yang lebih murah. Misalnya, dengan mengamankan pasokan batubara dengan skema domestic market obligation (DMO) serta beralih menggunakan listrik yang disediakan Perusahaan Listrik negara (PLN) untuk operasional Pabrik Tarjun.

Senada, Naufal menilai, kinerja INTP akan terbantu sentimen positif dari pembentukan badan layanan umum (BLU) batubara dalam waktu dekat. Sehingga, INTP dapat melakukan pengadaan batubara dengan harga yang lebih terjangkau.

Baca Juga: BUMI Lebih Sehat Usai Private Placement

INTP juga diharapkan bisa memperoleh keuntungan dari permintaan semen yang lebih tinggi dari pembangunan ibu kota baru di Kalimantan yang akan dimulai pada semester kedua tahun ini.

Tapi, kinerja yang masih tertekan sejak awal tahun membuat BRI Danareksa Sekuritas memangkas perkiraan laba bersih INTP sebesar 58% menjadi Rp 1 triliun. Selain itu, pihaknya merevisi perkiraan pertumbuhan volume penjualan INTP menjadi 1% dari sebelumnya 4%.

Senada, Ciptadana Sekuritas juga memangkas perkiraan laba bersih INTP tahun 2022 dan 2023 sebesar 36,1% dan 24,4% menjadi masing-masing Rp 1 triliun dan Rp 1,56 triliun.

Di sisi lain, Pandhu menilai kinerja INTP dapat terdorong oleh ekspansi perusahaan yang menambah angkutan kapal dan pabrik baru di Banyuwangi demi menjangkau pangsa pasar di Jawa Timur dan Bali.

Naufal merekomendasikan beli saham INTP, namun dengan target harga lebih rendah yakni Rp 11.700. Sedangkan, Michael mempertahankan rekomendasi hold saham INTP dan menurunkan target harganya menjadi Rp 9.000 per saham. Sedangkan analis Credit Suisse Robert Pranata memberi rekomendasi netral dengan target harga Rp 9.600 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

Balada BI Rate
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:05 WIB

Balada BI Rate

Penurunan BI rate tidak serta merta membuat suku bunga perbankan ikut-ikutan turun lantaran masih ketatnya likuiditas perbankan. 

Darurat Ekonomi dan Habitus Pemberdayaan
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:00 WIB

Darurat Ekonomi dan Habitus Pemberdayaan

Untuk mengatasi darurat ekonomi yang tengah terjadi di Indoneisa maka yang dibutuhkan adalah kebijakan yang tepat sasaran.​

Selain Simbol Status Sosial, Koleksi Tas Mewah Bisa Jadi Ladang Cuan
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:00 WIB

Selain Simbol Status Sosial, Koleksi Tas Mewah Bisa Jadi Ladang Cuan

Dari 10 sektor barang koleksi, handbag menjadi barang mewah dengan return tertinggi dengan mencetak return 2,8% dalam setahun

Penjualan Mobil Bekas Masih Tumbuh
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:45 WIB

Penjualan Mobil Bekas Masih Tumbuh

Adanya pertumbuhan penjualan mobil bekas setidaknya tergambar dari pembiayaan multifinance yang meningkat.

 Impor Komoditas Energi Butuh Hitungan Pasti
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:39 WIB

Impor Komoditas Energi Butuh Hitungan Pasti

Impor LPG, bahan bakar minyak, dan minyak mentah dari AS akan menambah beban fiskal karena jumlah subsidi membengkak

 Dari Finance Terjun ke Properti
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:33 WIB

Dari Finance Terjun ke Properti

Perjalanan karier Surina sebagai ahli keuangan hingga menjadi Direktur PT Indonesian Paradise Property Tbk

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Ekspansi ke Bisnis PLTS Atap
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Ekspansi ke Bisnis PLTS Atap

ITMG mengembangkan bisnis EBT melalui anak usahanya, PT ITM Bhinneka Power (IBP) dan PT ITM Energi Utama

Martina Berto (MBTO) Terus Mencari Peluang di Pasar Ekspor
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Martina Berto (MBTO) Terus Mencari Peluang di Pasar Ekspor

MBTO sudah aktif menjajaki pasar luar negeri sejak 2011 silam, dan terus meningkatkan agresivitas ekspansi mereka.

Nego Trump Lagi Agar Tarif Bisa Nol Persen
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Nego Trump Lagi Agar Tarif Bisa Nol Persen

Pemerintah ingin CPO hingga kayu manis dikenakan tarif bea masuk Amerika Serikat sebesar nol persen  

Lonjakan DPK Perbankan Tak Cerminkan Pemulihan Ekonomi
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Lonjakan DPK Perbankan Tak Cerminkan Pemulihan Ekonomi

Di tengah isu likuiditas ketat yang kerap dikeluhkan oleh bankir, secara mengejutkan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan melesat pada Juni 2025. 

INDEKS BERITA

Terpopuler