Lagi, Grup Triputra Jual Saham KMTR Rp 500 Miliar

Kamis, 09 Mei 2019 | 02:05 WIB
Lagi, Grup Triputra Jual Saham KMTR Rp 500 Miliar
[]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi jual saham bernilai jumbo kembali digelar Grup Triputra. Kali ini kelompok usaha yang didirikan Theodore Permadi Rachmat itu melego saham PT Kirana Megatara Tbk (KMTR). Triputra menguasai saham perusahaan karet tersebut melalui PT Triputra Persada Megatara.

Hal ini terungkap dari data kepemilikan investor di atas 5% yang disampaikan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) kepada Bursa Efek Indonesia per 7 Mei 2019. Triputra Persada Megatara menjual 989.047.243 saham KMTR kepada HSF Pte., Ltd.

Transaksi tersebut membuat kepemilikan Triputra Persada Megatara menyusut dari 42,04% menjadi tinggal 30%. Di sisi lain, kepemilikan HSF di KMTR bertambah dari 50,46% menjadi 62,5%.

Dus, Triputra meraup dana segar sekitar Rp 507,38 miliar. Ini dihitung dari harga jual KMTR di Rp 513 per saham.

Transaksi yang berlangsung di pasar negosiasi pada 7 Mei 2019, itu difasilitasi Trimegah Sekuritas sebagai broker pembeli dan Bahana Sekuritas sebagai broker penjual.

Belakangan Triputra memang rajin menjual saham KMTR. Pada minggu pertama Mei 2019 saja, perusahaan itu sudah tiga kali melepas saham KMTR. Selain pada 7 Mei, Triputra menjual saham KMTR pada 3 Mei dan 6 Mei. Masing-masing sebanyak 159.052.683 saham dan 36.684.300 saham.

Tidak ada informasi pada harga berapa kedua transaksi itu digelar. Namun, jika dihitung dari harga rata-rata KMTR pada 3 Mei 2019 di Rp 316 per saham, transaksi pertama setidaknya menghasilkan fulus segar sekitar Rp 50,26 miliar. Sementara berdasar harga rata-rata pada 6 Mei 2019 di Rp 314 per saham, Triputra setidaknya meraup dana sekitar Rp 11,52 miliar.  

Perusahaan China

Di sisi lain, HSF terbilang agresif menancapkan kuku bisnisnya. Pada 21 Juni 2017, atau tiga hari setalah KMTR melantai perdana di bursa saham Indonesia, HSF memborong 2.881.106.300 saham KMTR di pasar negosiasi. 

Dengan harga pelaksanaan Rp 459 per saham, transaksi itu bernilai sekitar Rp 1,32 triliun. Dus, kepemilikan HSF di KMTR yang semula cuma 7,5% mengembang menjadi 45%.

Di saat yang hampir bersamaan, HSF juga memborong 62,5% saham Archipelago Rubber Trading Co Ltd. Perusahaan perdagangan karet alam yang berbasis di Singapura tersebut selama ini mendapat pasokan karet alam dari Kirana Megatara.

HSF sendiri merupakan perusahaan investasi yang sepenuhnya dimiliki oleh Hainan State Farms Group Co., Ltd. Perusahaan asal China yang juga dikenal dengan nama Haiken Group itu adalah perusahaan perkebunan karet terbesar di negeri tirai bambu.

Sebagai informasi, sekitar 39% dari total konsumsi karet alam global diserap oleh China. Dus, negara itu menjadi konsumen karet alam terbesar di dunia. 

Nah, dengan kepemilikan yang semakin besar di KMTR, secara tidak langsung, Haiken Group juga menjadi salah satu penguasa ekspor karet alam Indonesia.

Berdasar data resmi Kirana Megatara, pada 2018 market share ekspor perusahaan itu mencapai 18,1% dari total ekspor karet Indonesia yang mencapai sekitar 2,74 juta ton. Dengan demikian, KMTR menjadi eksportir karet alam terbesar tanah air. Mengungguli Halcyon Agri (17,2%) dan Itochu (8,4%).

Halcyon merupakan perusahaan yang berbasis di Singapura. Perkebunan karet mereka tersebar di Malaysia, Kamerun dan Pantai Gading. Sementara Itochu merupakan perusahaan global yang berbasis di Jepang.

Bagikan

Berita Terbaru

Tak Ingin Tertekan Pasar Saham, Humpuss Intermoda (HITS) Mau Pamit dari Bursa
| Sabtu, 12 April 2025 | 05:45 WIB

Tak Ingin Tertekan Pasar Saham, Humpuss Intermoda (HITS) Mau Pamit dari Bursa

PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) telah mengajukan suspensi saham pada 8 April 2025 dan delisting pada 25 Maret 2025 pada BEI dan OJK.​

Amerika Pasang Tarif Impor, Prospek Emiten Baja Bisa Gempor
| Sabtu, 12 April 2025 | 05:30 WIB

Amerika Pasang Tarif Impor, Prospek Emiten Baja Bisa Gempor

Dampak tarif impor Trump bisa mendorong produk ekspor baja Indonesia ke pasar AS terkena tarif lebih tinggi.

Jasuindo Tiga Perkasa (JTPE) Bidik Pertumbuhan Kinerja Dua Digit
| Sabtu, 12 April 2025 | 05:25 WIB

Jasuindo Tiga Perkasa (JTPE) Bidik Pertumbuhan Kinerja Dua Digit

Optimisme ini didorong prospek cerah permintaan pasar terhadap produk sekuriti digital dan percetakan yang terus meningkat, 

Nilai Kontrak Baru PTPP Hingga Februari 2025 Turun, Efek Rendahnya Belanja Pemerintah
| Sabtu, 12 April 2025 | 05:20 WIB

Nilai Kontrak Baru PTPP Hingga Februari 2025 Turun, Efek Rendahnya Belanja Pemerintah

PTPP menargetkan pertumbuhan pendapatan 2025 sebesar 5% dibanding realisasi tahun 2024 yang mencapai Rp 19,81 triliun.

Penghimpunan Dana di Pasar Modal Tumbuh Hingga di Kuartal I-2025
| Sabtu, 12 April 2025 | 05:05 WIB

Penghimpunan Dana di Pasar Modal Tumbuh Hingga di Kuartal I-2025

Dalam pipeline pencatatan saham Bursa Efek Indonesia (BEI), sudah ada 32 perusahaan yang siap menggelar IPO

NIM Perbankan Masih Dalam Tren Menurun
| Sabtu, 12 April 2025 | 05:05 WIB

NIM Perbankan Masih Dalam Tren Menurun

OJK mencatat rasio NIM perbankan di Februari 2025 pada 4,39%. Angka ini lebih rendah dari posisi Desember 2024 di 4,62%. 

Transaksi QRIS Perbankan Naik Saat Ramadan Lebaran
| Sabtu, 12 April 2025 | 04:55 WIB

Transaksi QRIS Perbankan Naik Saat Ramadan Lebaran

 Transaksi QRIS BTN mencatatkan lebih dari 3,8 juta transaksi dengan nilai lebih dari Rp 380 miliar. 

Rasio Kredit Macet Industri Multifinance Turun
| Sabtu, 12 April 2025 | 04:50 WIB

Rasio Kredit Macet Industri Multifinance Turun

NPF terjaga berkat strategi perusahaan yang selektif menyalurkan pembiayaan ditambah ada pengelolaan manajemen risiko yang prudent dan collection.

Hilang Kepercayaan, Investor Ramai-Ramai Lepas Aset Dollar AS
| Sabtu, 12 April 2025 | 04:40 WIB

Hilang Kepercayaan, Investor Ramai-Ramai Lepas Aset Dollar AS

Dollar AS tidak lagi jadi instrumen safe haven. Posisi tersebut diambil alih oleh emas, franc Swiss, yen Jepang dan euro.

Astra Otoparts (AUTO) Antisipasi Efek Tarif Impor AS
| Sabtu, 12 April 2025 | 04:25 WIB

Astra Otoparts (AUTO) Antisipasi Efek Tarif Impor AS

Persaingan dengan produk impor bukanlah hal baru. Namun, tren saat ini menuntut perusahaan untuk terus melakukan inovasi.

INDEKS BERITA

Terpopuler