Berita Saham

Langkah Ciputra (CTRA) Menerapkan ESG di Berbagai Proyek

Minggu, 17 Maret 2024 | 11:55 WIB
Langkah Ciputra (CTRA) Menerapkan ESG di Berbagai Proyek

ILUSTRASI. PT Ciputra Residence melakukan penandatangan kerja sama. dengan Perumdam Tirta Kerta Raharja (TKR)untuk penyediaan dan pelayanan air minus untuk penghuni Citra Garden Serpong pada 4 Maret 2024.

Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Mempertimbangkan aspek lingkungan (environment), sosial (social), dan tata kelola (governance) dengan berbagai proyek properti miliknya, menjadi langkah PT Ciputra Development Tbk (CTRA) untuk berkontribusi mengurangi dampak dari perubahan iklim. Sekaligus, ini menjadi strategi perusahaan mencapai pembangunan berkelanjutan yang mereka rancang.

Direktur Ciputra Aditya Ciputra Sastrawinata menjelaskan,  CTRA mulai menerapkan praktik ESG sejak perusahaan beroperasi, melalui proyek pertama di CitraGarden City Jakarta. Penerapan berlanjut ke CitraLand Surabaya dan lainnya. 

Hal ini terlihat antara lain melalui penataan lingkungan pada proyek-proyek yang CTRA kembangkan, komitmen terhadap kegiatan tanggungjawab sosial berkelanjutan (CSR) secara berkelanjutan, dan partisipasi memfasilitasi komunitas dari penghuni maupun sekitar.

"Komitmen terhadap ESG tersebut terus ditingkatkan, antara lain melalui penerapan material ramah lingkungan dan penghematan energi di proyek-proyek CTRA," kata Aditya. 

Lima dari berbagai proyek Ciputra berhasil mendapatkan sertifikasi green building, yakni DBS Bank Tower, Citra Towers Kemayoran, Citra Living Apartment, Ciputra Mall Tangerang, dan Citra Maja Raya.

Implementasi green building CTRA dengan menggunakan material ramah lingkungan,  seperti kayu yang bersertifikat legal, kaca emisivitas rendah (low-e), menyediakan fasilitas parkir sepeda dan pejalan kaki guna mendukung pencapaian ke berbagai fasilitas umum, dan melakukan pengelolaan sampah organik dan anorganik.

Hasilnya, memang ada penghematan energi. Misalnya, Indeks Konsumsi Energi (IKE) bangunan lebih hemat 24%-38% dibandingkan dengan penggunaan listrik bangunan serupa. 

Lalu, konsumsi air lebih hemat 26%-83% dibandingkan dengan bangunan lain pada umumnya, melalui penggunaan sistem sensor pada wastafel dan sistem daur ulang air.

Bangunan ramah lingkungan ini pun mendukung penggunaan transportasi publik dan mengurangi emisi karbon dari kendaraan pribadi. Ini sehubungan letak bangunan yang strategis dan langsung terakses ke pemberhentian Transjakarta.

"Namun, perlu diakui bahwa implementasi penggunaan material tersebut akan menyebabkan peningkatan biaya, sehingga perlu diperhatikan,” kata Aditya tanpa menyebut investasi untuk proyek ramah lingkungan ini. Selain itu, ia mengakui, masih ada keterbatasan terkait pemahaman atas konsep green building.

Dari sisi sosial, CTRA juga menerapkan manajemen sumber daya manusia (SDM) dengan baik. Ini terlihat dari peningkatan jam pelatihan karyawan. Komitmen CTRA terhadap ESG juga dilakukan melalui gerakan penanaman pohon di hampir semua proyek dan area tertentu untuk penghijauan, kegiatan bakti sosial, konservasi lingkungan, serta bantuan kepada korban bencana.

Sedang untuk memenuhi aspek tata kelola perusahaan yang baik, CTRA merumuskan beberapa kebijakan dan pedoman seperti kode tata laku, whistleblowing system, kebijakan anti korupsi, dan kebijakan benturan kepentingan. 

"Manajemen menerapkan semua praktik ESG di atas dengan tujuan agar perusahaan dapat menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan secara bertanggungjawab dengan mencapai kinerja bisnis yang terus meningkat," tutur Aditya.

Dengan deretan langkah ini, lembaga penilai risiko ESG, Morningstar Sustainalytics yang juga bekerjasama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai risiko ESG CTRA di poin 18,87 atau low risk (rendah).

Nilai ESG merupakan ukuran eksposur perusahaan terhadap risiko ESG yang material dan seberapa baik perusahaan mengelola risiko itu. Nilai ESG dikelompokkan menjadi  lima kategori, yakni negligible (dianggap dapat diabaikan), low (rendah), medium (sedang), high (tinggi), severe (berat).

CTRA juga masuk dalam jajaran ESG Sector Leaders IDX Kehati yang berlaku hingga 31 Mei 2024 mendatang. Indeks ini mengukur kinerja harga dari saham yang memiliki penilaian ESG baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan serta punya likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.

Tantangan ESG

Secara keseluruhan, CTRA menyelaraskan visi dan kegiatan bisnisnya dengan prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). Inisiatif yang CTRA lakukan antara lain menjalankan program ecoculture yang bertujuan menciptakan pola pikir masyarakat akan ramah lingkungan serta memberikan pengaruh positif bagi masyarakat dan peduli terhadap isu lingkungan. 

Program ini CTRA terapkan di kawasan proyek, antara lain melalui pemilihan material ramah lingkungan, desain bangunan hunian hemat energi, penyediaan ruang terbuka hijau, serta penyediaan sistem pengolahan air limbah dan fasilitas pengelolaan sampah.

Inisiatif lainnya, mendukung Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN GRK) yang pemerintah lakukan, menjalin hubungan baik dengan perusahaan properti lain melalui asosiasi bisnis, dan konsisten menerapkan praktik Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan kerja.

Perusahaan juga menyelenggarakan HSE Award sebagai bentuk apresiasi kepada mitra usaha kontraktor dan karyawan internal proyek, serta konsisten dalam pengelolaan seluruh limbah B3 dan Non-B3. 

Pelaksanaan ESG dalam tubuh CTRA ini disertai tantangan. Misalnya, lingkungan peraturan di Indonesia masih relatif baru dan sering berubah, terutama ketika lintas yurisdiksi berbeda di dalam negeri.

Menurut Aditya, data yang dapat diandalkan dan konsisten mengenai kinerja ESG juga tidak tersedia, sehingga membutuhkan standardisasi di berbagai proyek lintas yurisdiksi.

Belum lagi, kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang risiko ESG dan potensi dampaknya terhadap operasional bisnis pada karyawan yang dapat menghambat penerapan strategi manajemen.

Tantangan lain, penerapan strategi ESG membutuhkan investasi di awal seperti untuk teknologi, infrastruktur, dan SDM. Banyaknya subkontraktor dan pemasok yang terlibat juga menimbulkan tantangan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar ESG tertentu (manajemen rantai pasokan).

Toh, ke depan, CTRA masih berkomitmen menjalankan ESG, karena mendatangkan manfaat. Ambil contoh, menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan, meningkatkan efisiensi operasional,  meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi terkait keberlanjutan yang ditetapkan pemerintah, serta kepercayaan investor.

Komitmen Ciputra ke depan untuk ESG, pertama, mengupayakan pengembangan pemanfaatan bahan baku yang terjamin keberlanjutannya melalui material bersertifikasi hijau. "Langkah strategis ini diyakini dapat berdampak terhadap jumlah penyewa atau tenant pada proyek tersebut," kata Aditya.

Kedua, Ciputra juga akan melakukan penanaman pohon dan mengalokasikan ruang terbuka hijau minimal 50% dari luas lahan keseluruhan. 

Ketiga, CTRA berencana menetapkan ekspektasi ESG untuk pemasok dan subkontraktor serta memasukkan persyaratan itu ke dalam kontrak kerja.

Keempat, menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi seluruh pemangku kepentingan melalui pengelolaan K3 yang mengacu pada Occupational Health and Safety Management System (OHSAS) 18001:2007 maupun ISO 45001:2018.

Kelima, menetapkan pengukuran dan kerangka kerja pelaporan yang konsisten untuk melacak perkembangan dan memastikan keterbandingan data dari waktu ke waktu serta juga lintas organisasi.

Keenam, mempertimbangkan mekanisme pembiayaan inovatif seperti obligasi hijau atau pinjaman terkait keberlanjutan untuk pendanaan pada proyek-proyek ESG mereka.

Lalu ketujuh, memantau perkembangan peraturan dan menjaga jalur komunikasi yang terbuka dengan regulator untuk mendapatkan informasi tentang setiap perubahan regulasi terkait aspek keberlanjutan.

Proyek 2024

Wajarlah Ciputra serius menerapkan ESG dalam berbagai proyeknya, karena akan memengaruhi ekonomi perusahaan. Saat ini, sebanyak 77% pendapatan dari penjualan properti. Sedangkan 23% lainnya berasal dari pengembangan dan pengelolaan properti komersial. 

Ciputra juga masih memiliki lahan untuk dibangun. Land bank yang milik sendiri seluas 2.200 hektare (ha). Sedangkan lahan kosong untuk Ciputra kembangkan yang milik mereka sendiri masih 2.200 ha, ditambah lahan patungan (join operation) seluas 4.022 ha. 

Pada 2023, perusahaan ini mencapai rekor marketing sales Rp 10,2 triliun. Dari nilai itu, sebanyak Rp 6,4 triliun berasal dari proyek yang baru diluncurkan pada tahun lalu. 

Marketing sales ini datang dari hasil penjualan 3.658 unit hunian. Paling besar dari CitraGarden Serpong, Rp 2,43 triliun dengan penjualan 1.611 unit. 

Nah, tahun ini, Ciputra yang sudah memiliki lebih dari 85 proyek di 34 kota di Indonesia  sudah menyiapkan beberapa proyek baru. Targetnya, CTRA meraih marketing sales Rp 11,1 triliun di tahun ini.

Penjualan di Jawa Timur dan kawasan Sumatra akan lebih besar dibanding tahun lalu. Bukan hanya mengandalkan lahan perusahaan sendiri, Ciputra juga menggandeng pihak lain untuk join operation

Salah satu proyeknya, CitraLand City Sampali Kota Deli Megapolitan. Lokasinya ada di Medan, Sumatra Utara. Baru diluncurkan Januari lalu, proyek dengan fase pertama 35 hektare ini sudah meraup penjualan Rp 844 miliar dari 349 unit di bulan pertama. 

Proyek di Gresik Jawa Timur dengan luas lahan 28 ha akan diluncurkan pada paruh kedua tahun ini. Dengan harga per unit mulai Rp 1 miliar, Ciputra menargetkan proyek ini menyumbang pra-penjualan Rp 250 miliar untuk tahun ini.

Analis Sucor Sekuritas Niko Pandowo mempertahankan outlook positif untuk sektor properti. Menurut dia, ada beberapa hal yang akan menguntungkan sektor properti. 

Sebut saja, peningkatan bisnis manufaktur di Indonesia didorong oleh gelombang relokasi pabrik dari China akibat semakin tegangnya konflik geopolitik antara barat dan China. 

Pulau Jawa masih memikat bagi manufaktur asing lantaran  tenaga kerja berlimpah dengan upah relatif murah. Terutama Jawa Barat menjadi lebih menarik lantaran didukung oleh infrastruktur Pelabuhan Patimban yang kini juga didesain untuk ekspor mobil, serta pembangunan akses ke sana yaitu Jalan Tol Cikopo-Palimanan yang ditargetkan rampung akhir tahun ini. 

Selama 22 tahun terakhir, pertumbuhan populasi dan urbanisasi terus tumbuh di kisaran 1,15% dan 1,5%, menghasilkan pertumbuhan 2,6% masyarakat kota. Dengan asumsi ini, ada peluang penambahan kebutuhan 1 juta rumah per tahun, di luar backlog 12,7 juta rumah. 

Pilihan saham atau top picks Sucor jatuh pada CTRA. Niko bilang, Ciputra menarik lantaran memiliki beragam produk di Indonesia, sehingga mendukung pertumbuhan marketing sales. CTRA juga terus membukukan rekor marketing sales, dan optimistis untuk mempertahankan target tinggi mereka di sepanjang tahun ini.

Selanjutnya: Kesadaran Diri Sang Pemimpin

Terbaru