Larangan Ekspor Bakal Kerek Harga CPO Global ke Level RM 7.000

Selasa, 26 April 2022 | 03:50 WIB
Larangan Ekspor Bakal Kerek Harga CPO Global ke Level RM 7.000
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan memberlakukan larangan ekspor crude palm oil (CPO) mulai 28 April 2022, imbas tingginya harga minyak goreng. Langkah ini agar kebutuhan minyak goreng dalam negeri dapat terpenuhi dengan harga terjangkau. 

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono meyakini, larangan ekspor CPO akan menyebabkan kelangkaan pasokan CPO global, mengingat Indonesia merupakan produsen utama komoditas ini. Akibatnya supply chain bakal makin terganggu. 

Padahal, permintaan CPO terus meningkat seiring pemulihan ekonomi. "Alhasil, larangan tersebut akan membuat harga CPO kembali naik dan bisa mencapai RM 7.000 per ton," ujar Wahyu.

Baca Juga: Ada Larangan Ekspor, Ini Kata Sampoerna Agro (SGRO)

Harga CPO kontrak pengiriman Juli di Bursa Derivatif Malaysia kemarin berada di RM 6.229 per ton. Harga tersebut naik 12,57% dari akhir Maret 2022 yang masih di level RM 5.527 per ton, dan naik 32,47% dibanding harga akhir 2021, RM 4.697 per ton.

Research & Development ICDX Girta Yoga menilai, dampak kebijakan tersebut memang akan positif untuk pasar dalam negeri. Beleid ini membuat harga CPO domestik akan lebih stabil. 

Namun di pasar global, kebijakan tersebut membuat pasokan semakin ketat. "Apalagi Indonesia adalah produsen CPO utama dunia, sehingga tidak mudah mendapatkan pengganti pasokan CPO dari Indonesia dalam waktu dekat," kata dia, Senin (25/4).

Yoga juga meyakini potensi penguatan harga CPO masih sangat mungkin berlanjut, mengingat moratorium ekspor CPO Indonesia terjadi di tengah situasi Malaysia yang kurang kondusif. Pada saat ini Malaysia masih menegosiasikan upah tenaga kerja, sehingga produksi CPO Malaysia belum sepenuhnya pulih. 

Ekspor minyak sawit mentah dari Malaysia juga masih belum pulih. Ekspor CPO Malaysia pada 1-15 April turun hingga di 14%-23% dibanding periode sama di Maret. 

"Dalam jangka pendek, harga CPO berpotensi menguji level resistance RM 7.000 per ton dan support di RM 6.000 per ton," ujar Yoga. 

Maklum saja, di saat yang sama pasokan minyak nabati secara global tengah menyusut akibat konflik Ukraina-Rusia. Jangan lupa, Ukraina merupakan salah satu negara produsen minyak nabati terbesar di dunia. 

Baca Juga: Harga TBS Petani Drop, Apkasindo: Cukup terakhir Presiden Jewer Stakeholder Sawit

Wahyu menyebut, konflik tersebut membuat pasokan minyak bunga matahari berkurang drastis, mengingat kedua negara tadi menyumbang 75% dari pasokan global. Tambah lagi, pasokan minyak kedelai dari Amerika Selatan juga belum pulih. Alhasil, banyak negara beralih ke CPO. 

Wahyu memprediksi, harga CPO akan menuju RM 7.000-RM 8.000 per ton, dengan support di RM 5.000-RM 6.000 per ton. Sedangkan Yoga memperkirakan, harga CPO berpotensi bergerak pada RM 5.500-RM 7.500 per ton.  

Bagikan

Berita Terbaru

Penjualan Mobil Bekas Masih Tumbuh
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:45 WIB

Penjualan Mobil Bekas Masih Tumbuh

Adanya pertumbuhan penjualan mobil bekas setidaknya tergambar dari pembiayaan multifinance yang meningkat.

 Impor Komoditas Energi Butuh Hitungan Pasti
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:39 WIB

Impor Komoditas Energi Butuh Hitungan Pasti

Impor LPG, bahan bakar minyak, dan minyak mentah dari AS akan menambah beban fiskal karena jumlah subsidi membengkak

 Dari Finance Terjun ke Properti
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:33 WIB

Dari Finance Terjun ke Properti

Perjalanan karier Surina sebagai ahli keuangan hingga menjadi Direktur PT Indonesian Paradise Property Tbk

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Ekspansi ke Bisnis PLTS Atap
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Ekspansi ke Bisnis PLTS Atap

ITMG mengembangkan bisnis EBT melalui anak usahanya, PT ITM Bhinneka Power (IBP) dan PT ITM Energi Utama

Martina Berto (MBTO) Terus Mencari Peluang di Pasar Ekspor
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Martina Berto (MBTO) Terus Mencari Peluang di Pasar Ekspor

MBTO sudah aktif menjajaki pasar luar negeri sejak 2011 silam, dan terus meningkatkan agresivitas ekspansi mereka.

Nego Trump Lagi Agar Tarif Bisa Nol Persen
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:21 WIB

Nego Trump Lagi Agar Tarif Bisa Nol Persen

Pemerintah ingin CPO hingga kayu manis dikenakan tarif bea masuk Amerika Serikat sebesar nol persen  

Lonjakan DPK Perbankan Tak Cerminkan Pemulihan Ekonomi
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Lonjakan DPK Perbankan Tak Cerminkan Pemulihan Ekonomi

Di tengah isu likuiditas ketat yang kerap dikeluhkan oleh bankir, secara mengejutkan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan melesat pada Juni 2025. 

Peminat Insentif Pajak di IKN dan Daerah Mitra Masih Minim
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Peminat Insentif Pajak di IKN dan Daerah Mitra Masih Minim

DJP sebut belum ada satu pun wajib pajak yang mengajukan tax holiday terkait financial center, pemindahan kantor pusat, serta super tax deduction

Adhi Karya (ADHI) Terus Mengejar Kontrak Baru
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:20 WIB

Adhi Karya (ADHI) Terus Mengejar Kontrak Baru

Mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp 3,5 triliun hingga akhir kuartal kedua tahun ini atau 30 Juni 2025.

Muhammadiyah Menjajaki Beli Saham KB Bank Syariah
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 04:15 WIB

Muhammadiyah Menjajaki Beli Saham KB Bank Syariah

Muhammadiyah masih berniat untuk memiliki Bank Umum Syariah (BUS) dan tengah menjajaki membeli KB Bank Syariah.

INDEKS BERITA