KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen eksternal cukup mendominasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham-saham berkapitalisasi pasar besar atau big caps bisa menjadi pilihan investasi di sisa tahun ini.
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Rio Febrian mengatakan, salah satu sentimen yang masih menjadi perhatian pasar adalah kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve.
Jika pada FOMC 1920 September 2023 nanti The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, maka tingkat fed rate akan sama besar dengan BI 7-day reverse repo rate di 5,75%.
Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis Pada Kamis (14/9) Pagi Setelah Turun 3 Hari
"Hal ini menyebabkan return investasi di Amerika Serikat lebih menarik daripada dalam negeri. Ditambah nilai tukar rupiah yang terus melemah," kata Rio kepada KONTAN, Rabu (13/9).
Di tengah tekanan yang ada, saham-saham big cap yang tahan banting bisa menjadi pilihan. Apalagi sejak berlakunya ketetapan auto rejection simetris, risiko investor semakin tinggi.
Rio mengatakan, saham big cap bisa menjadi pilihan karena kebanyakan saham berkapitalisasi pasar besar cenderung likuid. Kondisi ekonomi Indonesia yang makin ekspansif juga akan mendorong kinerja para emiten.
Setali tiga uang, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina menjelaskan, saham big caps bisa dilirik, tapi akan lebih baik investor menunggu harga sahamnya terkoreksi dahulu.
Valuasi saham
Yang perlu dicermati juga, beberapa saham big caps sudah memiliki valuasi mahal. Contohnya, saham-saham perbankan besar, seperti PT BBCA, BBRI, BMRI dan BBCA. Kendati begitu, bukan berarti saham-saham ini tak layak beli.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto mengatakan, valuasi saham perbankan sudah di atas rata-rata valuasi lima tahun.
"Jadi tidak bisa dikatakan masih murah, tapi empat big banks masih menjadi saham unggulan karena memiliki kinerja yang paling kuat dan konsisten jangka panjang," jelas Pandhu.
Baca Juga: IHSG Menguat Pada Kamis (14/9) Pagi, Sejumlah Saham Berpotensi Rebound
Martha juga sepakat, saham big caps yang layak dikoleksi adalah saham perbankan. Dia juga melihat beberapa saham komoditas big caps sudah terkoreksi cukup banyak. Hanya saja, jika memilih saham komoditas, sebaiknya lebih selektif dan mengutamakan emiten yang punya kinerja solid.
Untuk saham bank, Martha menjagokan saham BMRI dengan target harga Rp 6.300 dan BBCA Rp 10.100.
Investor juga bisa membandingkan valuasi saham dengan price to earning ratio (PER) sektoral. Rio mencontohkan, PER sektor keuangan mencapai 15,98 kali. PER saham BBRI, BMRI, dan BBNI masih berada di bawah angka itu. Sehingga, saham-saham ini masih menarik dikoleksi.
Rio menambahkan, saham big caps lainnya yang masih murah adalah ASII dan UNTR yang masih memiliki PER di bawah sektor perindustrian sebesar 10,14 kali. Saham ADRO ITMG juga masih lebih rendah dari PER sektor energi 7,08 kali.