Lebih dari 100 Negara Berjanji Mengakhiri Deforestasi pada 2030, Termasuk Indonesia

Selasa, 02 November 2021 | 11:24 WIB
Lebih dari 100 Negara Berjanji Mengakhiri Deforestasi pada 2030, Termasuk Indonesia
[ILUSTRASI. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Indonesia Joko Widodo menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, 1 November 2021. Stefan Rousseau/Pool via REUTERS]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - GLASGOW. Lebih dari 100 pemimpin negara, Senin (1/11) malam, berjanji tidak hanya untuk menghentikan, tetapi juga membalikkan deforestasi dan degradasi lahan pada akhir dekade ini. Untuk melindungi dan memulihkan kondisi hutan, disiapkan investasi dengan menggunakan dana publik dan swasta US$19 miliar, atau setara Rp 270,9 triliun.

Pernyataan bersama pada pembicaraan iklim COP26 di Glasgow itu juga mendapat dukungan dari pemimpin sejumlah negara, termasuk Brasil, Indonesia dan Republik Demokratik Kongo. Ketiga negara tersebut merupakan tempat dari 85% hutan di dunia.

Deklarasi Para Pemimpin Glasgow tentang Hutan dan Penggunaan Lahan akan mencakup hutan seluas lebih dari 13 juta mil persegi, demikian pernyataan dari kantor perdana menteri Inggris, mewakili para pemimpin negara peserta konferensi.

Baca Juga: Presiden Jokowi tetapkan Perpres Nilai Emisi Karbon demi tekan emisi karbon

“Kita akan memiliki kesempatan untuk mengakhiri sejarah panjang umat manusia sebagai penakluk alam, dan sebagai gantinya menjadi penjaganya," kata pemimpin Inggris Boris Johnson. Perdana Menteri Inggris menyebut kesepakatan itu sebagai kesepakatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sejumlah inisiatif tambahan pemerintah dan swasta diluncurkan pada hari Selasa untuk membantu mencapai tujuan itu. Termasuk janji pengucuran dana bernilai miliaran dolar untuk menjaga hutan adat dan pertanian berkelanjutan.

Hutan menyerap sekitar 30% emisi karbon dioksida, menurut Lembaga Sumber Daya Dunia nirlaba. Hutan mengambil emisi dari atmosfer dan mencegahnya dari pemanasan iklim.

Baca Juga: Tekan emisi karbon, pemerintah terbitkan Perpres terkait carbon pricing

Namun penyangga alamiah iklim ini mengalami proses penghilangan yang cepat. Dunia kehilangan 258.000 kilometer persegi hutan pada tahun 2020, menurut inisiatif pelacakan deforestasi WRI, Global Forest Watch. Wilayah hutan yang hilang itu lebih luas daripada Inggris.

Kesepakatan Senin memperluas komitmen serupa yang dibuat oleh 40 negara sebagai bagian dari Deklarasi Hutan New York 2014 dan melangkah lebih jauh dari sebelumnya dalam menyusun sumber daya untuk mencapai tujuan itu.

Berdasarkan perjanjian tersebut, 12 negara termasuk Inggris telah berjanji untuk mengalokasikan anggarannya hingga 8,75 miliar pound (Rp 170,3 triliun lebih) selama 2021 hingga 2025 untuk membantu kebutuhan dana negara-negara berkembang dalam upaya memulihkan lahan yang terdegradasi serta mengatasi kebakaran hutan.

Dari sektor swasta, perusahaan keuangan termasuk Aviva, Schroders dan AXA menyediakan dana setidaknya 5,3 miliar pound (Rp 103,2 triliun) untuk upaya memulihkan dan menjaga hutan.

Para investor, yang mewakili $8,7 triliun dalam aset yang dikelola, juga berjanji untuk berhenti berinvestasi dalam kegiatan yang terkait dengan deforestasi pada tahun 2025.

Lima negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, dan sekelompok badan amal global pada Selasa (2/11) juga berjanji untuk menyediakan dana US$ 1,7 miliar, atau Rp 24,2 triliun dalam bentuk pembiayaan untuk mendukung konservasi hutan masyarakat adat serta memperkuat hak-hak tanah mereka.

Para pemerhati lingkungan mengatakan bahwa masyarakat adat adalah pelindung terbaik hutan. Namun, mereka kerap harus berhadapan dengan perambahan, yang tak jarang disertai aksi kekerasa, yang dilakukan penebang dan perampas tanah.

Baca Juga: COP26 serukan transisi energi ramah lingkungan, begini tanggapan Gaikindo dan APM

Lebih dari 30 lembaga keuangan yang mengelola aset bernilai lebih dari US$ 8,7 triliun (Rp 124 triliun lebih) juga mengatakan mereka akan melakukan "upaya terbaik" untuk menghilangkan deforestasi yang terkait dengan kegiatan produksi ternak, minyak sawit, kedelai, dan pulp pada tahun 2025.

COP26 bertujuan untuk mempertahankan target pembatasan pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius (2,7 Fahrenheit) di atas tingkat pra-industri. Para ilmuwan mengatakan hutan dan apa yang disebut solusi berbasis alam akan sangat penting untuk mencapai tujuan itu.

Hutan telah menghilangkan sekitar 760 juta ton karbon setiap tahun sejak 2011, mengimbangi sekitar 8% emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil dan semen, menurut proyek Biomass Carbon Monitor yang didukung oleh firma analisis data Kayrros dan lembaga penelitian Prancis.

"Biosfer kita benar-benar membantu menyelamatkan kita untuk saat ini, tetapi tidak ada jaminan proses itu akan berlanjut," kata Oliver Phillips, ahli ekologi di University of Leeds di Inggris.

Selanjutnya: RI Dorong Implementasi Kesepakatan Pajak Global

 

Bagikan

Berita Terbaru

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak
| Selasa, 18 November 2025 | 16:13 WIB

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak

Prospek PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga didukung smelter aluminium yang ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2025.

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar
| Selasa, 18 November 2025 | 15:31 WIB

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar

Masuknya DILD ke proyek IKN dianggap sebagai katalis yang kuat. IKN merupakan proyek dengan visibilitas tinggi dan menjadi prioritas pemerintah.

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit
| Selasa, 18 November 2025 | 10:05 WIB

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit

Dalam menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang, perusahaan berfokus dalam penguatan fundamental bisnis yang disertai pemberian ruang eksplorasi

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia
| Selasa, 18 November 2025 | 09:50 WIB

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia

Hubungan dagang Indonesia–Australia selama ini didominasi oleh ekspor daging, gandum serta arus pelajar Indonesia ke Australia.

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:49 WIB

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis

Secara teknikal, saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) masih berpotensi melanjutkan penguatan. 

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat
| Selasa, 18 November 2025 | 08:15 WIB

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat

Hal ini dipengaruhi oleh normalisasi daya beli masyarakat yang masih lesu, permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya
| Selasa, 18 November 2025 | 08:11 WIB

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya

Salah satu yang terbesar ialah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Emiten pelat merah ini berencana menggelar private placement Rp 23,67 triliun

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan kinerja didukung peningkatan volume pasien swasta serta permintaan layanan medis berintensitas lebih tinggi di sejumlah rumah sakit.

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar
| Selasa, 18 November 2025 | 07:46 WIB

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar

SMRA melakukan transaksi afiliasi berupa penambahan modal oleh perusahaan terkendali perseroan itu pada perusahaan terkendali lain.

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 07:33 WIB

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026

EXCL berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 30,54 triliun. Nilai ini melonjak 20,44% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 25,36 triliun.​

INDEKS BERITA

Terpopuler