KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi yang berkepanjangan membuat para nasabah tajir lebih memilih untuk memarkir dananya di bank. Nasabah korporasi masih berhati-hati menggunakan dana untuk ekspansi. Sementara nasabah ritel yang terbiasa belanja hingga plesiran juga menahan diri di tengah pembatasan mobilitas.
Itu terlihat dari catatan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk simpanan tier saldo di atas Rp 5 miliar yang tumbuh 14,8% year on year (yoy) menjadi Rp 3.488 triliun di Juli 2021. Tertinggi dari semua tier. Simpanan nasabah kaya ini berkontribusi 49,6% terhadap nilai total dana pihak ketiga (DPK) perbankan.
Agar lebih cuan, nasabah juga semakin aktif berinvestasi. Ini terlihat jumlah single investor identification (SID), yang berfungsi sebagai bukti resmi investor pasar modal dan juga syarat untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) juga terus mendaki, bahkan mencapai rekor. (lihat infografis)
Bursa Efek Indonesia mencatat: rekor penambahan investor baru pasar modal sepanjang tahun 2021 lebih dari 2,2 juta (SID). Alhasil, sampai 6 September, total investor menjadi 6,1 juta SID.
"Peningkatan jumlah investor didominasi milenial dan generasi Z yang berumur di bawah 30 tahun," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen, Senin (6/9). Kesadaran investasi diharapkan mampu menambah likuiditas di pasar modal serta pendalaman pasar modal.
Ekonom dan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah melihat, di tengah pandemi, minat konsumsi rumah tangga dan aktivitas produksi serta investasi korporasi menurun. Maka pendapatan individu dan korporasi sebagian besar belum terpakai.
Ini terakumulasi sebagai kenaikan simpanan, baik dari nasabah perorangan maupun dari korporasi dan lembaga. Hanya, kondisi ini tak akan selamanya. Seiring penurunan kasus Covid-19, minat konsumsi akan tumbuh dan aktivitas produksi akan meningkat. Dana yang mengendap di perbankan pun perlahan akan kembali mengalir.
General Manager Divisi Wealth Management PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Henny Eugenia bilang, pertumbuhan nasabah reguler yang naik kelas ke nasabah prioritas di BNI naik merata di semua tier. "Naik 7% yoy dengan total dana kelolaan tumbuh 6% yoy,” ujar Henny, Senin (6/9).
Dana simpanan nasabah BNI dominan di tabungan yang tumbuh 18% yoy per Juli 2021. Diikuti dana kelolaan produk investasi naik 18% yoy.
Sementara dana di deposito turun karena return mini seiring suku bunga rendah membuat instrumen ini tak jadi andalan investasi.
"Pertumbuhan dana nasabah hingga akhir tahun masih akan terus bertumbuh karena ekspansi bisnis belum akan kencang," ujar Henny.
Adapun Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Vera Eve Lim menyatakan, simpanan di atas Rp 5 miliar di BCA tumbuh 18,3% yoy per Juni 2021. Pada periode sama, kinerja DPK naik 17,5% yoy menjadi Rp 895,2 triliun. "Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan nilai transaksi, basis nasabah serta penguatan ekosistem pelayanan bersama para mitra bisnis bank," kata Vera.
Sementara di Bank Commonwealth, walau asset under management (AUM) naik, secara transaksi nasabah belum seaktif sebelumnya. Chief of Retail & SME Business Commonwealth Bank Ivan Jaya bilang, ini lantaran nasabah menunggu perkembangan membaiknya pandemi.
Dana kelolaan wealth management di Bank Commonwealth akhir Juli 2021 tumbuh 7%-10% year to date (ytd). "Harapannya, ada peningkatan volume dan nilai dana kelolaan nasabah tajir paruh kedua tahun ini," kata Ivan.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.