Lindungilah Investor

Selasa, 16 Desember 2025 | 04:44 WIB
Lindungilah Investor
[ILUSTRASI. TAJUK - Ahmad Febrian (KONTAN/Indra Surya)]
Ahmad Febrian | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Agak mengagetkan membaca berita terkait pernyataan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman saat Rapat Dengar Pendapatan dengan Komisi XI DPR, Rabu (3/12). Ia menyampaikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mencetak rekor tertinggi baru alias all time high (ATH) sebanyak 22 kali sepanjang 2025 berjalan ini.  

“Tapi menariknya, 21 kali terjadi di zaman menteri keuangan baru. Jadi bisa dibayangkan bagaimana dampak persepsi investor terhadap ekonomi Indonesia,” jelasnya.

Narasi tersebut seolah-olah menyebut, indikator utama IHSG adalah berkat Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa. Padahal, BEI seharusnya paham, pergerakan bursa bukan semata karena ada pejabat baru atau ekonomi semata. 

BEI seharusnya paham, pergerakan bursa saham saat ini tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya alias semu. Kontan seringkali menulis, penguatan IHSG cenderung didorong oleh saham berkapitalisasi besar yang tidak likuid. 

Sebut saja PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) atau Barito Renewables Energy (BREN) yang memiliki bobot besar terhadap IHSG. Berdasarkan data Senin (15/12), BREN dan DSSA di urutan keempat dan kelima bobot terbesar di IHSG,  masing-masing 4,49%. Selanjutnya Bayan Resources (BYAN) dengan bobot 3,25% dan DCII berbobot 2,9%.

Sementara harga DCII secara year to date (ytd) hingga Senin (15/12) melejit hingga 482%. 

Sedangkan harga DSSA ytd melenting hingga 170%. Di sisi lain, emiten-emiten LQ 45 "meredup". Seperti harga saham BBCA turun 16,2% dan BBRI turun 10,2% ytd.

Kepada Kontan, Pengamat pasar modal dan Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai, keberadaan saham dengan kapitalisasi jumbo, tapi tidak likuid telah menyebabkan IHSG kehilangan fungsi utama sebagai barometer pasar. IHSG tidak mencerminkan arah pasar yang sesungguhnya.

Di sisi lain, dari sisi fundamental tahun ini laba bersih emiten diproyeksi turun. Mandiri Sekuritas misalnya, memperkirakan laba bersih emiten tahun 2025 yang berada dalam pantauan akan terkontraksi 11,6%. Di sisi lain, kurs rupiah terus berkutat di Rp 16.600 per dolar Amerika Serikat (AS).

Di sinilah peran penting BEI menjaga dan melindungi para investor. Jangan sampai drama saham BUMI dan salah satu saham bank digital yang anjlok gila-gilaan beberapa tahun lalu terulang lagi.

Selanjutnya: Campina (CAMP) Menyeruput Ekspansi

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terkait

Berita Terbaru

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas
| Selasa, 16 Desember 2025 | 10:00 WIB

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas

Dengan level harga yang sudah naik cukup tinggi, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) rentan mengalami aksi ambil untung.

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:21 WIB

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer

Secara month-to-date, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)  sudah mengalami penurunan 5,09%. ​

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:16 WIB

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan

Emiten perhotelan, PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) mengumumkan perubahan pemegang saham pengendali.

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:11 WIB

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar

Besaran nilai dividen ini mengacu pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk KKGI per akhir 2024 sebesar US$ 40,08 juta. 

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:06 WIB

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini, namun tetap ada peluang penurunan

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:46 WIB

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus

Saham-saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia berpotensi terpapar fenomena reli Santa Claus.

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:42 WIB

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri

Utang luar negeri Indonesia per akhir Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 423,94 miliar               

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi
| Selasa, 16 Desember 2025 | 07:00 WIB

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi

Pada Senin (15/12), kurs rupiah di pasar spot turun 0,13% menjadi Rp 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah

Penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

 Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan

Momentum Harbolnas yang berlangsung menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong permintaan layanan paylater

INDEKS BERITA

Terpopuler