Mark Mateschitz (2): Sembunyikan Identitas Sebagai Anak Konglomerat

Rabu, 06 Desember 2023 | 23:21 WIB
Mark Mateschitz (2): Sembunyikan Identitas Sebagai Anak Konglomerat
[ILUSTRASI. Mateschitz di masa sekolah menggunakan nama belakang sang ibu, Dietrich Gerhardter]
Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - Pewaris bisnis minuman berenergi Red Bull, Mark Mateschitz di masa kecilnya tidak hidup seperti anak konglomerat. Mateschitz menjalani masa kecilnya layaknya anak orang biasa. Bahkan ia menggunakan nama belakang sang ibu, Dietrich Gerhardter agar tidak dikenali sebagai seorang konglomerat. Tak hanya itu saja, pria kelahiran tahun 1992 ini juga mencoba peruntungan untuk mendirikan bisnis minuman sendiri dengan nama Thalheimer Heilwasser GmbH.

Kesuksesan sang ayah menjadi pemilik Red Bull tidak membuat Mark Mateschitz kecil hidup bak putra raja. Pria kelahiran Jerman pada Mei 1992 ini hidup seperti anak kecil lainnya. Ia bersekolah dan terakhir mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Baca Juga: Bakal IPO, Valuasi Porsche Capai US$ 85 Miliar di September

Anak tunggal dari pasangan Dietrich Mateschitz dan Anita Gerhardter ini juga tidak terlihat menonjol selama sekolah. Saat bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Salzburg, ia bahkan tidak seperti anak seorang konglomerat. Bahkan dia hanya menggunakan nama belakang sang ibu di masa sekolah dahulu.

Lulus dari SMA, Mateschitz melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan belajar administrasi bisnis di Universitas Ilmu Terapan Salzburg. Mateschitz juga sempat mencoba peruntungan seperti ayahnya dengan meluncurkan perusahaan minumannya sendiri dengan nama Thalheimer Heilwasser GmbH. Perusahaannya ini memproduksi bir dan minuman limun dengan air yang diambil dari salah satu mata air legendaris di Austria.

Ketika sang ayah meninggal dunia di tahun 2022, Mateschitz kemudian meneruskan perusahaan Red Bull yang telah dibangun sejak tahun 1987. Saat ini, Mateschitz menggenggam 49% saham perusahaan sang ayah, Red Bull GmbH.

Sang ayah saat mendirikan Red Bull tidak sendiri. Dia mendirikan Red Bull dengan pengusaha asal Thailand, Chaleo Yoovidhya. Sejak tahun 2012, Yoovidhya meninggal dunia dan mewariskan bisnis ke putranya Charlem yang saat ini juga menjadi miliarder.

Baca Juga: Pembalap Formula 1 Max Verstappen Jadi yang Tercepat di Grand Prix Abu Dhabi

Awal mula, berdirinya Red Bull sendiri cukup unik. Ayah Mateschitz sangat terkesan dengan minuman berenergi Krating Daeng yang ia minum saat berlibur ke Thailand dan minuman itu mampu menghilangkan jet lag-nya.

Mateschitz pun berupaya untuk bermitra dengan pendiri Krating Daeng yakni Chaleo Yoovdhya dan memformulasikan minuman serupa dengan selera masyarakat di negara Barat.

Yoovidhya dan Mateschitz masing-masing berinvestasi sebesar US$ 500.000 untuk mendirikan perusahaan Red Bull. Perusahaan ini yang didirikan oleh keduanya berpusat di Fuschl am See, Salzburg, Austria.

Sejak saat itu, kepemilikan saham Yoovidhya dan Mateschitz masing-masing memegang 49% saham. Sementara 2% saham sisanya diserahkan ke anak Yoovidhya, Chalerm. Meski begitu, operasi bisnis perusahaan Red Bull disepakati untuk diserahkan kepada Mateschitz.

Nama Red Bull sendiri hanya mengartikan dari bahasa Thailand saja yaitu Krating yang berarti Banteng dan Daeng yang berarti Merah.

Mungkin tidak banyak yang menyadari jika Red Bull dan Krating Daeng menggunakan logo yang sama yaitu berupa dua ekor banteng berwarna merah yang berdiri berhadapan di dengan matahari berwarna kuning. Yang membedakan dari keduanya yakni pangsa pasarnya. Dimana Krating Daeng fokus di wilayah Asia sementara Red Bull di negara-negara Barat.

Red Bull resmi menjual dengan kemasan kaleng di Eropa pada 1 April 1987. Pangsa pasar Red Bull meluas hingga ke Amerika Serikat. Saat ini, mayoritas saham Red Bull masih dikendalikan oleh keturunan Yoovidhya dan Matezchitz.

Popularitas Krating Daeng di Thailand tidak bisa dianggap remeh, memang minuman tersebut ditawarkan bagi pekerja kerah biru sementara Red Bull dipasarkan untuk minuman trendi kelas atas.

Baca Juga: Jelang MotoGP Mandalika, ExxonMobil Luncurkan Pelumas Baru untuk Motor 4-Tak

Harga kedua produk itu pun berbeda. Jika Krating Daeng dijual dengan harga yang lebih murah, sementara Red Bull lebih mahal sedikit. Namun bahan-bahan yang digunakan Red Bull masih diproduksi di Bangkok, Thailand dan diekspor ke seluruh dunia.     

(Bersambung)

Bagikan

Berita Terbaru

Bea Masuk 19% RI Bisa Berlaku Sebelum 1 Agustus
| Selasa, 22 Juli 2025 | 09:01 WIB

Bea Masuk 19% RI Bisa Berlaku Sebelum 1 Agustus

Pemberlakuan tarif bea masuk dari AS akan bergantung pada joint statament yang akan dikeluarkan oleh kedua negara

Profit 27,64% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (22 Juli 2025)
| Selasa, 22 Juli 2025 | 08:44 WIB

Profit 27,64% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (22 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 22 Juli 2025 di Logammulia.com masih Rp 1.946.000 per gram, harga buyback juga tetap Rp 1.792.000 per gram.

Pembahasan Pilar 1 Pajak Global Alot
| Selasa, 22 Juli 2025 | 08:42 WIB

Pembahasan Pilar 1 Pajak Global Alot

Pilar 1 mengatur hak pemajakan atas laba perusahaan digital multinasional, serta meningkatnya penggunaan pajak layanan digital secara unilateral

Pasar Tenaga Kerja RI Makin Tertekan
| Selasa, 22 Juli 2025 | 08:21 WIB

Pasar Tenaga Kerja RI Makin Tertekan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 yang diperkirakan di bawah 5% akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja

Reli IHSG Selama 11 Hari Disokong Saham-Saham Konglomerasi
| Selasa, 22 Juli 2025 | 07:30 WIB

Reli IHSG Selama 11 Hari Disokong Saham-Saham Konglomerasi

Senin (21/7), IHSG melonjak 86,28 poin atau 1,18% ke 7.398,19 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berhasil Dongkrak Volume, Penjualan NICL Melesat 152% di Semester I-2025
| Selasa, 22 Juli 2025 | 07:26 WIB

Berhasil Dongkrak Volume, Penjualan NICL Melesat 152% di Semester I-2025

Kondisi dan situasi industri nikel domestik saat ini semakin kompetitif. Terutama, beberapa smelter yang beroperasi dengan berbagai teknologi.

Asing Hengkang dari SRBI, Rupiah Berpotensi Melemah Lagi
| Selasa, 22 Juli 2025 | 07:03 WIB

Asing Hengkang dari SRBI, Rupiah Berpotensi Melemah Lagi

Rupiah tertekan outflow asing yang mayoritas keluar dari Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Rupiah diperkirakan melemah terbatas.

Serius Bangun Koperasi
| Selasa, 22 Juli 2025 | 07:00 WIB

Serius Bangun Koperasi

Adanya sejumlah kendala di pengembangan koperasi selama ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk tidak setengah hati membangun koperasi.

Menanti Data Uang Beredar dan Arah Bunga China, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 22 Juli 2025 | 06:44 WIB

Menanti Data Uang Beredar dan Arah Bunga China, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Investor asing melakukan aksi jual bersih alias net sellaRp 80,37 miliar. Hari ini pasar menanti kebijakan Bank Sentral China terkait suku bunga

Bunga Kredit UMKM Tetap Menjulang
| Selasa, 22 Juli 2025 | 06:30 WIB

Bunga Kredit UMKM Tetap Menjulang

Meski mendapatkan insentif kebijakan likuiditas makroprudential (KLM) dari BI, bunga kredit di sektor UMKM ternyata masih ogah turun.​

INDEKS BERITA

Terpopuler