KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kinerja dan prospek bisnis penerbangan masih terseok-seok. Salah satu maskapai, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sedang berjuang keluar dari krisis utang. Di saat yang sama, Lion Air merumahkan karyawan.
Pada kuartal I 2021, masih mencetak rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 384,35 juta. Rugi bersih ini membengkak dari periode yang sama tahun 2020 senilai US$ 120,16 juta.
Dari sisi top line, pendapatan GIAA selama tiga bulan pertama tahun ini senilai US$ 353,07 juta. Pencapaian ini anjlok 54,03% dibandingkan pendapatan kuartal I 2020 yang sebesar US$ 768,12 juta.
Secara rinci, pendapatan Garuda dari tiket penumpang atas penerbangan berjadwal merosot hingga 68,62% menjadi US$ 183,35 juta. Sementara pendapatan dari usaha kargo dan dokumen tumbuh 34,93% menjadi US$ 94,87 juta. Hingga 31 Maret 2021, GIAA membukukan ekuitas negatif sebesar US$ 2,32 miliar.
Bukan hanya GIAA yang sedang terperosok, Lion Air Group juga sedang tertekan. Mereka merumahkan sekitar 8.050 karyawan atau 35% dari jumlah total karyawan sebanyak 23.000 orang.
Corporate Communication Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro menjelaskan, Lion Air Group merumahkan sekitar 8.050 karyawan menyusul menurunnya penerbangan akibat pandemi Covid-19. Penurunan jumlah penumpang mengakibatkan jumlah frekuensi terbang juga ikut turun.
“Kondisi tersebut menyebabkan jumlah produksi pekerjaan dengan sumber daya manusia tidak sesuai. Oleh karena itu, dalam jangka waktu yang diperlukan, Lion Air Group mengumumkan pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan karyawan dengan status tidak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),” ucap dia dalam rilis yang diterima KONTAN, Sabtu (31/7).
Selama dirumahkan, Danang menjelaskan, Lion Air Group akan berusaha membantu dukungan biaya hidup sesuai kemampuan perusahaan. Lion Air juga akan menggelar pelatihan secara virtual (online) sesuai dengan bagian masing-masing.
“Skema pemulihan ini ditempuh guna menjaga keberlangsungan usaha dan menjadikan bisnis berada pada sektor yang tepat,” jelas dia.
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengemukakan, pihaknya merasa prihatin dengan situasi yang dihadapi maskapai penerbangan di Indonesia saat ini. Selama pandemi korona belum teratasi, maka bisnis penerbangan dan perusahaan maskapai masih akan tertekan.
Dia mengharapkan, program vaksinasi Covid-19 bisa dipacu sehingga kekebalan kelompok (herd immunity) bisa lebih cepat terbentuk.
Dengan begitu, mobilitas masyarakat dan penggunaan transportasi udara bisa lekas pulih. "INACA berharap penyelenggaraan vaksin bisa dilakukan lebih cepat dan dalam jumlah besar, karena vaksin diharapkan bisa menjadi solusi atas masalah kesehatan dan perekonomian. Kunci utama semua maskapai dan kegiatan ekonomi adalah penanganan pandemi," kata dia, kemarin.
Pengamat dari Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto juga mengamini, situasi bisnis penerbangan nasional belum menujukkan tren pemulihan (recovery) pada tahun ini. Apalagi pandemi Covid-19 belum sepenuhnya terkendali, sehingga membuat mobilitas manusia dan barang masih sangat terbatas.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.