Melirik Saham Berpeluang Rebound dalam Indeks Syariah JII

Sabtu, 12 Juni 2021 | 13:00 WIB
Melirik Saham Berpeluang Rebound dalam Indeks Syariah JII
[]
Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jakarta Islamic Index (JII) melemah 10,14% sejak awal tahun hingga Jumat (11/6). Indeks ini melemah di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang naik 1,95% year to date.

Dalam indeks syariah yang berisikan 30 saham terpilih ini, hanya enam saham yang menguat. Bila dikulik, saham anggota indeks JII kebanyakan adalah saham infrastruktur dan industri dasar.

Bobot sektor infrastruktur di JII sebesar 21,1% dan industri dasar 30,8%. Menilik pergerakan indeks sektor infrastruktur, secara rata-rata saham sektor ini turun 17,9% year to date. Di periode yang sama, indeks sektor industri dasar turun 2,45%.

Analis Erdhika Elit Sekuritas Hendri Widiantoro menyebut, beberapa saham anggota JII yang turun dalam memiliki kapitalisasi pasar besar. Antara lain UNVR dan PGAS.

Saham-saham konstruksi juga tertekan. "Emiten konstruksi punya porsi utang cukup tinggi, investor nampak menghindari sektor ini," kata Hendri, Jumat (11/6).

Meski saat ini kinerja JII merosot, analis menilai indeks syariah ini masih menarik dijadikan acuan untuk menyusun portofolio. Tentu saja, investor tetap harus melihat fundamental tiap emiten.

Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menyebut, beberapa saham di JII masih mencetak kenaikan harga yang baik. Misalnya EXCL, MNCN dan TKIM.

Sejak awal tahun, EXCL memang turun 5,86%. Tapi, sebulan terakhir, saham EXCL naik 26,60% ke harga penutupan di Rp 2.570, kemarin. Sementara MNCN dalam sebulan naik 13,81%. Sejak awal tahun, MNCN turun 9,65%.

Menurut Alfatih, JII lebih menarik ketika risiko pertumbuhan ekonomi meningkat atau sentimen suku bunga naik. Penyebabnya, emiten anggota JII harus bisa menjaga neraca meski ekonomi turun, agar utang tetap dalam batas ketentuan syariah.

Secara keseluruhan, Hendri menilai, JII sudah cukup jenuh jual atau oversold, karena aksi profit taking investor sejak awal tahun ini. Investor dapat mulai melihat saham-saham yang koreksinya cukup tinggi seperti PGAS dan UNVR.

Hendri menilai PGAS sudah oversold dengan PBV yang masih relatif murah, yaitu 0,88 kali. "Target harga terdekat ke kisaran Rp 1.300-Rp 1.400," kata dia.

Sedang UNVR biasanya diperdagangkan dengan price to book value (PBV) 45 kali dalam lima tahun ke belakang. Saat ini PBV UNVR berada di level 29 kali.

Hendri menilai , UNVR akan memanfaatkan rebound menguji Rp 5.500. Target jangka pendek di Rp 5.700.

Jumat (11/6), saham PGAS naik 5,65% ke Rp 1.215 per saham. UNVR menguat 0,94% ke Rp 5.350 per saham.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA