Menakar Prospek Kinerja dan Saham Emiten Rokok di Kuartal IV-2025
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten rokok diperkirakan mengalami pertumbuhan usai pemerintah tak menaikkan cukai rokok pada tahun depan. Setidaknya, performa saham emiten rokok seusai pengumuman itu keluar menunjukkan penguatan yang cukup baik.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dalam sebulan terakhir sahamnya bergerak di rentang 675 hingga 790 per saham, dalam seminggu terakhir saham HMSP naik 17%. Senada PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang dalam sebulan terakhir sahamnya bergerak di kisaran 11.300 hingga 14.825 per saham.
Catherine Florencia, Analis MNC Sekuritas dalam risetntya tanggal 10 Oktober 2025 menyampaikan bahwa kebijakan tak menaikkan cukai ini akan memulihkan visibilitas harga dan memberikan ruang bagi produsen untuk menyusun strategi harga serta margin dengan lebih terukur.
Kabijakan ini menciptakan kepastian jangka pendek yang dibutuhkan industri. Setelah bertahun-tahun dihantui ketidakpastian kebijakan dan risiko penurunan volume akibat penyesuaian harga, pembekuan tarif ini diharapkan dapat menstabilkan pasar dan mengurangi tekanan penyaluran harga ke konsumen.
Selain itu, pemerintah juga menunjukkan komitmen serius menekan peredaran rokok ilegal. Saat kunjungan kerja ke kawasan Kudus pada 3 Oktober 2025, Menteri Keuangan menegaskan bahwa Bea dan Cukai telah menyita jutaan batang rokok ilegal serta peralatan produksinya. Langkah tersebut menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah sedang memperketat pengawasan terhadap perdagangan gelap, baik melalui razia fisik di lapangan maupun penertiban di platform daring.
Operasi besar-besaran ini sudah berlangsung sejak 1 Oktober 2025 dan akan diteruskan hingga kuartal IV tahun ini, bahkan berpotensi berlanjut di 2026. Sinergi antara kebijakan pembekuan cukai dan penegakan hukum diyakini akan mengalihkan permintaan kembali ke pemain legal, mempersempit kesenjangan harga dengan Harga Jual Eceran (HJE) minimum, serta mengurangi praktik promosi terselubung yang selama ini membebani pelaku industri resmi.
Sedangkan, Sarkia Adelia, Analis Panin Sekuritas bilang selain menjamin tidak akan menaikkan cukai tahun depan, Menkeu juga menyatakan tidak akan menaikkan harga jual eceran rokok. Langkah ini dinilai mampu menjaga daya beli masyarakat.
Meski aturan resminya baru akan diterbitkan pada November-Desember mendatang, pasar sudah mulai merespons positif sinyal kebijakan ini. Ia menilai kebijakan ini menjadi bentuk stabilitas taktis dalam jangka pendek untuk memberi ruang bagi pelaku industri memperbaiki efisiensi dan menjaga margin keuntungan.
Sarkia memperkirakan volume penjualan rokok pada tahun 2026 akan stabil hingga sedikit membaik di kisaran 2% hingga 4% year on year (YoY), setelah sempat turun 8% pada paruh pertama 2025.
Faktor lain yang memperkuat asumsi ini adalah target penerimaan Cukai Hasil Tembakau (CHT) dalam RAPBN 2026 yang dipatok konservatif di Rp 229 triliun hingga Rp 230 triliun, sedikit di bawah target tahun ini yang mencapai Rp 230,1 triliun.
Sikap hati-hati pemerintah ini menandakan adanya upaya menjaga keseimbangan antara penerimaan fiskal dan keberlangsungan industri padat karya yang menyerap jutaan tenaga kerja. Namun, Sarkia mengingatkan bahwa langkah ini belum berarti perbaikan struktural yang signifikan.
Beban cukai yang masih di atas 70%, struktur tier yang terlalu kompleks, serta tren down-trading (pergeseran konsumen ke produk lebih murah) tetap menjadi tantangan utama. Reformasi yang lebih bermakna, menurutnya, baru akan terwujud jika pemerintah berani melakukan simplifikasi tarif cukai, penurunan bertahap beban CHT, serta penegakan hukum yang konsisten terhadap rokok ilegal.
HMSP vs GGRM
Catherine bilang dari sisi ekonomi, kombinasi kebijakan ini diharapkan menjadi katalis pemulihan volume penjualan dan disiplin harga. Dengan pasar yang lebih tertib dan regulasi yang lebih jelas, produsen seperti HMSP berpeluang besar meraih keuntungan tambahan. Sebagai pemain patuh regulasi dengan jaringan distribusi terluas di Indonesia, HMSP berpotensi mendapatkan porsi pasar lebih besar seiring pembersihan pasar dari produk ilegal.
Namun demikian, Catherine mengingatkan bahwa sensitivitas industri terhadap perubahan tarif cukai masih tinggi. Berdasarkan analisis MNC Sekuritas, PPN dan cukai tembakau secara kolektif menyumbang sekitar 45%–55% dari pendapatan HMSP, dan mencapai 60%–70% dari total biaya pokok penjualan (COGS). Setiap kenaikan 1% pada tarif cukai campuran diperkirakan dapat memangkas laba bersih HMSP sekitar 7,9%, dengan asumsi faktor biaya dan pendapatan lainnya tetap.
Dengan kebijakan pembekuan cukai di 2026, potensi tekanan tersebut dapat diminimalkan. Laba bersih HMSP diperkirakan tumbuh dua digit pada tahun fiskal 2026, didorong tidak hanya oleh stabilnya kebijakan fiskal dan penertiban pasar ilegal, tetapi juga oleh rangkaian stimulus ekonomi baru dari Menteri Keuangan yang baru dilantik. Kebijakan ini menunjukkan kecenderungan pro-industri dan pro-konsumsi, yang bisa memperkuat daya beli masyarakat.
Pada akhirnya, arah kebijakan fiskal yang lebih ramah terhadap industri, ditambah penegakan hukum terhadap rokok ilegal, menjadi sinyal positif bagi investor dan pelaku usaha. Industri tembakau yang sempat tertekan bertahun-tahun kini melihat secercah cahaya stabilitas. Jika momentum ini berlanjut, 2026 bisa menjadi tahun pemulihan bagi sektor yang selama ini menjadi penyumbang besar bagi penerimaan negara sekaligus lapangan kerja nasional.
Sedangkan Sarkia bilang Kinerja GGRM pada paruh pertama 2025 mengalami tekanan signifikan. Volume penjualan rokok turun hingga 15% secara tahunan (YoY), seiring tren downtrading yang masih berlanjut akibat daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.
Kondisi ini semakin diperparah oleh beban pokok penjualan (COGS) yang mencapai sekitar 91% dari total pendapatan, dengan porsi terbesar berasal dari cukai sebesar 74%. Akibatnya, laba bersih perseroan anjlok hingga 87% menjadi hanya Rp 117 miliar pada semester I/2025.
Meski begitu, prospek GGRM ke depan berpotensi membaik. Adanya sinyal stabilisasi tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) dan Harga Jual Eceran (HJE) diperkirakan dapat menopang pemulihan margin dan kinerja keuangan pada 2026.
Asal tahu saja, volume penjualan GGRM merosot menjadi 23,7 miliar batang, turun 15% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan penurunan industri yang sebesar 8%. Penurunan ini dipicu oleh kenaikan rata-rata harga jual (ASP) sekitar 5% YoY, yang dilakukan untuk menutup biaya cukai tinggi, kini mencapai 74% dari pendapatan, jauh meningkat dibanding 62% pada 2019.
Di sisi lain, melemahnya daya beli dan maraknya peredaran rokok ilegal dengan harga jauh lebih murah sekitar Rp 10 ribu hingga 15 ribu per bungkus semakin menekan pangsa pasar perusahaan ke 21%, dari sebelumnya 23% pada periode yang sama tahun lalu.
Sarkia memperkirakan penurunan volume tahun ini bisa mencapai lebih dari 10%, sebelum berpotensi pulih moderat pada 2026 dengan pertumbuhan konservatif 1% hingga 2% YoY. Pemulihan diperkirakan akan lebih kuat di segmen sigaret kretek tangan (SKT) yang berpotensi tumbuh 3%–5% YoY, seiring peluang tidak naiknya tarif cukai dan harga jual eceran tahun depan.
Hanya, saat ini GGRM telah melakukan diversifikasi bisnis di luar sektor rokok dengan memperluas portofolionya ke bidang infrastruktur. Perseroan menjadi penggagas pembangunan Bandara Dhoho di Kediri yang telah resmi beroperasi sejak 2024, serta menggarap proyek jalan tol sepanjang 44,17 km dengan total nilai investasi mencapai sekitar Rp 9,9 triliun.
Meski ambisius, manajemen mengakui adanya keterlambatan proyek yang membuat penyelesaiannya mundur beberapa tahun dari jadwal semula. Pada 2026, ruas jalan tol akses Bandara Kediri sepanjang 4,8 km ditargetkan mulai beroperasi dan diharapkan dapat memberikan pendapatan fee bagi perseroan sebagai pemilik proyek.
Kontribusi dari segmen infrastruktur ini diperkirakan masih terbatas di tahap awal, yakni kurang dari 3% terhadap total pendapatan. Hal ini disebabkan operasional Bandara Dhoho yang belum optimal karena masih dalam proses pemenuhan standar teknis dan regulasi penerbangan.
Namun, dalam jangka panjang, kehadiran bandara dan jalan tol ini diyakini akan menjadi sumber pendapatan berulang (recurring income) yang stabil bagi GGRM, sekaligus memperkuat fondasi bisnis perseroan di luar industri rokok yang selama ini menjadi tulang punggung utama.
Rekomendasi Saham
Panin Sekuritas mempertahankan rekomendasi Hold untuk saham GGRM dengan target harga Rp 11.800 per saham. Valuasi tersebut mencerminkan price to earnings ratio (P/E) sebesar 19 kali untuk proyeksi 2026, atau sekitar satu standar deviasi di atas rata-rata historis 10 tahun terakhir.
Revisi proyeksi dilakukan dengan menurunkan pertumbuhan bottom line 2026, seiring ekspektasi penurunan kinerja 2025 sekitar 41% secara tahunan (YoY). Meski begitu, prospek tahun 2026 dinilai lebih menjanjikan, berkat potensi stabilisasi tarif cukai dan Harga Jual Eceran (HJE), pemulihan volume penjualan di segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang memiliki beban cukai lebih rendah, serta percepatan penyelesaian proyek tol Kediri yang dapat mulai berkontribusi terhadap pendapatan.
Kendati demikian, proyeksi kinerja GGRM masih disusun dengan pendekatan konservatif. Hal ini mempertimbangkan lemahnya daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih di tengah ketidakpastian ekonomi nasional, serta tekanan berkelanjutan dari struktur beban cukai yang masih tinggi.
Dengan situasi tersebut, ruang pemulihan margin laba dinilai terbatas dalam jangka pendek, meski arah fundamental jangka panjang tetap berpotensi membaik seiring normalisasi regulasi dan diversifikasi bisnis di sektor infrastruktur.
Sementara MNC Sekuritas menjagokan HMSP untuk sektor tembakau, rekomendasi beli diberikan untuk saham HMSP dengan target harga Rp 850 per saham. Valuasi tersebut mencerminkan price to earnings ratio (P/E) sebesar 17,3 kali dan price to book value (PBV) sebesar 3,7 kali untuk tahun buku 2025, serta menurun menjadi 12,2 kali dan 3,4 kali untuk proyeksi 2026.
Rekomendasi ini didukung oleh ekspektasi pemulihan bertahap pada daya beli masyarakat dan potensi perbaikan margin seiring normalisasi harga jual eceran serta stabilisasi kebijakan cukai.
Namun demikian, sejumlah risiko masih perlu dicermati investor. Tantangan utama mencakup berlanjutnya lemahnya daya beli masyarakat, ketidakkonsistenan dalam penegakan hukum terhadap peredaran rokok ilegal, serta potensi penerapan kebijakan cukai yang lebih ketat dari perkiraan.
Selain itu, persaingan harga yang semakin agresif di industri rokok juga berpotensi menekan margin keuntungan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, HMSP tetap dinilai menarik bagi investor jangka menengah hingga panjang yang mencari peluang di sektor barang konsumsi dengan fundamental kuat dan potensi upside moderat.
Senada, Sucor Sekuritas juga menaikkan rekomendasi untuk saham HMSP menjadi beli dengan target harga 1.260 per saham. Kenaikan rekomendasi ini diberikan seiring dengan membaiknya sentimen industri dan valuasi yang semakin menarik.
Berdasarkan perhitungan discounted cash flow (DCF), target harga baru mencerminkan valuasi 7,6 kali P/E dan 5,3 kali EV/EBITDA untuk proyeksi 2026. Saham HMSP dinilai masih undervalued karena diperdagangkan dengan diskon sebesar 47,4% dibandingkan rata-rata industri. Momentum ini membuat HMSP menjadi salah satu emiten rokok dengan potensi kenaikan harga paling menarik di tengah pemulihan sektor konsumsi nasional.
Tidak adanya kenaikan cukai pada 2026 memberikan ruang bagi HMSP untuk memperkuat profitabilitas tanpa tekanan tambahan pada harga jual. Dengan portofolio produk unggulan seperti Sampoena A Mild yang memiliki basis konsumen loyal serta kebijakan pembagian dividen yang menarik, perseroan dinilai memiliki posisi kuat untuk memetik manfaat dari inisiatif positif di industri rokok.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Business Insight
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan
