KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada pepatah kalau sudah jodoh, tidak akan kemana. Pepatah ini sering menjadi analogi untuk mencari pasangan hidup, atau kegiatan lain seperti bertransaksi dan banyak lagi.
Kegiatan mencari jodoh ini tampaknya sedang getol dilakukan oleh tiga orang tokoh yang "sudah" dicalonkan secara resmi oleh partai politik.
Pertama, Anies Baswedan yang diusung oleh Partai Nasdem dan Partai Demokrat; Kedua, Partai Gerindra, yang sudah berikrar untuk kerja bersama mengusung calon presiden 2024 bersama Partai Kebangkitan Bangsa; dan Ketiga, Partai PDI Perjuangan yang sudah menunjuk Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari PDIP sekaligus menjadi petugas partai untuk memenangkan kontestasi Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Pendukung Anies secara hitungan matematis diusung oleh 25,03% suara berdasarkan jumlah kursi di parlemen, yakni Nasdem 9,05; PKS 8,21; Demokrat 7,77.
Sedangkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, secara hitungan suara akan di dukung Gerindra sendiri sebagai pemilik 12,57% kursi di parlemen, dan bergabung dengan PKB yang punya 9,69% suara di parlemen sehingga total 22,26%.
Sedangkan tiket Ganjar sudah aman karena PDIP punya kursi 128 di DPR RI atau di atas ambang batas minimum 115 kursi bagi partai yang ingin mengusung calon presiden sendiri tanpa dukungan partai lain.
Kini siapa pasangan dari tiga calon Presiden itu? Semua partai sedang bermanuver mendapatkan tiket calon wakil presiden. Misalnya, Prabowo Subianto dikabarkan menimbang Mahfud MD, yang pernah menjadi bakal calon pendamping Joko Widodo pada 2019 sebelum muncul nama Ma'ruf Amin.
Sementara Sandiaga Uno juga bermanuver keluar dari Gerindra untuk mendapatkan tiket calon Wakil Presiden. Sandiaga loncat ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang kemungkinan besar akan merapat ke PDI Perjuangan.
Nama lain non partai yang masuk bursa pencalonan wakil presiden adalah Erick Thohir, meskipun hingga kini belum ada satu partai yang terang-terangan mengusungnya.
Sementara di barisan Anies, tampaknya nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih jadi opsi yang belum ada tandingan.
Tapi perjodohan lima tahun sekali ini tentu tak lepas dari teori Harold Lasswell, Who Gets What, When, How. Jadi selama partai pendukung belum Gets sesuatu, maka Who yang mereka usung sebagai calon wakil presiden tetap tidak jelas.