Menerapkan Strategi Investasi Saham dengan Tiga MAN (Bagian 2)

Senin, 02 Oktober 2023 | 12:32 WIB
Menerapkan Strategi Investasi Saham dengan Tiga MAN (Bagian 2)
[ILUSTRASI. Lukas Setiaatmadja, Founder Komunitas HungryStock]
Lukas Setia Atmaja | Founder Komunitas HungryStock

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Agar memperkecil risiko kerugian akibat penurunan harga saham, kita harus memahami secara baik saham atau perusahaan yang ingin kita beli, menghitung nilai (valuasi) dan membandingkannya dengan harga saham tersebut di bursa saham.

Harga saham ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Jika penawaran lebih banyak dari permintaan, harga saham akan turun. Demikian sebaliknya. Di artikel sebelumnya sudah dijelaskan bahwa harga sebuah saham di bursa dipengaruhi banyak faktor. Faktor ini bisa dibagi menjadi dua, yakni faktor fundamental perusahaan dan faktor non fundamental.

Faktor non fundamental ini  seperti psikologi (hype, FOMO, herding behaviour) dan tindakan manipulasi harga (baca: goreng-menggoreng harga saham). 
Investor yang membeli saham dengan hanya mencermati pergerakan harga akan menanggung risiko yang lebih besar. Seorang investor harus membandingkan harga dengan nilai sahamnya. Jika ia membeli saham yang harganya lebih tinggi dari nilainya (overpriced atau kemahalan), ia menanggung risiko kerugian yang lebih besar. 

Seorang investor bijak akan membeli saham yang dianggap underpriced (kemurahan) karena memiliki nilai di atas harganya. Prinsip yang simpel, namun tidak mudah dipraktikkan. Mengapa? 

Menentukan nilai sebuah saham tidak mudah. Berbagai metoda valuasi bisa digunakan untuk menghitung nilai sebuah saham pada suatu titik waktu tertentu (biasanya disebut nilai intrinsik atau harga wajar saham). 

Baca Juga: Menerapkan Strategi Investasi Saham dengan Tiga MAN (Bagian 1)

Penekanannya pada kata "suatu titik waktu" karena nilai sebuah saham hari ini bisa berbeda dengan sebulan kemudian. Intinya nilai sebuah saham bersifat dinamis.  Ambil contoh, nilai intrinsik saham perusahaan batubara hari ini dengan besok bisa berbeda jika malam ini ada berita , harga batubara naik drastis karena perang Ukraina-Rusia.

Metoda valuasi yang biasa digunakan adalah relative valuation, membandingkan rasio nilai sebuah saham dengan saham lain yang sejenis. Rasio nilai tersebut ada beberapa seperti PER (price earnings ratio), PBV (price to book value ratio), EV/EBITDA dan price sales ratio

Dari rasio-rasio itu, yang paling popular adalah PER dan PBV. Value investor sukses seperti Lo Kheng Hong mengandalkan dua ratio sederhana ini dalam memilih saham yang salah harga (undervalued).

Lo membatasi saham yang dipilih dengan kriteria PER lebih kecil dari 5 kali dan PBV lebih kecil dari 0,5, dengan penekanan pada penggunaan PER daripada PBV. Semakin kecil angkanya semakin menarik.  Investor yang beraliran growth investing juga bisa menggunakan PER dan PBV. 

Mereka masih bersedia membeli saham yang PER dan/atau PBV tinggi jika diimbangi dengan potensi pertumbuhan laba bersih (earnings per share atau EPS) yang tinggi di masa mendatang. 

Peter Lynch, pengelola dana legendaris, menggunakan rasio PER dibagi dengan angka persentase pertumbuhan EPS untuk menentukan valuasi saham yang bertumbuh, disebut PEG ratio. Menurut Peter Lynch, jika PER sebuah saham 10 kali,  kenaikan EPS per tahun harus 10% supaya bisa mengatakan harga sahamnya wajar. Artinya PEG ratio sebesar 1 adalah harga wajar. Jika PER ratio kurang dari 1, saham tersebut undervalued. 

Misalnya, sebuah saham memiliki PER 10 kali dan estimasi pertumbuhan EPS  20% per tahun. Maka PEG rationya adalah 0,5 dan menarik untuk dibeli. 
Sebaliknya jika PEG ratio lebih dari satu, sahamnya termasuk overvalued. Misalnya, sebuah saham memiliki PER 10 kali, tetapi estimasi pertumbuhan EPS nya hanya 5%, sehingga PER ratio sebesar 2 kali. Saham ini kurang menarik untuk dikoleksi karena harganya tidak sepadan dengan potensi pertumbuhan laba bersih. 

Bayangkan jika seorang investor membeli saham yang memiliki PER 100 kali sedangkan potensi pertumbuhan EPS hanya 5% per tahun. PEG ratio menjadi 20 kali. 

Para analis saham banyak yang mengunakan metode discounted cash flow (DCF) yang diajarkan oleh Benjamin Graham, guru Warren Buffett.  Dengan metoda ini seorang investor harus memprediksi arus kas bebas (free cash flows) yang bakal dihasilkan sebuah saham, kemudian dinilai sekarangkan (present value) dengan cara membagi free cash flows dengan biaya modal (cost of capital) saham. Jumlah dari present value free cash flows kemudian dikurangi dengan nilai utang perusahaan. 

Hasilnya dibagi jumlah saham beredar, memberikan nilai intrinsik sebuah saham. Cara ini lebih rumit dan memerlukan kemampuan memprediksi prospek perusahaan dengan baik. 

Warren Buffett mengingatkan, tidak cukup menghitung valuasi saham hanya menggunakan PER dan PBV, tetapi harus dengan metoda DCF. Artinya, DCF ini metode lebih canggih, namun jika tidak disertai dengan kemampuan memprediksi arus kas perusahaan  baik, hasilnya tidak akurat. Artinya, valuasi dengan PER dan PBV bisa lebih baik daripada DCF yang asumsinya asal-asalan.          

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Bank Mandiri Perpanjang Piutangnya di Emiten Manufaktur Emas Senilai Rp 2,4 triliun
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 18:03 WIB

Bank Mandiri Perpanjang Piutangnya di Emiten Manufaktur Emas Senilai Rp 2,4 triliun

Lewat Addendum II perjanjian kredit, jatuh tempo utang HRTA yang semula jatuh pada 23 Juli 2025, diundur selama 12 bulan menjadi 23 Juli 2026.

Dua Emiten Baru, Masuk Sepuluh Besar Saham dengan Jumlah Pemegang Saham Terbanyak
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 15:00 WIB

Dua Emiten Baru, Masuk Sepuluh Besar Saham dengan Jumlah Pemegang Saham Terbanyak

CDIA dan COIN, dua emiten pendatang baru yang masuk dalam jajaran sepuluh besar saham dengan jumlah pemegang saham terbanyak.

Perbaikan Kinerja BTPN Syariah (BTPS) Dirproyeksi Terjaga di Kuartal Selanjutnya
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 14:00 WIB

Perbaikan Kinerja BTPN Syariah (BTPS) Dirproyeksi Terjaga di Kuartal Selanjutnya

Pada paruh pertama 2025, BTPS mencetal laba bersih Rp 643,85 miliar, naik 16,6% secara tahunan (YoY) dari sebelumnya Rp 552,20 miliar.

Profit 27,06% Setahun, Cek Ulang Harga Emas Antam Hari Ini (26 Juli 2025)
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 12:49 WIB

Profit 27,06% Setahun, Cek Ulang Harga Emas Antam Hari Ini (26 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 26 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.915.000 per gram, harga buyback juga tetap Rp 1.761.000 per gram.

Naik Signifikan, Saham Afiliasi Grup Salim & Sinar Mas Jadi Top Leader Penopang IHSG
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 12:00 WIB

Naik Signifikan, Saham Afiliasi Grup Salim & Sinar Mas Jadi Top Leader Penopang IHSG

Saham DCI Indonesia (DCII) dan Dian Swastatika Sentosa (DSSA) meneguhkan posisinya sebagai dua leader IHSG teratas sepanjang tahun 2025 berjalan.

Harga Bahan Baku Konsumer Naik, Begini Proyeksi Laba UNVR, MYOR, dan CMRY Kuartal II
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 09:17 WIB

Harga Bahan Baku Konsumer Naik, Begini Proyeksi Laba UNVR, MYOR, dan CMRY Kuartal II

Kenaikan harga bahan baku utama produk konsumer saat ini akan memberatkan raihan marjin laba bagi sejumlah emiten di sektor tersebut.

Profil Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) Menggarap Investasi Infrastruktur
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 07:30 WIB

Profil Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) Menggarap Investasi Infrastruktur

Mengupas profil dan strategi bisnis PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) setelah mencatatkan saham di bursa

Sentimen The Fed Menggerakkan Rupiah
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 07:25 WIB

Sentimen The Fed Menggerakkan Rupiah

Di pasar spot, kurs tutup di level Rp 16.320 per dolar AS pada Jumat (25/7), melemah 0,15% dibanding posisi penutupan hari sebelumnya.

SSMS Mendorong Efisiensi Lewat Evaluasi Aset
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 07:14 WIB

SSMS Mendorong Efisiensi Lewat Evaluasi Aset

PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) berupaya untuk meningkat efisiensi kinerja dengan melakukan penataan aset yang lebih efektif.​

Menanti Dampak Program Danantara ke Saham Emiten BUMN
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 07:10 WIB

Menanti Dampak Program Danantara ke Saham Emiten BUMN

Emiten-emiten BUMN berpeluang kecipratan berkah dari sejumlah program prioritas BPI Danantara yang berlangsung pada 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler