Mengenal Logam yang Bisa Digunakan China sebagai Senjata Membalas Amerika

Kamis, 30 Mei 2019 | 14:52 WIB
Mengenal Logam yang Bisa Digunakan China sebagai Senjata Membalas Amerika
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Istilah rare earth sepekan ini menjadi akrab terdengar di telinga pasar finansial global. Istilah yang merujuk ke berbagai elemen kimia itu disebut-sebut sebagai senjata andalan China untuk membalas Amerika Serikat yang menaikkan tarif masuk atas barang buatan Negeri Tembok Raksasa.

Media massa di China selama dua pekan terakhir telah memuat spekulasi tentang kemungkinan Beijing membalas aksi Pemerintahan Donald J. Trump dengan membatasi ekspor rare earth ke AS. Kabar itu memang tidak pernah mendapat konfirmasi dari Pemerintahan Xi Jinping.

Namun banyak yang mempercayai pembatasan ekspor rare earth benar-benar akan dilakukan Pemerintah China. Dugaan itu muncul setelah Presiden Xi mengunjungi sebuah fasilitas pemrosesan rare earth, pekan lalu.

Mengiringi kunjungan itu, People’s Daily menurunkan editorial yang mengisyaratkan besarnya kemungkinan Pemerintah China membalas aksi AS dengan membatasi ekspor rare earth.  Sebagai koran milik partai penguasa di China, People’s Daily bisa dipastikan menurunkan editorial yang sesuai dengan selera pemerintahan China.

Lalu, kalau memang China benar mengekang ekspor rare earth ke AS, apa dampaknya terhadap ekonomi dunia? Untuk mendapat jawaban atas pertanyaan itu, tentu kita harus mencari tahu dulu apa saja yang tergolong dalam rare earth itu.

Rare earth merupakan istilah yang biasa digunakan untuk merujuk ke 17 elemen kimia logam. Mengutip Reuters, nama dari delapan elemen itu adalah lanthanum, cerium, praseodymium, neodymium, promethium, samarium, europium, gadolinium. Sembilan elemen lainnya terbium, dysprosium, holmium, erbium, thulium, ytterbium, lutetium, scandium dan yttrium.

Berbeda dengan istilah populernya, yang jika diterjemahkan berarti jarang, cadangan ke-17 elemen logam ini terserak cukup banyak di muka bumi ini. Namun elemen-elemen itu biasanya tersebar, dan hanya terkonsentrasi dalam kuantitas sedikit. Proses pemurnian rare earth pun sangat mahal karena biasanya belasan elemen itu saling tercampur saat ditemukan.

Nah, rencana China membatasi ekspor logam-logam itu bisa berdampak ke pertumbuhan ekonomi dunia karena rare earth dibutuhkan dalam pembuatan berbagai produk masa kini, mulai produk elektronik hingga senjata.

Elemen rare earth merupakan salah satu bahan pembuat baterei yang bisa diisi ulang (rechargeable batteries) untuk mobil hybrid dan listrik. Mengutip Reuters, logam itu juga bisa dimanfaatkan sebagai pembuat keramik modern, computer, pemutar DVD, monitor, televisi, alat penerangan, laser juga serat optic.

Produk consumer yang menggunakan logam rare earth seperti iPhone dan motor penggerak mobil listrik. Rare earth juga digunakan sebagai salah satu bahan pembuat mesin pesawat jet militer, satelit dan laser, demikian menurut Reuters.

Bagikan

Berita Terbaru

ESG XLSmart (EXCL): Memadukan Strategi biar Jadi Paling Dicintai
| Senin, 09 Juni 2025 | 11:05 WIB

ESG XLSmart (EXCL): Memadukan Strategi biar Jadi Paling Dicintai

Usaha baru hasil merger XL Axiata dan Smartfren efektif berjalan pada tahun ini. Manajemen berjanji lebih ambisius untuk menerapkan ESG.

Gelombang PKPU Anak Usaha BUMN Karya Masih Berlanjut, Kali Ini Menerpa Anak WSKT
| Senin, 09 Juni 2025 | 10:54 WIB

Gelombang PKPU Anak Usaha BUMN Karya Masih Berlanjut, Kali Ini Menerpa Anak WSKT

Sebelumnya gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) juga diajukan terhadap anak usaha PTPP dan WIKA.

Proyeksi IHSG Usai Idul Adha, Minim Sentimen Domestik dan Waspadai Profit Taking
| Senin, 09 Juni 2025 | 09:56 WIB

Proyeksi IHSG Usai Idul Adha, Minim Sentimen Domestik dan Waspadai Profit Taking

Selama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak menembus ke bawah 7.000, outlook mingguan masih netral ke positif.

Emiten Kelapa Sawit Sinarmas (SMAR) Akan Jual Bio CNG dari Limbah Gas Metana
| Senin, 09 Juni 2025 | 09:23 WIB

Emiten Kelapa Sawit Sinarmas (SMAR) Akan Jual Bio CNG dari Limbah Gas Metana

DSNG menjadi salah satu pesaing PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) di bisnis bio CNG.

Di Tengah Kabar Spin Off, BRIS Jadi Laggard IHSG dengan Penurunan Harga Terdalam
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:58 WIB

Di Tengah Kabar Spin Off, BRIS Jadi Laggard IHSG dengan Penurunan Harga Terdalam

Masuknya Danantara berpotensi membuat free float BRIS lebih tinggi, sehingga di atas kertas akan berefek positif pada perdagangan saham BRIS.​

Menolak Kenaikan Pajak Rumah Tapak
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:56 WIB

Menolak Kenaikan Pajak Rumah Tapak

Kebijakan pajak dinilai perlu diisusun secara adil, transparan, dan bebas dari pengaruh kepentingan bisnis maupun jabatan ganda pejabat negara

Harga Minyak Membuka Ruang Fiskal Pemerintah
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:47 WIB

Harga Minyak Membuka Ruang Fiskal Pemerintah

Pada bulan April 2025, Indonesia Crude Price (ICP) ditetapkan US$ 65,29 per barel di bawah asumsi US$ 82 per barel

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Beranjak (9 Juni 2025)
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:45 WIB

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Beranjak (9 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (9 Juni 2025) Rp 1.904.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,63% jika menjual hari ini.

Redam Pesimisme, Pengelola Bursa dan Emiten Berdialog dengan Pengelola Dana Asing
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:11 WIB

Redam Pesimisme, Pengelola Bursa dan Emiten Berdialog dengan Pengelola Dana Asing

Menghadapi aksi jual para investor asing, baik pengelola bursa juga emiten tak berpangku tangan. Mereka bergerak aktif berdialog dengan hedgefund.

Sektor Otomotif Masih Belum Bisa Ngebut, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:03 WIB

Sektor Otomotif Masih Belum Bisa Ngebut, Simak Rekomendasi Sahamnya

Kondisi makroekonomi domestik dan global yang belum stabil menjadi pemberat utama pertumbuhan sektor otomotif.

INDEKS BERITA

Terpopuler