KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dirundung masalah global, emiten perkebunan PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) berencana untuk meningkatkan produksi crude palm oil (CPO) tahun ini. Emiten tersebut menargetkan produksi tandan buah segar (TBS) inti sebanyak 250.000 ton sepanjang 2019 atau naik 9,4% dari tahun lalu yang sebanyak 228.549 ton. Dari total produksi TBS itu, kontribusi dari plasma dan pihak ketiga ditargetkan mencapai 117.000 ton atau naik 76% dari realisasi tahun 2018 yang sebesar 79.362 ton.
Tahun ini, produksi CPO GZCO diproyeksikan mencapai 80.500 ton, naik 21,5% dari realisasi tahun 2018 yang sebanyak 66.271 ton. Hingga kuartal I-2019, produksi CPO GZCO mencapai 11.549 ton atau baru 13% dari target. Sementara produksi TBS baru tercapai 15% dari target atau sebanyak 40.049 ton.
Andrew Michael Vincent, Direktur GZCO menyampaikan, ada dua sentimen negatif bagi industri CPO di tahun 2019. Pertama, pengetatan ekspor CPO ke negara Uni Eropa. Kedua, harga CPO yang rendah. Rata-rata harga TBS inti pada kuartal I-2019 mencapai Rp 5.000 per kilogram (kg). Sedangkan tahun lalu, harga rata-rata TBS inti mencapai Rp 7.000 per kg.
Meski demikian, Vincent melihat pemerintah Indonesia saat ini cukup banyak membantu untuk membangkitkan industri CPO lewat negosiasi dan lobi di level global serta aturan penggunaan biodiesel (B20) pada kendaraan. "Harapannya tentu produk CPO bisa segera terserap di pasaran dan bisa membantu peningkatan kinerja kami," kata Vincent, Jumat (10/5).
Dengan peningkatan produksi itu, manajemen GZCO membidik penjualan meningkat jadi Rp 700 miliar, atau naik dari hasil tahun lalu yang sebesar Rp 565 miliar. Perusahaan masih kesulitan meraih break even point (BEP) lantaran harus menanggung beban penyusutan.
Yongki Tedja, Direktur GZCO menambahkan, tahun ini, perusahaan menganggarkan belanja modal Rp 75,25 miliar, turun tipis ketimbang capex tahun lalu yang sekitar Rp 80 miliar. Nantinya, belanja modal ini akan diserap untuk biaya menanam dan perawatan tanaman sawit yang belum panen sebesar Rp 40 miliar. Selain itu ada investasi fixed asset senilai Rp 35,25 miliar. Sumber dana seluruhnya masih dari internal. "Kami akan menanam sawit lagi di lahan yang sudah ada di Sumatra Selatan seluas 500 hektare (ha)," kata Yongki.
Adapun di Sumsel, lahan GZCO mencapai 4.000 ha dengan luas areal tertanam mencapai 2.000 ha. Alhasil, dengan penambahan tanaman baru, area yang sudah ditanami menjadi 2.500 ha.