Mengolah Produk Kosmetik dengan Setrum Terbarukan

Minggu, 17 Maret 2024 | 03:05 WIB
Mengolah Produk Kosmetik dengan Setrum Terbarukan
[ILUSTRASI. Pekerja melakukan kontrol mesin produksi kosmetik L'Oreal di kawasan Jababeka, Cikarang, Bekasi Jawa Barat, Kamis, (7/3/2024). L'Oreal Indonesia mengumumkan keberhasilan 100% penggunaan energi terbarukan di seluruh situs produksinya di Indonesia sekaligus dukungan terhadap upaya pemerintah dalam akselerasi reduksi emisi karbon. Antara Foto/Paramayuda/YU]
Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Asnil Amri

Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) menjadi fokus berbagai pihak. Semuanya berlomba-lomba untuk mengejar penggunaan EBT sebanyak mungkin.

Pemerintah dalam Peraturan Presiden No 79/2014 sudah mematok target bauran EBT tahun 2025 bisa mencapai 23%. Namun menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sampai 2023, realisasi EBT baru 13,1% saja.

Jika mengacu International Energy Agency (IEA), EBT dimaknai sebagai energi dari proses alam dan bisa digunakan terus menerus. Jika merujuk pengertian itu, energi terbarukan bisa berasal dari air, angin, cahaya matahari, panas bumi dan biomassa.

Belum lama ini, L'Oréal Indonesia mengumumkan capaian pengadaan 100% energi baru terbarukan di seluruh situs operasionalnya. Bukan hanya pabrik, tetapi kantor pusat hingga gudangnya.

Junaid Murtaza, Presiden Direktur L'Oréal Indonesia bilang, hasil survei IDN Research Institute, terdapat perubahan harapan dan perilaku konsumen akan kesadaran keberlanjutan lingkungan. Sekitar 88% anak muda khawatir pada perubahan iklim. Bahkan 88% dari mereka bersedia bayar ekstra untuk produk ramah lingkungan.

Pencapaian L'Oréal Indonesia kali ini merupakan tonggak perjalanannya merintis praktik bisnis berkelanjutan di Indonesia, serta untuk mengatasi perubahan iklim dan dekarbonisasi. "Perjalanan energi terbarukan kami telah dimulai sejak satu dekade lalu," ujarnya.

Tahun 2014 lalu, L'Oréal Indonesia telah menggunakan energi terbarukan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kracak di Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat untuk operasional pabrik di Cikarang. Kemudian tahun 2017, kantor pusat dan gudang mulai menggunakan energi terbarukan. Perusahaan membuat jalur tersendiri untuk menyalurkan listrik ke semua fasilitas operasinya.

Meski menerapkan penggunaan EBT di pabrik, kantor pusat dan gudang, tetapi porsi konsumsi energi ramah lingkungan saat itu masih di kisaran 70%. L'Oréal Indonesia masih menyisakan pekerjaan rumah karena masih mengoperasikan boiler pakai bahan bakar gas.

Untuk meningkatkan porsi penggunaan energi ramah lingkungan itu, secara bertahap perusahaan mempersiapkan diri mengganti boiler gas menjadi boiler listrik.

Agus Trimaryoto, Head of Safety and Utility Facility Maintenance L'Oréal Indonesia menceritakan, proses persiapan mengganti boiler ini dilakukan selama kurang lebih 1,5 tahun. "Kami harus memikirkan saat mengganti boiler jangan sampai produk kita kemahalan di konsumen," ujar Agus.

Dengan beralih menggunakan energi listrik, sudah pasti biaya operasional akan mengalami peningkatan. Kalau dibandingkan EBT, harganya bisa 60% lebih mahal dari listrik konvensional PLN. Nah, untuk menyiasatinya perusahaan pun melakukan serangkaian upaya efisiensi. Mulai dari optimalisasi mesin, mengganti lampu hingga penghematan air.

Untuk efisiensi lampu, diganti menggunakan lampu LED. Misalnya, kalau tadinya menggunakan 5 lampu untuk penerangan, karena pakai LED jumlahnya dikurangi menjadi 4 lampu saja. Dalam hal penggunaan air, tempat penampungan air toilet diatur 3,5 liter saja, diturunkan dari sebelumnya 5 liter. Lalu aktivitas berkebun, air hujan ditampung dan digunakan untuk menyiram tanaman.

Di pabrik ini, air limbah pun diproses dan digunakan kembali menjadi bahan bakar semen alternatif. Penggunaan air di seluruh operasi pabrik benar-benar dioptimalkan untuk mewujudkan pabrik waterloop pada tahun 2026.

Pemasangan dua boiler listrik dilakukan sekitar Oktober 2023 yang lalu. Selain meningkatkan penggunaan EBT, perusahaan juga turut berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon. Saat masih menggunakan boiler gas, ada karbon yang dilepaskan.

Belum setahun beroperasi tetapi penggunaan boiler listrik ini sudah mulai memberi keuntungan. L'Oréal Indonesia mencatat efisiensi 95% dari pemakaian boiler listrik, sedangkan pemakaian boiler gas hanya efisien 60%. Hitung-hitungannya kalau pakai boiler listrik untuk produksi 25 kg uap dibutuhkan tenaga 20.000 kwh, sedangkan menggunakan boiler gas butuh tenaga sekitar 25.000 kwh.

Terkait perawatan, boiler listrik jauh lebih hemat. Kalau boiler listrik hanya ada satu komponen pemanas. Belum lagi harus membersihkan jelaga.

Sejauh ini, penggunaan EBT dari PLTA Kracak relatif tidak ada kendala dan pasokannya terjaga. "Kami sebenarnya punya sumber satu lagi, dari Cikarang Listrindo tetapi jatuhnya hanya standby dan tidak pernah dipakai," cetusnya.

Dengan pencapaian 100% energi baru terbarukan di semua fasilitas operasi sebenarnya L'Oréal Indonesia sudah berhasil mendahului target yang ditetapkan LOral global yang rencananya baru tahun 2025.

Untuk diketahui, pabrik LOral di Cikarang ini merupakan pabrik bersertifikasi halal yang terbesar di dunia. Luasnya mencapai lebih dari 20 hektare (ha) dan luas bangunan seluas 66.000 meter persegi. Pabrik ini menjadi pusat produksi tunggal untuk produk perawatan kulit dan rambut LOral di Asia Tenggara. Lebih dari 57% produksi untuk ekspor ke 18 negara di seluruh dunia.

Pemanas energi surya

Tak berhenti di sini, usai menggunakan 100% EBT, L'Oréal Indonesiaakan melanjutkan pemasangan solar heater untuk proses pencucian yang menggunakan air panas.

Dengan solar heater maka mereka bisa menurunkan konsumsi listrik. Proyeksinya beban boiler listrik bisa berkurang hingga kisaran 30%. Kemudian tahun berikutnya L'Oréal Indonesia akan memasang panel surya yang ingin dipasang tahun 2025.

Pengelolaan sampah

Bukan hanya dalam hal energi. L'Oréal Indonesia berupaya meminimalisir sampah yang dibuang ke alam. Misalnya dalam aktivitas pemasaran, manajemen berusaha meminimalisir penggunaan material. L'Oréal Indonesia mengembangkan titik penjualan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Mulai dari pengurangan berat optimasi, hingga standardisasi paket hijau. Ada pula program pengumpulan sampah dengan menggandeng mitra. Walaupun belum memiliki fasilitas daur ulang sendiri, tetapi Fikri Alhabsie, Head of Sustainability L'Oréal Indonesia bilang, sebisa mungkin pihaknya berusaha menarik kemasan produk yang sudah sampai ke konsumen.

"Produk yang ditarik ini, kami proses menjadi pelet atau resin untuk dimanfaatkan kembali oleh perusahaan lain," ujarnya.

Fikri bilang, sekarang pihaknya sudah menggunakan material daur ulang, tetapi masih andalkan impor. Secara kuantitas dan kualitas material daur ulang di dalam negeri masih belum memenuhi.

Secara perlahan, portofolio produk juga akan dikembangkan menggunakan komponen daur ulang. Produk dengan kemasan 100% daur ulang seperti Micellar Water Garnier, Kiehls Ultra Facial Cream, Lancome Advanced Genifique Yeux Eye Cream, Genesis Bain Hydra-Fortifiant Shampoo, The Elseve botol. Produk sisanya masih dalam proses bertahap.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Harga Saham MBMA Melejit Dua Hari Terakhir, Potensi Kenaikan Lanjutan Masih Terbuka
| Selasa, 30 September 2025 | 06:55 WIB

Harga Saham MBMA Melejit Dua Hari Terakhir, Potensi Kenaikan Lanjutan Masih Terbuka

Laju harga saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) seiring rilis laporan keuangan semester I-2025.

Ekspansi Gerai Menjadi Strategi Aspirasi Hidup (ACES) Menjaga Kinerja Pada 2025
| Selasa, 30 September 2025 | 06:51 WIB

Ekspansi Gerai Menjadi Strategi Aspirasi Hidup (ACES) Menjaga Kinerja Pada 2025

Hingga akhir tahun 2025, PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) akan mengejar target ekspansi 25 hingga 30 unit gerai baru.

Pasar Menanti Penguatan Lanjutan IHSG Hari Ini, Selasa (30/9)
| Selasa, 30 September 2025 | 06:46 WIB

Pasar Menanti Penguatan Lanjutan IHSG Hari Ini, Selasa (30/9)

Sentimen positif dari penguatan rupiah seiring pelemahan indeks dolar akibat ekspektasi penurunan bunga Fed dan potensi shutdown Pemerintah AS.​

Kinerja Saham Emiten Infrastruktur Belum Kendur
| Selasa, 30 September 2025 | 06:44 WIB

Kinerja Saham Emiten Infrastruktur Belum Kendur

Laju indeks saham infrastruktur di sepanjang tahun berjalan 2025 ditopang saham telekomunikasi dan menara​,

Setelah Intervensi, Kurs Rupiah Berpotensi Menguat Lagi, Selasa (30/9)
| Selasa, 30 September 2025 | 06:39 WIB

Setelah Intervensi, Kurs Rupiah Berpotensi Menguat Lagi, Selasa (30/9)

BI menggunakan seluruh instrumen stabilisasi nilai tukar. Pentingnya konsistensi sinyal kebijakan fiskal dan moneter menjaga stabilitas rupiah.

Menjaring Cuan dari Dividen Saham
| Selasa, 30 September 2025 | 06:36 WIB

Menjaring Cuan dari Dividen Saham

Meski nilainya terbilang jumbo, besaran yield dividen emiten masih tergolong mungil, yakni di bawah 3%

Sinergi Inti Andalan (INET) Rights Issue Rp Senilai 3,2 Trilliun
| Selasa, 30 September 2025 | 06:29 WIB

Sinergi Inti Andalan (INET) Rights Issue Rp Senilai 3,2 Trilliun

PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET)akan menerbitkan maksimal 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 250 per saham. ​

Hari Terakhir di Kuartal III 2025, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Selasa (30/9)
| Selasa, 30 September 2025 | 06:29 WIB

Hari Terakhir di Kuartal III 2025, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Selasa (30/9)

Di hari terakhir September 2025 ini, pasar akan dipengaruhi faktor politik di AS. Ketidakpastian anggaran belanja pemerintah AS dapat menghambat..

Waskita Karya (WSKT) Divestasi Anak Usaha di Sektor Energi
| Selasa, 30 September 2025 | 06:26 WIB

Waskita Karya (WSKT) Divestasi Anak Usaha di Sektor Energi

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) melepas kepemilikan saham di entitas anak usahanya yang bergerak di bidang energi, PT Waskita Sangir Energi (WSE).

Prospek Emiten Terpapar IEU CEPA dan ICA CEPA
| Selasa, 30 September 2025 | 06:20 WIB

Prospek Emiten Terpapar IEU CEPA dan ICA CEPA

Emiten otomotif paling diuntungkan dari kesepakatan ini. Namun, katalis ini hanya efektif bila emiten terkait mampu memenuhi standar Uni Eropa.

INDEKS BERITA

Terpopuler