Menilik Portofolio dan Cara COO Pluang, Riadi Esadiputra Mengelola Investasi

Sabtu, 12 Februari 2022 | 04:05 WIB
Menilik Portofolio dan Cara COO Pluang, Riadi Esadiputra Mengelola Investasi
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Riadi Esadiputra memang gemar investasi. Kecintaan ini membawanya mempelajari dan terus menjajal berbagai instrumen investasi.

Perjalanan pertama investasi pria yang kini menjabat sebagai Chief Operating Officer Pluang ini dimulai pada 2007. Dia bilang kala itu sudah bekerja. Saat itu, instrumen pertama pilihannya adalah reksadana komoditas besutan manajer investasi Singapura.

"Bekerja di industri keuangan saat itu memberi keterbatasan berinvestasi karena harus ikut proses compliance terlebih dahulu. Jadi, reksadana berbasis komoditas jadi instrumen investasi pertama," kenang Riadi. Sayangnya, investasi pertama dia justru tidak berbuah manis. 

Baca Juga: Potensi Diversifikasi, Pluang Hadirkan Instrumen Investasi ke Pasar Saham AS

Maklum, pada 2008 terjadi krisis ekonomi. Bahkan, setelah 10 tahun, reksadana tersebut belum balik modal. Untungnya, ia cut loss dan dana yang digunakan saat itu belumlah terlalu besar.

Pria bergelar Master of Science Financial Engineering ini belajar banyak dari kegagalan tersebut. Riadi mulai paham volatilitas pasar, serta mitigasi risiko. Setelah gagal tadi, di 2011, Riadi menjajal investasi di pasar modal Indonesia. 

Saat itu, instrumen pilihannya adalah obligasi negara. Menurut Riadi, pada periode tersebut, Indonesia punya suku bunga yang tinggi dibandingkan suku bunga Singapura. Ditambah, nilai tukar rupiah relatif stabil. 

Dengan potensi tawaran imbal hasil sekitar 7% per tahun, akhirnya ia membeli obligasi. "Saya lebih mengerti dan menguasai instrumen obligasi dibanding saham," ujar Riadi. 

Riadi juga menilai saham membutuhkan banyak waktu untuk mengamati pasar. "Lagipula return 7% per tahun itu sudah lumayan," tutur dia.

Terjun ke dunia saham

Riadi juga kurang menyukai reksadana berbasis pendapatan tetap, sekalipun punya upside lebih tinggi dibanding obligasi negara. Pertimbangannya adalah, eksposur ke obligasi korporasi yang artinya menambah risiko. Lalu ada biaya tambahan, yang menjadikan upside reksadana pendapatan tidak signifikan.

Pada 2019, Riadi memulai babak baru dalam dunia investasi, yakni masuk ke instrumen saham. Namun, ia lebih memilih saham AS ketimbang saham di Indonesia. Pasalnya, dirinya lebih paham perusahaan AS ketimbang Indonesia.

Lagipula, ia percaya, dalam berinvestasi, instrumen yang dipilih harus instrumen yang dipahami, dikuasai, dan memberikan rasa nyaman. Selain itu, pasar saham AS sangat likuid.

Baca Juga: Pluang Siapkan Contract for Difference Product untuk Investasi ke Saham AS

Saat ini, pria lulusan National University of Singapore ini mengaku trading jangka pendek maupun investasi jangka panjang di saham. Untuk trading jangka pendek, ia suka transaksi kontrak lewat call option maupun put option. 

Lewat trading agresif ini Riadi banyak merasakan manis dan pahitnya bermain saham. Riadi bercerita, saat itu call option ke saham Apple karena yakin harga sahamnya bakalan naik lantaran Apple akan stock split. Ternyata analisisnya benar, saham Apple menguat dan call option sukses. 

Riadi mengaku untung besar, jauh lebih besar daripada jual-beli saham secara biasa. Kali ini ia punya analisis terhadap saham teknologi machine learning yang harganya sudah naik terlalu tinggi. Ia meyakini, reli tersebut akan segera berakhir dan memasang short option jual. 

Sayangnya, analisis tersebut salah, harga saham terus naik. "Alih-alih cut loss, saya menaruh harapan harga berbalik arah, tapi ternyata tidak. Kerugian semakin besar, sampai tak bisa tidur," ujar Riadi. 

Baca Juga: Pluang Raih Pendanaan US$ 55 Juta dari Konsorsium Investor yang Dipimpin Accel

Pria yang pernah menjabat sebagai COO and institutional sales for Southeast Asia di MUFG ini kembali belajar dari kerugian. Kini, dia makin paham profil risk tolerance. Ini membuatnya jeli mengatur exit strategy. 

Riadi meyakini, risk tolerance dan exit strategy harus dipelajari dan dimengerti investor, khususnya pemula. Menurut dia, risk tolerance tak sekadar perkiraan, namun kombinasi dengan pengalaman. 

Karena itu dalam menyusun portofolio, investor harus membagi dana jangka panjang untuk mengungguli inflasi melalui deposito atau surat berharga. Sisanya portofolio agresif untuk mengejar return. Untuk porsi ini, dana yang digunakan harus siap rugi, sehingga butuh ilmu dan pengalaman untuk mengelola.   

Saat ini, Riadi mengaku saham AS menjadi instrumen yang memiliki porsi paling besar dalam keranjang investasinya, yakni sebanyak 40%. Lalu, sebanyak 30% dialokasikan untuk obligasi dan 10% pada aset kripto. Sementara sisanya, 20% disimpan di kas.

Ikut Menunggu Keputusan Bunga The Fed

Riadi Esadiputra meyakini tahun ini saham-saham di Amerika Serikat (AS) tidak akan bergerak naik seperti tahun-tahun sebelumnya. Pria yang menjabat sebagai  Chief Operating Officer Pluang ini menilai dengan adanya kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuan, maka ada risiko tambahan untuk berinvestasi di bursa saham Amerika Serikat. 

Baca Juga: Ini Kata Pluang Terkait Hoaks Surat Edaran Atas Nama Kementerian Kominfo

Riadi berpendapat harga saham di Amerika Serikat memiliki valuasi tinggi dan belum profitable. Karena itu, ia melihat idealnya investor yang tertarik melirik pasar saham AS memasang sikap wait and see. 

"Minimal sampai paruh pertama tahun ini. Sebaiknya, investor mengamati terlebih dahulu seperti apa kebijakan The Fed," saran Riadi.

Bagi investor yang tertarik masuk ke pasar saham AS, Riadi mengingatkan akan ada potensi volatilitas yang tinggi pada harga saham-saham di bursa AS. Oleh karena itu, pemilihan saham perlu mempertimbangkan perusahaan yang sahamnya secara value tidak terlalu tinggi. 

Riadi menyarankan lihat bagaimana fundamental perusahaan, apakah solid dan punya prospek bisnis yang menarik. "Saham sektor finance salah satu yang menarik karena jadi sektor yang paling diuntungkan pemulihan ekonomi serta kenaikan suku bunga acuan," pendapat dia.

Selain itu, sektor energi juga menarik dilirik lantaran harga komoditas energi yang tinggi pada tahun ini. Namun, Riadi mengingatkan investor untuk tetap mengedepankan diversifikasi di tengah kondisi seperti ini.

Baca Juga: Lewat CFD, Pluang Tawarkan Opsi Berinvestasi Pada Saham AS

Bagikan

Berita Terbaru

Dikelilingi Sentimen Akuisisi dan Fundamental, Saham INET Melanjutkan Penguatan
| Senin, 17 November 2025 | 19:10 WIB

Dikelilingi Sentimen Akuisisi dan Fundamental, Saham INET Melanjutkan Penguatan

Dorongan terhadap saham INET dilatarbelakangi oleh aksi korporasi untuk memperluas ekspansi dan jaringan internet berkecepatan tinggi.

Bunga KUR Dipatok Flat 6% Mulai 2026, UMKM Bisa Ajukan KUR Tanpa Batas
| Senin, 17 November 2025 | 17:38 WIB

Bunga KUR Dipatok Flat 6% Mulai 2026, UMKM Bisa Ajukan KUR Tanpa Batas

Menteri UMKM Maman Abdurrahman umumkan perubahan signifikan KUR: bunga flat 6% dan pengajuan tanpa batas mulai 2026. 

Pemerintah Siap Patok Bea Keluar Emas, Targetkan Penerimaan Hingga Rp 2 Triliun
| Senin, 17 November 2025 | 16:35 WIB

Pemerintah Siap Patok Bea Keluar Emas, Targetkan Penerimaan Hingga Rp 2 Triliun

Besaran tarif dalam usulan ini bersifat progresif, mengikuti perkembangan harga emas dunia atau harga mineral acuan (HMA)

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis
| Senin, 17 November 2025 | 13:17 WIB

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis

BCA catat laba Rp 48,26 triliun di Oktober 2025, naik 4,39% secara tahunan dan sesuai proyeksi analis

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian
| Senin, 17 November 2025 | 10:33 WIB

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian

Situasi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi keberhasilan redenominasi. Ada beberapa aspek yang membuat kebijakan ini gagal.

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi
| Senin, 17 November 2025 | 09:57 WIB

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi

Survei harga properti BI menunjukkan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer melambat, hanya naik 0,84% YoY hingga kuartal III-2025

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy
| Senin, 17 November 2025 | 08:30 WIB

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy

Laba bersih PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) melompat didorong bisnis logistik dan penjualan kendaraan bekas.

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?
| Senin, 17 November 2025 | 08:09 WIB

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?

Menjelang momen musiman Nataru, kinerja emiten ritel modern seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) diprediksi menguat.

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan
| Senin, 17 November 2025 | 08:00 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan

Tujuh tahun mentok di sekitar Rp 500-an triliun, akhirnya dana kelolaan industri reksadana tembus level Rp 600 triliun.  

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun
| Senin, 17 November 2025 | 06:45 WIB

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun

Berdasarkan catatan salah satu mitra distribusi, Bibit, ST015 tenor dua tahun ST015T2 mencatatkan penjualan lebih banyak

INDEKS BERITA

Terpopuler