Menjelang Brexit, Penjualan Ritel di Inggris Terburuk Sejak 2008

Jumat, 11 Januari 2019 | 16:28 WIB
Menjelang Brexit, Penjualan Ritel di Inggris Terburuk Sejak 2008
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Perusahaan ritel Inggris gagal menaikkan omzet penjualan sepanjang periode Natal tahun lalu. Umumnya, perayaan Natal jadi momentum peak season bagi industri ritel mendulang keuntungan. Namun, menjelang Brexit, konsumen di Inggris agaknya menahan pengeluaran mereka lantaran khawatir terkait prospek ekonomi tahun 2019.

Kegagalan mendulang pendapatan selama natal itu terjadi pertama kali setelah krisis keuangan global satu dekade lalu. Ini diyakini menambah tanda perlambatan ekonomi menjelang Brexit.

Setelah referendum Brexit pada 2016 silam, ekonomi Inggris melambat. Perdana Menteri Theresa May berjuang mendapatkan dukungan parlemen atas rencananya keluar dari Uni Eropa kurang dari tiga bulan ke depan.

Konsorsium perusahaan ritel Inggris mengatakan anggotanya tak mampu mengangkat pertumbuhan penjualan secara tahunan. Bulan Desember lalu merupakan kinerja terburuk sejak 2008.

“Meskipun perusahaan ritel berusaha menjual produk dengan skema diskon, tetap tak mampun mendorong konsumen berbelanja,” kata Paul Martin, mitra di akuntan KPMG yang melakukan survei terhadap perusahaan ritel, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/1).

Pengeluaran konsumen dari Barclaycard hanya tumbuh 1,8% di bulan Desember. Angka ini turun dari pencapaian pada November yang sempat membukukan kenaikan 3,3%.

Perusahaan supermarket Sainsbury dan Morrison juga mengalami hal serupa. Sepanjang natal 2018 penjualan mereka tak menggembirakan. Begitu juga dengan peritel besar Tesco, Marks & Spencer dan Debenhams mengaku tengah mengalami masa-masa sulit.

“Konsumen di Inggris cenderung memilih merayakan Natal dengan lebih seerhana dibandingkan tahun lalu, mereka mengurangi hal-hal yang tidak penting untuk menyeimbangkan biaya dan pengeluaran,” kata Esme Harwood, Direktur Barclaycard.

Berdasarkan riset yang dilakukan Barclaycard, sebanyak 50% responden yang disurvei mengaku prihatin dengan penurunan ekonomi di Inggris pada tahun mendatang. Namun begitu, mereka juga tetap mengerem tingkat konsumsi dan pengeluaran belanja mereka.

Bagikan

Berita Terbaru

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo
| Rabu, 03 Desember 2025 | 09:59 WIB

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo

Hingga pengujung 2025 PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) membidik pertumbuhan marketing revenue Rp 1,8 triliun.

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:47 WIB

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun

Berdasarkan prospektus obligasi BSDE, seperti dikutip Selasa (2/12), emiten properti ini akan menerbitkan obligasi dalam empat seri.

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:03 WIB

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)

Perdagangan saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) kembali dibuka mulai sesi 1 hari ini, Rabu, 3 Desember 2025. 

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:46 WIB

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI

Tekanan jual investor asing dan rerating sektor konsumer menghantam saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:41 WIB

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham

Saham RLCO lebih cocok dibeli oleh investor yang memang berniat untuk trading. Memanfaatkan tingginya spekulasi pada saham-saham IPO.

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:00 WIB

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun

Berdasarkan data Infovesta, per November 2025 reksadana saham mencatat return 17,32% YtD, disusul return reksadana campuran tumbuh 13,26% YtD

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:46 WIB

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal

Utang publik global capai US$110,9 T, memicu suku bunga tinggi. Ini potensi risiko kenaikan biaya utang pemerintah Indonesia hingga Rp4.000 T. 

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:45 WIB

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pendorong penguatan IHSG berasal dari kenaikan harga saham emiten-emiten konglomerasi dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:39 WIB

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara

Pemerintah perkuat ketahanan fiskal melalui Asuransi BMN berbasis PFB. Cakupan aset melonjak jadi Rp 91 triliun di tahun 2025.

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:37 WIB

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas

Ekspor Oktober 2025 turun 2,31% secara tahunan, tertekan anjloknya CPO dan batubara.                   

INDEKS BERITA