Menunggu Bunga BI

Jumat, 29 Juli 2022 | 08:00 WIB
Menunggu Bunga BI
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mengerek suku bunga acuan 75 basis points (bps) pada Rabu (27/7) yang merupakan kenaikan dalam besaran yang sama dua bulan berturut-turut.

Pasar saham AS dan global merespons kenaikan suku bunga dengan penguatan, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Apa artinya? 

Investor sudah jauh-jauh hari mengantisipasi bahwa kenaikan suku bunga 75 bps tidak lagi menjadi kejutan dan sudah menjadi ekspektasi secara umum. Tak cuma dari spekulasi, bank sentral juga sudah memberikan sinyal sebelum kenaikan bunga bulan ini.

Lalu investor domestik gundah gulana, apa pengaruhnya bagi portofolio investasi di Indonesia? Karena selisih suku bunga acuan AS dan Indonesia makin tipis.

Dengan kenaikan terbaru, Fed Funds Rate berada di 2,25%-2,5%, sudah lebih tinggi ketimbang masa sebelum pandemi. Sementara Bank Indonesia (BI) 7 Day Reverse Repo Rate berada di 3,5%. Selisih hanya 100 bps. 

Jangan khawatir! Karena investor tidak menjualbelikan suku bunga acuan, tetapi surat utang negara, baik itu US Treasury maupun SUN.

Kemarin, yield atawa imbal hasil US Treasury Bond acuan tenor 10 tahun berada di 2,79%. Sedangkan SUN acuan tenor 10 tahun menawarkan imbal hasil 7,27%. Artinya, ada selisih 448 bps. Angka ini tak jauh beda dengan selisih kedua instrumen di awal tahun yang sebesar 463 bps.

Jangan kaget jika suku bunga di Indonesia naik. Karena dalam dua tahun terakhir ini, status keuangan dan ekonomi global adalah pandemi sehingga banyak keringanan yang ditawarkan oleh otoritas.

Kenaikan suku bunga dan kenaikan inflasi menunjukkan bahwa ekonomi mulai menggeliat meski belum sepenuhnya pulih.

Geliat ekonomi bisa dilihat dari kinerja emiten di semester pertama. Banyak perusahaan terbuka yang menunjukkan kenaikan pendapatan dan laba.

Ada emiten yang pendapatan kuartalannya mulai pulih dan kembali ke angka sebelum pandemi. Ini menunjukkan bahwa pada umumnya ekonomi Indonesia juga mulai pulih.

BI diprediksi mengerek suku bunga bunga agar kelonggaran ekonomi tak menghasikan pertumbuhan yang terlalu panas (overheat).

Sejumlah ekonom memperkirakan BI akan menaikkan bunga total 50 bps tahun ini. Dengan prediksi kenaikan bunga yang terhitung tipis, investor, pebisnis, dan debitur bisa ancang-ancang ke ekonomi normal.

Bagikan

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA