Menyelisik Kinerja Saham-Saham di Papan Akselerasi

Selasa, 12 Desember 2023 | 09:26 WIB
Menyelisik Kinerja Saham-Saham di Papan Akselerasi
[ILUSTRASI. Direktur Infovesta Utama Parto Kawito]
Parto Kawito | Direktur Infovesta Utama

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Beberapa tahun terakhir Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong perusahaan dengan aset bernilai kecil hingga menengah untuk go-public. Bahkan, perusahaan yang merugi sekalipun tetap bisa melantai di bursa saham. Emiten skala kecil menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 53/POJK.04/2017 pasal 1 ayat 2, diantranya didefinisikan sebagai emiten yang memiliki total aset tidak lebih dari Rp 50 miliar. 

Adapun emiten dengan aset skala menengah menurut pasal 1 ayat 3 diantaranya didefinisikan emiten yang memiliki total aset lebih dari 
Rp 50 miliar sampai dengan  Rp 250 miliar.

Seiring POJK tersebut dan peraturan BEI terkait, maka berbondong-bondonglah emiten skala kecil dan menengah menawarkan sahamnya di bursa. Emiten-emiten yang memiliki aset kecil-menengah ini nantinya dicatatkan di papan akselerasi. Sebagai informasi tambahan, perdagangan efek di papan akselerasi menurut Peraturan II-V dari BEI tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Akselerasi, memungkinkan investor memasukkan penawaran dengan harga terendah Rp 1  dengan batasan auto rejection yang berbeda dari aturan di papan utama. 

Adapun menurut peraturan I-V, harga saham pada saat pencatatan perdana paling sedikit Rp 50 dan bagi perusahaan yang rugi, wajib paling lambat pada akhir tahun buku ke-6 sejak tercatat sudah memperoleh laba usaha berdasarkan proyeksi keuangan.
Selain itu jumlah saham yang dimiliki pemegang saham bukan pengendali dan bukan pemegang saham utama paling kurang 7,5% dari jumlah saham dalam modal disetor.

Sehubungan dengan itu, penulis tergerak untuk mengetahui bagaimana kinerjanya dibanding papan pengembangan dan papan utama. Nah, berdasarkan data yang bisa dihimpun sejak tanggal 5 Juni 2023 hingga 6 Desember 2023 saat artikel ini dibuat, papan akselerasi yang terdiri dari 40 saham, mencatatkan kerugian -14.79%. 

Posisinya jauh tertinggal dari rangking 1 yang diraih papan pengembang dengan kenaikan +7.33%. Papan utama angkanya tidak jauh berbeda, +7.04%. Sebagai perbandingan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak kenaikan +7.05%. Sedang Indeks LQ45 pertumbuhannya -0.62%. 

Dari segi resiko yang diwakili annualized standard deviation ternyata papan akselerasi paling berisiko dibanding papan pencatatan yang lain. Annualized risk papan akselerasi mencapai 24,72% versus papan pengembangan 11,61%. Sementara  IHSG memiliki annualized risk 9,08%. Jadi risiko di Papan Akselerasi lebih dari dua kali lipat papan pengembangan ataupun IHSG.

Buruknya kinerja papan akselerasi tercermin dari kinerja saham-saham penghuninya. Sebagai contoh, dalam sebulan terakhir per 6 Desember 2023, saham PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN) anjlok 79,75% hingga menorehkan return bulanan terburuk di papan akselerasi. 

Baca Juga: BEI Berharap Perhelatan CMSE 2023 Bisa Mendorong Minat Masyarakat Berinvestasi

Selama sebulan terakhir terdapat 21 emiten dengan return negatif dan hanya 16 emiten menghasilkan return positif, dengan kisaran kenaikan harga antara 1,11% hingga 48.08% month-on-month (mom). Return paling ciamik diteorehkan PT Imago Mulia Persada Tbk (LFLO) yang mencetak kenaikan harga hingga +48.08%.

Sementara dalam satu tahun terakhir atau year-on-year (yoy), kisaran kinerjanya sangat lebar, dari -88,65% ke 375,56%. Return terjelek ditorehkan PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) yang anjlok -88.65% yoy. Adapun gain terbesar diraih PT Indo Boga Sukses Tbk (BOGA) 375.56% yoy. Secara rata-rata, return dalam setahun dari emiten yang sudah berumur 1 tahun atau lebih tercatat dan di papan akselerasi sebesar -6.47% yoy.

Ditinjau dari kinerja laporan keuangan, terdapat 10 emiten dengan laba bersih negatif. Dari  daftar itu, ada dua emiten menduduki return saham tahunan kategori 5 besar. Sedang saham SMKM yang return-nya paling anjlok malah menghasilkan laba positif dengan PER 8,57x dan PBV 0,39x. Tampaknya kinerja return saham kurang berkorelasi dengan kinerja fundamental emiten yang bersangkutan.

Selanjutnya terdapat 17 saham yang harganya di bawah Rp 50 dengan kisaran harga terendah Rp 10 oleh NINE dan Rp 11 oleh ISAP. Mirisnya, ISAP yang harganya mendekati 1 digit, telah dimiliki masyarakat sebanyak 42,22% dan jumlah pemegang saham per 31 Oktober 2023 sebanyak 8.233 investor. 

Porsi kepemilikan masyarakat terbesar ada di saham PT Fimperkasa Utama Tbk (FIMP), sebesar 70%. Padahal FIMP baru go-public 9 April 2021. Dengan kepemilikan masyarakat yang dominan dan tiadanya pengendali yang berasal dari pendiri perusahaan, maka pertanyaan menyeruak soal komitmen eks pengendali dan keraguan terhadap kemajuan perusahaan di masa datang.

Dari 40 saham yang tercatat di papan akselerasi, 13 emiten di antaranya berasal dari sektor barang konsumer non-primer. Lalu 8 emiten dari sektor barang konsumer primer dan sektor teknologi menyumbang 7 emiten. 

Namun dari segi bobot kapitalisasi pasar, ternyata sektor barang konsumer primer mendominasi hingga 45,85%. Ini didorong bobot saham BOGA yang sangat besar, mencapai 37,50%. Berikutnya, sektor teknologi mewakili 28,98% karena bobot CHIP yang relatif besar.
Melihat kinerja papan akselerasi yang kurang moncer, perlu usaha dari pemangku kepentingan seperti Self Regulating Organization khususnya BEI dan emiten untuk melakukan aksi nyata agar kinerja perusahaan meningkat hingga kinerja saham diharapkan akan mengikuti. 

Keterbukaan informasi terutama dari emiten sangat diperlukan. Hal ini perlu ditopang dengan pengawasan dan peraturan yang lebih tegas agar emiten secara berkala, misalnya setiap bulan. Isinya memberikan informasi kepada Bursa, investor dan masyarakat tentang perkembangan perusahaan dan rencana kerja atau strategi untuk lebih meningkatkan nilai perusahaan.            

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

BSSR Bakal Menyebar Dividen Interim Hingga US$ 35 Juta
| Rabu, 05 November 2025 | 07:03 WIB

BSSR Bakal Menyebar Dividen Interim Hingga US$ 35 Juta

Alokasi dividen interim kali ini 40% lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 25 juta atau sekitar Rp 154,4 per saham.

Pendapatan Anjlok 12,5%, Laba ABMM Terjun Hingga 62,1%
| Rabu, 05 November 2025 | 06:56 WIB

Pendapatan Anjlok 12,5%, Laba ABMM Terjun Hingga 62,1%

Dari sisi operasional, volume pengupasan lapisan tanah ABMM merosot 12% (yoy) menjadi 178,6 juta bank cubic meter (mbcm)

DFI Retail Nusantara Memacu Penjualan IKEA
| Rabu, 05 November 2025 | 06:55 WIB

DFI Retail Nusantara Memacu Penjualan IKEA

Setelah melalui fase ekspansi agresif pada 2019-2022, fokus utama perusahaan pada tahun ini adalah mengoptimalisasi aset.

LQ45 Melesat, Saham Blue Chip Laggard Ini bisa Dilirik untuk Potensi Catch-up Rally
| Rabu, 05 November 2025 | 06:49 WIB

LQ45 Melesat, Saham Blue Chip Laggard Ini bisa Dilirik untuk Potensi Catch-up Rally

Analis beri rekomendasi beli saham bank besar, telekomunikasi, dan consumer defensives penghuni indeks LQ45 yang masih laggard.

Beban Berat Untuk Menopang Rupiah
| Rabu, 05 November 2025 | 06:30 WIB

Beban Berat Untuk Menopang Rupiah

Rupiah makin tenggelam terhadap dolar AS. Nilai tukar di pasar spot melemah 0,19% menjadi Rp 16.708 per dolar AS pada Selasa (4/11)

Blackrock Hingga Dimensional Fund Advisors Memborong Saham BREN, Optimisme Masuk MSCI
| Rabu, 05 November 2025 | 06:30 WIB

Blackrock Hingga Dimensional Fund Advisors Memborong Saham BREN, Optimisme Masuk MSCI

Prospek PT Barito Renewables Tbk (BREN) ditopang kinerja solid pembangkit listrik energi terbarukan.

Mayoritas Bank Besar Makin Efisien Tahun Ini
| Rabu, 05 November 2025 | 06:25 WIB

Mayoritas Bank Besar Makin Efisien Tahun Ini

Mayoritas bank-bank baraset besar mampu mengelola operasionalnya lebih efisien tahun ini. Itu tercermin dari penurunan rasio CIR dan BOPO

Valuta Utama Tertekan dalam Jangka Pendek terhadap Dolar AS
| Rabu, 05 November 2025 | 06:15 WIB

Valuta Utama Tertekan dalam Jangka Pendek terhadap Dolar AS

Sentimen suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) menjadi penentu kinerja valas utama ke depan. 

Masih Saja Berulang
| Rabu, 05 November 2025 | 06:09 WIB

Masih Saja Berulang

Tak jarang pula, penumpukan belanja di akhir tahun berujung pada kualitas proyek yang cenderung menurun.

Investor Asing Kembali Memborong Saham Bank Berkapitalisasi Pasar Besar
| Rabu, 05 November 2025 | 06:05 WIB

Investor Asing Kembali Memborong Saham Bank Berkapitalisasi Pasar Besar

Saham BBCA ditutup stabil di Rp 8.650 pada Selasa (4/11). Tapi, asing net buy sebesar Rp 316,3 miliar,

INDEKS BERITA

Terpopuler