Menyoal Pertumbuhan Ekonomi

Kamis, 12 Agustus 2021 | 09:05 WIB
Menyoal Pertumbuhan Ekonomi
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketika bertemu dengan sejumlah pemimpin redaksi media, awal Juni lalu, Presiden Jokowi dengan yakin memprediksi: pertumbuhan ekonomi kuartal II–2021 bakal berkisar 7% secara tahunan.

Kamis pekan lalu, Badan Pusat Statistik merilis catatan perkonomian Indonesia periode April 2021 hingga Juni 2021 tumbuh 7,07% yoy. Jadi, sudah kembali ke positif, lepas dari ancaman resesi; tapi masih di bawah kondisi normal pra-Covid-19.

Secara kumulatif perekonomian semester I–2021 dibandingkan semester I–2020 masih tumbuh 2,10%.

Memang pas juga dengan prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal II–2021 tumbuh di kisaran 7% yoy. Cuma, banyak pula kalangan yang meragukan kesahihan angka PDB yang disodorkan BPS itu.

Ada yang berpendapat data pertumbuhan itu muslihat statistik belaka. Jurus how to lie with statistic, bikin statistik sesuai dengan pesanan. Angka yang terkesan tinggi itu lantaran low base effect. Caranya dengan membandingkan data yang tinggi dengan data jelek yang paling rendah, agar timbul kesan sukses.

Kritik lainnya menyoroti makna pertumbuhan 7,07% itu. Karena, secara makro memang terlihat indah dan bagus, tapi secara mikro banyak rakyat sengsara. Tingkat pengangguran dan kemiskinan naik, kesenjangan ekonomi semakin melebar.

Memang benar angka pertumbuhan setinggi 7,07% didapat dengan membandingkan PDB Indonesia periode kuartal II–2021 dengan periode yang sama tahun 2020. Lantaran pembandingnya adalah kuartal II–2020 yang anjlok sangat dalam, yakni –5,32%, pertumbuhannya jadi terlihat tinggi. Akibat lower base.

Tapi jelas ini bukan muslihat statistik. Ini metode yang dipakai bertahun-tahun oleh BPS untuk menghitung PDB, yakni jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di Indonesia.

Kalau memang aksi tipu-tipu, kenapa ketika lembaga yang sama merilis data pertumbuhan kuartal II–2020 anjlok sedalam –5,32% diyakini sebagai kebenaran semata?

Yang jelas pertumbuhan hanya salah satu ukuran perekonomian. Bila memakai trilogi pembangunan: pertumbuhan, stabilitas, pemerataan; maka tampaklah pemerataan yang paling tertinggal.

Bagaikan pohon, memang benar dia bisa tumbuh tinggi dengan akar yang cukup kuat menopang pohon itu. Namun, daunnya masih meranggas. Buahnya jarang lagi masam rasanya.

Maka tentu kita berharap momentum ini berkelanjutan agar menjadi pertumbuhan yang berkualitas.    

Bagikan

Berita Terbaru

Memperbaiki Kondisi Keuangan, KRAS Dapat Pinjaman Rp 4,9 Triliun dari Danantara
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:58 WIB

Memperbaiki Kondisi Keuangan, KRAS Dapat Pinjaman Rp 4,9 Triliun dari Danantara

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memperoleh pinjaman dari pemegang sahamnya, yakni Danantara Asset Management. 

Harga Ayam Diprediksi Naik, Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Pada 2026 Bisa Membaik
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:38 WIB

Harga Ayam Diprediksi Naik, Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Pada 2026 Bisa Membaik

Salah satu sentimen pendukung kinerja emiten perunggasan tersebut di tahun depan adalah membaiknya harga ayam hidup (livebird). ​

Pelemahan Harga Komoditas Menyengat Emiten Migas
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:19 WIB

Pelemahan Harga Komoditas Menyengat Emiten Migas

Risiko pelemahan harga minyak mentah dunia masih berpotensi membayangi kinerja emiten minyak dan gas (migas) pada 2026.​

Harga Bitcoin Koreksi di Penghujung 2025, Saat Tepat untuk Serok atau Wait and See?
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:15 WIB

Harga Bitcoin Koreksi di Penghujung 2025, Saat Tepat untuk Serok atau Wait and See?

Dalam beberapa proyeksi, bitcoin diperkirakan tetap berada di atas kisaran US$ 70.000–US$ 100.000 sebagai floor pasar.

Denda Administrasi Menghantui Prospek Emiten CPO dan Pertambangan
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:02 WIB

Denda Administrasi Menghantui Prospek Emiten CPO dan Pertambangan

Pemerintah bakal agresif menerapkan denda administrasi atas aktivitas usaha di kawasan hutan pada tahun 2026.

Berharap Saham-Saham Pendatang Baru Masih Bisa Menderu
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:42 WIB

Berharap Saham-Saham Pendatang Baru Masih Bisa Menderu

Dengan pasokan saham yang terbatas, sedikit saja permintaan dapat memicu kenaikan harga berlipat-lipat.

Pasar Mobil Konvensional Terpukul, Mobil Listrik Masih Sulit Merakyat
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:35 WIB

Pasar Mobil Konvensional Terpukul, Mobil Listrik Masih Sulit Merakyat

Negara berpotensi meraup minimal Rp 37,7 triliun per tahun dari cukai emisi, dengan asumsi tarif 10% hingga 30% dari harga jual kendaraan.

Wah, UBS Malah Memangkas Kepemilikan di Bumi Resources (BUMI), Ada Apa?
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:29 WIB

Wah, UBS Malah Memangkas Kepemilikan di Bumi Resources (BUMI), Ada Apa?

Berdasarkan keterbukaan informasi ke BEI, UBS menjual 627,35 juta saham BUMI pada harga Rp 366 per saham. 

Wintermar (WINS) Berharap Cuan Angkutan Migas
| Jumat, 26 Desember 2025 | 08:25 WIB

Wintermar (WINS) Berharap Cuan Angkutan Migas

Manajemen WINS masih optimistis masih mampu menutup kinerja 2025 dengan positif, hal ini dipicu  kenaikan harga sewa kapal.

Pendapatan Berulang Dari Bisnis Hotel SMRA Diprediksi Terus Tumbuh Hingga 2027
| Jumat, 26 Desember 2025 | 08:05 WIB

Pendapatan Berulang Dari Bisnis Hotel SMRA Diprediksi Terus Tumbuh Hingga 2027

Kawasan penyangga seperti Summarecon Bekasi, Summarecon Serpong, dan Summarecon Tangerang diprediksi tetap menjadi primadona.

INDEKS BERITA

Terpopuler