Berita Global

Meski Penjualan iPhone Loyo, Bisnis Layanan Apple Tumbuh Subur

Rabu, 30 Januari 2019 | 09:13 WIB
Meski Penjualan iPhone Loyo, Bisnis Layanan Apple Tumbuh Subur

Sumber: Reuters | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar gembira datang dari perusahaan teknologi raksasa, Apple Inc. Setelah performa penjualan iPhone merosot, Apple dikabarkan mengalami pertumbuhan dalam bisnis layanannya seperti Apple Music dan App Store.

Pendapatan dari bisnis layanan mendorong pertumbuhan mencapai US$ 10,8 miliar. Sementara margin kotornya sebesar 63% naik dari 58,3%. “Bisnis layanan ini menjadi semakin efisien karena semakin besar,” ujar Tim Cook, CEO Apple seperti dikutip Reuters, Rabu (30/1).

Perusahaan yang bermarkas di California itu mengklaim memiliki sebanyak 360 juta pelanggan untuk bisnis layanannya, baik sendiri maupun dengan pihak ketiga. Apple menargetkan dapat memperbesar porsi pengguna hingga 500 juta pada akhir 2020.

Saat ini, Apple tercatat memiliki 1,4 miliar perangkat aktif, naik 100 juta dari sebelumnya hanya 900 juta. Perngkat itu termasuk varian iPhone yang penjualan tahun lalu kurang menggembirakan.

Untuk mengembangkan bisnis layanan ini, Apple berencana terus melakukan pembaruan (update) rutin pada perangkat iPhone dan perangkat keluaran Apple lainnya. Perangkat ini lebih sering disebut sebagai basis yang berpotensi diinstal.

Apple juga telah menghitung, sebanyak 30% bisnis layanan ini menggunakan sistem pembayaran Apple. “Jumlah layanannya bagus, dan itu adalah mesin pertumbuhan di masa depan yang akan menjadi fokus para investor,” kata Ivan Feinseth, analis di Tigress Financial Partners seperti dikutip Reuters.

Kabar ini menjadi angin segar di tengah lesunya penjualan perangkat iPhone di pasar China beberapa waktu lalu. Pendapatan Apple juga dikabarkan turun 15% secara tahunan menjadi US$ 51,9 miliar. Cook mengatakan lemahnya perekonomian China berimbas pada kinerja penjualan iPhone di sana.

Apple juga mengusung strategi bisnis baru dan tengah memikirkan harga jual Apple yang lebih kompetitif. Maklum, penjualan perangkat Apple sebagian besar menggunakan mata uang dolar AS dan membuat harga ponsel lebih mahal dari mata uang lokal karena penguatan dolar AS.

Kabar ini mengerek harga saham Apple sebesar 6% menjadi US$ 163,50 dalam perdagangan kemarin (29/1). Sebelumnya, kinerja saham Apple melorot 30% sejak November di tengah kekhawatiran lesunya penjualan perangkat iPhone.

Apple sempat melakukan ‘buy back’ senilai US$ 8,2 miliar pada kuartal terakhir tahun lalu. sementara posisi kas bersih sebesar US$ 130 miliar naik dari kuartal sebelumnya sebesar US$ 123 miliar.

 

 

Terbaru