Mewaspadai Efek Stagflasi ke Ekonomi Indonesia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman stagflasi berpotensi melanda ekonomi global dalam 12 bulan ke depan. Kondisi ini dikhawatirkan berefek ke Indonesia.
Berdasarkan hasil survei fund manager Bank of America, 71% manajer investasi memperkirakan stagflasi akan melanda ekonomi global dalam 12 bulan ke depan.
Stagflasi adalah kondisi saat inflasi meningkat tapi ekonomi melambat.
Sebelumnya ahli strategi dari Stifel, BCA Research, dan UBS Global Wealth Management telah menyuarakan kekhawatiran serupa. Sejumlah ekonom juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dan menaikkan proyeksi inflasi.
Baca Juga: PGN Berangkatkan 1.267 Pemudik dalam Program Mudik Gratis 2025
Kepala Ekonom RSM Joe Brusuelas, dikutip Reuters, memaparkan, potensi inflasi tinggi nampak saat ancaman tarif Trump mulai diterapkan di tahun ini. Kondisi ini juga berpotensi mengancam pertumbuhan ekonomi sejumlah negara.
Rencana The Fed memangkas bunga dua kali di tahun ini juga memiliki peluang besar mengerek inflasi. Cuma memang, saat ini The Fed masih mempertahankan bunga di level sama.
Di Indonesia, ancaman stagflasi dalam negeri memang belum terlihat. Pasalnya, sudah dua bulan ini Indonesia berada di area deflasi. Namun pertumbuhan ekonomi justru tidak juga naik (lihat tabel).
Jika kondisi global yang telah terbukti akan stagnan namun terancam inflasi tinggi, maka dampaknya akan sangat buruk bagi Indonesia. Saat ini saja, rupiah sudah melemah dalam. Jika hal ini dibiarkan, maka biaya refinancing yang harus ditanggung Indonesia makin mahal.
Peran pemerintah
Ekonom sekaligus Pengamat Keuangan dan Pasar Modal Budi Frensidy bilang, tanda stagflasi sudah nampak dari aliran dana asing. Saat ini asing lebih banyak masuk ke pasar saham AS dari pada emerging market seperti Indonesia. "Di pasar Indonesia, investor asing banyak yang keluar, baik dari saham maupun obligasi, sehingga tekanan terhadap rupiah menjadi cukup besar," ujar dia.
Baca Juga: Dunia Sedang Resesi, Robert Kiyosaki Sarankan Belajar dari YouTube untuk Menjadi Kaya
Menurut Ekonom Bright Institute Yanuar Rizky, tanda-tanda stagflasi global mulai terlihat dari tren kenaikan harga emas dan tembaga secara bersamaan. Artinya, hedge fund global melakukan rebalancing portofolio saat inflasi karena naiknya harga tembaga, tetapi sekaligus menyimpan emas sebagai instrumen hedging. "Itulah kenapa trennya sepanjang 2025 stagflasi," ujar dia.
Jika hal ini dibiarkan, Yanuar berpendapat, efeknya akan sangat buruk bagi Indonesia. Pasalnya saat ini, kualitas belanja masyarakat buruk. Belum lagi, penerbitan surat utang di level tinggi.
Sehingga perlu peran pemerintah untuk memperbaiki kepercayaan investor. "Pemerintah perlu mitigasi konflik dan tegas menegakkan hukum terkait KKN," papar Yanuar.
Noor Faisal Achmad, Kepala Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) menegaskan pemerintah akan memastikan agar daya beli masyarakat kembali tumbuh, sehingga tak terdampak pada stagflasi global. Bila terdampak, akan sangat mempengaruhi ekspor impor dan tingkat pengangguran.
Baca Juga: Eropa Rancang Pengaturan Keamanan Ukraina, Kesampingkan Opsi Pengiriman Pasukan