Middle Income Trap

Kamis, 20 Juli 2023 | 08:00 WIB
Middle Income Trap
[]
Reporter: Harris Hadinata | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu yang lalu, KONTAN memuat berita soal turis-turis India kini membanjiri berbagai destinasi wisata di Asia Tenggara. Sebaliknya, turis China yang selama ini dominan, jumlahnya justru terlihat berkurang. 

Ini sejalan dengan kondisi ekonomi kedua negara tersebut. Saat ini, China berjibaku menghadapi perlambatan ekonomi. Di kuartal dua lalu, ekonomi negara ini cuma naik 0,8% secara kuartalan. Di kuartal I, ekonomi negara ini naik 2,2% .

Sebaliknya, ekonomi India tampak solid. Asian Development Bank mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi India tahun ini di 6,4%. Goldman Sachs beberapa waktu yang lalu merilis riset yang menegaskan prediksi India akan jadi negara ekonomi terbesar kedua di dunia pada 2075.

India, juga Indonesia, sama-sama negara yang diprediksi akan mengisi daftar lima negara dengan ekonomi terbesar dunia di masa depan. Keunggulan dan proses pertumbuhan kedua negara ini pada dasarnya mirip.

India diuntungkan oleh jumlah angkatan kerjanya yang tinggi, alias memiliki demographic bonus. Selain itu, terjadi kenaikan kesejahteraan masyarakat dari level bawah ke level menengah dan menengah atas dalam waktu cukup singkat. 

Indonesia juga punya bonus demografi tersebut. Masyarakat kelas menengah dan menengah atas di Indonesia juga terus meningkat. Beberapa waktu lalu, Bank Dunia kembali memasukkan Indonesia ke kelompok negara berpendapatan menengah ke atas, membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat status negara maju.

China juga pernah mengalami hal serupa. Kini China menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Kendati begitu, China belum jadi ekonomi maju. Bahkan, banyak pihak mulai berspekulasi China kini masuk dalam middle income trap.

Salah satunya karena seorang pejabat China awal bulan ini tiba-tiba membahas mengenai jebakan kelas menengah ini. Ia menegaskan China perlu mempercepat pembangunan sistem industrialisasi modern.

Isu middle income trap ini juga belakangan ramai dibicarakan setelah Indonesia kembali masuk ke kelompok negara berpendapatan menengah ke atas. Menteri Keuangan juga mengatakan, perlu pembangunan infrastruktur agar Indonesia tak kena middle income trap. Ini mirip dengan pernyataan pejabat China di atas.

Indonesia harusnya bisa lebih hati-hati menghindari middle income trap. Sudah ada pelajaran dari negara lain yang bisa diambil.

Bagikan

Berita Terbaru

IHSG Tembus 6.538 Hari Ini (22/4), Ada Net Buy Asing Setelah Net Sell 9 Hari Beruntun
| Selasa, 22 April 2025 | 18:56 WIB

IHSG Tembus 6.538 Hari Ini (22/4), Ada Net Buy Asing Setelah Net Sell 9 Hari Beruntun

Selasa (22/4), IHSG melonjak 1,43% atau 92,3 poin ke 6.538,27 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

ESG CMRY: Miss Cimory, Penyangga Kuat di Jalur Distribusi
| Selasa, 22 April 2025 | 15:05 WIB

ESG CMRY: Miss Cimory, Penyangga Kuat di Jalur Distribusi

Miss Cimory menjadi andalan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) dalam penerapan ESG, sekaligus meningkatkan penjualan.

Ekspor Batubara RI ke China Turun di Maret 2025 Saat Negara Lain Mencetak Kenaikan
| Selasa, 22 April 2025 | 13:46 WIB

Ekspor Batubara RI ke China Turun di Maret 2025 Saat Negara Lain Mencetak Kenaikan

Turunnya ekspor batubara ke China terjadi seiring penerapan kebijakan Harga Batubara Acuan (HBA) teranyar mulai 1 Maret 2025 lalu.

17 Waran Terstruktur Bakal Delisting, Underlying Saham BBCA dan GOTO Paling Diminati
| Selasa, 22 April 2025 | 12:45 WIB

17 Waran Terstruktur Bakal Delisting, Underlying Saham BBCA dan GOTO Paling Diminati

Maybank Sekuritas tengah menggelar penawaran umum untuk produk waran terstruktur baru yang akan diperdagangkan mulai 28 April 2025.

BEI Suspensi Perdagangan Saham dan Waran Sarana Mitra Luas (SMIL)
| Selasa, 22 April 2025 | 12:10 WIB

BEI Suspensi Perdagangan Saham dan Waran Sarana Mitra Luas (SMIL)

Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi saham PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) lantaran peningkatan harga kumulatif yang signifikan.

PTPP Melunasi Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 200 Miliar
| Selasa, 22 April 2025 | 12:01 WIB

PTPP Melunasi Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 200 Miliar

Pembayaran surat utang dengan tenor 3 tahun dan kupon sebesar 6,5% per tahun.itu dilakukan PT PP Tbk (PTPP) pada 18 April 2025. ​

Menengok Lagi Buyback serta Aksi Borong Saham oleh Direksi dan Pengendali Emiten
| Selasa, 22 April 2025 | 09:10 WIB

Menengok Lagi Buyback serta Aksi Borong Saham oleh Direksi dan Pengendali Emiten

Buyback saham serta pembelian oleh direksi dan pengendali diharapkan dapat memulihkan psikologis pasar di tengah aksi jual investor asing. 

Harga Emas Antam Hari Ini Menembus Rp 2 Juta per Gram (22 April 2025)
| Selasa, 22 April 2025 | 08:43 WIB

Harga Emas Antam Hari Ini Menembus Rp 2 Juta per Gram (22 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (22 April 2025) 1 gram Rp 2.016.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 38,87% jika menjual hari ini.

Penjualan Semen INTP di Kuartal I-2025 Masih Lesu
| Selasa, 22 April 2025 | 08:23 WIB

Penjualan Semen INTP di Kuartal I-2025 Masih Lesu

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) hanya mencatatkan penjualan semen sebanyak 3,9 juta ton hingga akhir kuartal I-2025

Di Tengah Penantian Arah Bunga Acuan, Saham Defensif Bisa Jadi Pilihan Aman
| Selasa, 22 April 2025 | 08:21 WIB

Di Tengah Penantian Arah Bunga Acuan, Saham Defensif Bisa Jadi Pilihan Aman

Keputusan Bank Indonesia (BI) atas suku bunga acuan akan menyetir pergerakan pasar saham dalam negeri sepekan ini. 

INDEKS BERITA

Terpopuler